***
Seekor makhluk berbulu putih dengan beberapa gradasi warna biru, ungu, dan merah muda itu berlari dari dalam hutan kearah taman bunga-sepertinya tengah mencari pemiliknya.
Makhluk itu memiliki tubuh sebesar anak kucing, sepasang kuping yang mirip dengan kucing namun lebih besar, dan ekor yang ditumbuhi banyak bulu. Dilehernya pun terdapat sebuah pita berwarna magenta.
Begitu sampai ditaman bunga, makhluk itu terdiam sebentar, menatap satu persatu pohon yang mengelilingi taman bunga itu. Begitu mata bulat besarnya menangkap sosok gadis yang tengah terlelap dibawah pohon, dia berlari kearahnya.
"Fou! Fou!"
Dengan cepat dia naik kepangkuan gadis itu lalu menjilat-jilat wajahnya.
"Ngh, hentikan Fou. Baik, baik aku bangun."
Gadis itu terbangun, menjauhkan Fou―nama makhluk itu―agar tidak menjilati wajahnya lagi. Ia kemudian merapikan rambut putihnya agar tidak menghalangi pandangannya.
"Fou! Fou!"
Senyuman berkembang diwajahnya ketika Fou kembali mengeluarkan suara-seakan ia mengetahui apa yang makhluk itu berusaha katakan. Tangan yang cukup pucatnya terulur, lalu mengelus Fou. "Kuharap aku bisa bertemu kembali dengan Arthur..."
"Kira-kira apa dia masih mengingatku tidak, ya? Gadis bernama Rei yang bertemu dengannya sembilan tahun yang lalu."
Angin musim semi berhembus, meniupkan beberapa kelopak bunga keudara. Disertai dengan kedua manik aquamarine Rei yang menatap jauh ke langit biru luas diatasnya.
***
Merlin menghela nafasnya lelah.
Dia―beserta Arthur dan prajuritnya―sedang dalam perjalanan pulang ke Camelot sehabis kunjungannya ke Camelgard untuk meminta Meja Bundar yang pernah dititipkan Uther pada Raja Leodegrance―ayah Guinevere.
Ditambah lagi, dia baru saja mengirim Fou kembali ke Avalon dengan sihirnya, bermaksud memberi tahu Rei bahwa Arthur kembali dengan selamat. Dua hal itu membuat Merlin lelah―lelah fisik maupun mental.
Merlin melihat kearah kemah Arthur, Guinevere dan para prajuritnya. Jumlahnya sudah bertambah kurang lebih seratus orang. Salah satu diantaranya baru saja dilantik sebagai kestaria Arthur―Lancelot namanya. Pria itu adalah kesatria yang tangguh.
Setiap senja menjelang malam seperti sekarang, setelah mendirikan tenda, orang-orang mulai bernyanyi dan menari―terkadang menceritakan kisah-kisah petualangan masing-masing. Malamnya, para kesatria bergantian berjaga kemah dan mereka mulai berkemas lagi saat pagi-pagi buta untuk melanjutkan perjalanan ke Camelot.
Sepanjang mereka dalam perjalanan ke Camelot, mereka berjalan dalam iring-iringan mewah―terkadang melewati jalur air, dan terkadang melalui jalan darat. Karena saat ini sedang musim semi, mereka menyelenggarakan permainan dan olahraga untuk sekedar mengisi waktu senggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Void of Avalon || Arthur Pendragon
Fiksi Penggemar❝Biarkan aku menceritakan padamu kisah seorang raja.❞ ••• Padahal, semuanya berawal hanya dari pertemuan sederhana antara dua orang anak kecil. Tidak ada yang menyangka bahwa hal itu akan mempengaruhi sebuah kisah yang sudah diramalkan dahulu kala...