1. Mantan?

93 20 13
                                    

Aku bangun untuk menemukanmu dan memelukmu
Tapi tak ada orang disini bersamaku~

Kau pikir aku tertarik? Oh tidak.

Kau pria munafik! Ya ya ya.

***

Sepasang kaki wanita itu yang sudah dipasangkan sepasang flatshoes dengan heels 3cm berjalan ke arah halte bis.

Kinata sebenarnya lebih suka memakai sepatu biasa, tetapi ia hanya ingin mencobanya agar ia tampak lebih feminim di mata Dendi, pacarnya.

Dirinya menaiki sebuah bis yang sudah cukup penuh. Ia lebih suka menaiki bus daripada taksi karena menurutnya melihat orang banyak sangatlah menyenangkan.

Hidup di keramaian kadang memang di kritik terlalu bising, tetapi ketahuilah bahwa hidup sendiri tanpa orang hanya membuat hidup kita tak berarti.

Senyumannya mengembang saat melihat sebuah kursi kosong, ia mengikat rambutnya yang tergerai seraya duduk di tempat yang kosong.

Mata bulatnya memperhatikan orang-orang yang sebagian adalah murid SMA seperti dirinya, sekarang sudah banyak sekolah yang mengadakan full day, mungkin itulah sebabnya jam 4 sore murid itu baru pulang.

Tetapi sekolah barunya belum mengadakan itu, padahal ibunya berkata sekolah itu sangat populer dan ia juga mengakuinya.

Dua minggu yang lalu, ia pindah dari Jakarta ke Bandung, karena orangtuanya bercerai. Ayah dan ibunya sama-sama sepakat sedangkan dirinya tak dapat membantah karena surat perceraian itu sudah sah.

Menyakitkan? Tentu saja, tetapi apa yang harus ia pertahankan jika kedua orangtuanya sudah tak saling menginginkan.

"Bukan satu, tapi beribu kesempatan! Mama udah capek! Bukan cuman papa kamu yang berhak menerima kesempatan mama di dunia ini."

Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di kepala Kinata, kalimat itulah yang selalu membawanya menangis sebelum tidur. Karena tak sanggup menahan tangis di dekat ibunya ia meminta kepada tantenya untuk pindah kamar.

Sekarang karena sekolahnya libur selama tiga empat hari, ia akan menghabiskan waktunya di Jakarta untuk mengunjungi pacarnya, mereka adalah sahabat tetapi lama-kelamaan hubungan mereka lebih dari itu.

Kinata juga tidak menumpang di rumah ayahnya melainkan di rumah sahabatnya, Tiffany yang mana sepupu pacarnya.

Tanpa terasa ia sudah sampai di tempat tujuannya, tangan mungilnya menyeret koper berwarna hitam turun dari bus tanpa lupa ia juga melemparkan senyuman pada supir yang sudah membawanya sampai dengan selamat.

Kinata masuk ke sebuah kompleks dan langkah kakinya terhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar yakni rumah Dendi--pacarnya. Kinata akan memberikan kejutan untuk hari ini.

Tangannya terulur untuk memencet bel dua kali, tanpa menunggu ibu Dendi keluar dari rumah.

"Siapa?"

"Dendi nya ada?"

Ibunya menggeleng, "Kamu.. Kinata kan?"

Kinata tersenyum manis dan mengangguk, "Iya tan, saya temennya Tiffany sekaligus pacarnya Dendi."

"Iya tante ingat, tapi Dendi nya lagi gaada dirumah."

"Mau masuk dulu?"Tambahnya.

Kinata menggeleng cepat,"Gapapa tante nanti aku tanya aja dia kemana, aku mau ketemu sama Tiffany dulu."Mata Kinata melirik ibu Dendi yang tampak ingin mengingat sesuatu.

ArNat. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang