-9-

1.9K 198 6
                                    

Minggu pagi, Noami berlari keluar dari kamarnya. Ia hanya mencuci wajahnya lalu berjalan menuju rak sepatunya. Diambilnya sepasang sepatu roda berwarna pink dari sana.

Hari ini, ia ingin sepenuhnya move on dari Brian. Jadi, ia berusaha untuk mencari kesibukan. Dipasangnya sepatu roda itu, lalu Naomi mulai melaju menyusuri jalanan di sekitar perumahannya.

Banyak tetangganya yang juga melakukan olahraga pagi di hari minggu, sebagian besar dari mereka melakukan joging. Naomi ingin mencari sesuatu yang lebih dari sekedar jogging jadi ia memutuskan untuk berkeliling dengan sepatu roda tuanya.

Naomi meluncur santai menuju area car free day yang berada di dekat ujung komplek perumahannya.

Ia tersenyum girang melihat anak-anak yang juga sedang berlatih menggunakan sepatu roda. Setidaknya, ia berusaha untuk melupakan Brian yang sempat mengganggu pikirannya.

Tapi nyatanya, Brian terlalu membayangi pikirannya.

Brughh....

Naomi terkapar lemas dengan lutut dan lengannya terluka. Sial, ia baru saja menabrak sebuah pohon yang sudah jelas-jelas berdiri di sana sejak tadi.

Ya, karena Brian. Ia baru saja melihat Brian dan Dinda yang berbonceng mesra di sebuah sepeda. Dan saking mesranya itu membuat Naomi terkapar sekarang.

"Nggak papa, Nom?"

Naomi mendongkak melihat seseorang yang baru saja menanyakan kondisinya. Naomi meringis kesakitan. Wajah pucat itu ikut meringis ketika melihat luka di lutut Naomi.

Gibran membantu Naomi bangkit, namun Naomi tak bisa berdiri karena ia menggunakan sepatu roda. "Ah nyesel gue nggak bawa sepatu ganti!" Umpatnya kala jatuh kembali setelah berusaha berdiri.

"Bisa-bisanya, sih, nabrak pohon tua itu?" Tanya Gibran diikuti denhan senyuman meledeknya. Naomi hanya meringis.

Gibran memasang sebuah plester ke luka Naomi. Sesekali ia melirik Naomi yang merintih kesakitan. Gibran pun ikut tersenyum sumbang.

"Makasih, Gibran," ucap Naomi. Gibran mendongak sambil tersenyum.

"Kok kamu ada di sini, sih? Rumahmu dimana?" Tanya Naomi yang mulai kepo dengan kehadiran Gibran.

"Oh, aku dari Rumah Sakit deket sini." Jawabnya sambil terus mengobati luka Naomi.

"Kamu sakit?"

"Nggak sih, cuman nanti siang ada cek up jadi sekalian main di rumah saudara."

"Yang cek up kamu?"

"Iya,"

"Kamu sakit apa?" Tanya Naomi dengam nada menekan.

"Cuman darah rendah kok, santai aja kali. Hehehe, khawatir banget sama aku." Jawabnya sambil tertawa renyah. Benar, Naomi bodoh menanyakan hal seperti itu.

Mereka terdiam cukup lama karena sudah tak ada topik yang bisa mereka bicarakan lagi. Semua serasa sudah selesai dibahas.

Naomi menoleh ke arah Gibran yang sedang mengecek ponselnya. Dilihatnya lekat-lekat wajah tampan milik Gibran. Nampak seperti pangeran di negeri dongeng yang memiliki wajah tampan yang sempurna. Bahkan, Naomi mengakui bahwa Gibran lebih tampan dari Brian.

"Kok ngeliatnya gitu?" Tanya Gibran saat matanya bertemu dengan mata bulat Naomi.

Naomi tak mengalihkan pandangannya, ia malah tersenyum manis ke arah Gibran. "Kamu pasti bersyukur banget, ya, dikasih Tuhan wajah yang sempurna kaya pangeran negeri dongeng."

GREY [Fiksi Remaja]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang