CHAPTER 21

704 106 13
                                    

Yoojung mengerjapkan matanya. Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela kamarnya yang tak tertutup tirai. Ia menguap kecil lantas memiringkan tubuhnya menatap keluar jendela. Sepertinya semalam turun hujan karena ia dapat melihat dedaunan yang basah di luar jendela dan sedikit embun di jendela kamarnya.

Irisnya menatap jam dinding. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Ini adalah waktu terlamanya bangun tidur. Biasanya ia akan selalu terbangun lebih awal seperti jam 6 atau kurang dari itu. Meskipun sering tidur larut malam ia akan tetap bangun lebih pagi. Namun untuk hari ini ia merasa tidurnya amat sangat nyenyak. Bahkan pikirannya terasa ringan dan ia merasakan pikirannya sedang kosong saat ini.

Ada apa?

Yoojung mengingat-ingat sesuatu dan ia teringat akan Taehyung. Buru-buru ia bangkit dari kasurnya. Jika semalam ia menangis terus kepada Taehyung, kemudian tertidur, bagaimana dengan pemuda itu? Yoojung memejamkan matanya dengan kening berkerut dan menggigit bibir bagian bawahnya merutuki betapa memalukannya dirinya. Bagaimana bisa ia menangis dalam pelukan Taehyung semalaman dan berakhir ketiduran?

Tunggu dulu! Jika semalam ia ketiduran berarti yang membawanya ke kamar adalah Taehyung?

Memikirkan itu sontak membuat Yoojung memegang pipinya. Ada rasa panas menjalar di wajahnya diiringi rona merah yang menyapu pipinya. Namun tiba-tiba telinganya menangkap suara keran air yang menyala dari luar kamarnya diiringi suara denting piring yang beradu di westafel menandakan seseorang tengah berada di dapur mencuci piring atau sesuatu. Buru-buru Yoojung menyingkap selimutnya dan turun dari ranjang untuk memastikan siapa yang tengah berada di dapur. Apakah mungkin Dongha pulang lebih cepat dari yang semestinya?

Yoojung membuka pintu kamar dan tertegun menatap ke arah dapur yang memang terletak langsung bersebelahan dnegan dapur. Seorang laki-laki berambut silver mengenakan celemek tengah memunggunginya dan mencuci piring di westafel. Bukan kakaknya jika pemuda itu bernabut silver dan Yoojung langsung tahu bahwa pemuda itu adalah Taehyung. Apa yang dilakukan pemuda itu pagi-pagi di dapurnya? Yoojung memiringkan kepalanya menatap heran punggung Taehyung yang nampak belum menyadari kehadirannya. Jika Taehyung berada di rumahnya pagi ini, sedangkan pemuda itu sudah pasti tak mungkin semalam pulang dan datang lagi sedangkan ia tak mengetahui password rumahnya, itu berarti Taehyung masih tinggal bersamanya sejak semalam.

Yoojung berjalan mendekati meja makan yang berhadapan langsung dengan dapur sementara Tahyung masih nampak sibuk dengan beberapa piring kotor dan peralatan masak lainnya. Ia dapat melihat berbagai makanan telah tersaji di atas meja.

Bukan hal aneh memang, namun itu membuat Yoojung membuka mulutnya takjub lantaran jika biasanya kakaknyalah yang menyiapkan ini semua, untuk pertama kalinya ada orang lain selain kakaknya yang memasak sarapan untuknya. Masih berusaha untuk diam dan tak membuat Taehyung sadar akan kehadirannya, Yoojung menarik kursi dengan hati-hati dan duduk disana sambil menumpu dagu menatap punggung Taehyung.

Selang beberapa menit Taehyung disibukkan dengan cucian piring dan beberapa alat masak, ia pun selesai. Panci adalah barang terakhir yang ia cuci. Sambil memegang panci yang telah dicuci bersih itu, Taehyung membalikkan badannya. Pemuda itu begitu terkejut mendapati Yoojung sudah duduk memandanginya dan berteriak kaget sembari menjatuhkan panci di tangannya.

“Akh!!” Nasib sial menimpanya karena panci itu mendarat di unjung kakinya membuatnya menjerik kesakitan sambil memegangi kakinya. “Sial!” umpatnya.

Yoojung dengan bersegara bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Taehyung yang telah berjongkok di balik meja dapur sambil menahan rasa nyeri di jari kaki kananya. “Kau tak apa?” tanya Yoojung khawatir.

Crystal Snow ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang