-27-

1.3K 114 4
                                    

Naomi bangun pukul tujuh pagi. Samar-samar ia masih mendengar rintik gerimis hujan dari luar kamarnya. Ia segera bangkit dan melangkah keluar kamarnya.

Belum sempat menuruni tangga, dilihatnya sosok Mama yang sedang sibuk dengan dapurnya. Ayah baru saja pulang kemarin, tapi sekarang suasana rumah terasa mati.

Naomi melangkah mendekati Mama. Sebuah senyuman manis terulas di wajah Mama yang mulai mengeriput. Mama masih sibuk membalik-balik gorengannya.

"Ma," panggil Naomi lirih.

"Kenapa, sayang?" Tanyanya teduh seakan tidak terjadi apapun semalam.

"Ayah?" Tanya Naomi pelan.

Mama mengangkat gorengannya kemudian mematikan kompornya. Ia melangkah mendekati putri semata wayangnya itu.

Tangannya menyentuh kelopak mata Naomi yang membesar karena menangis semalam. "Maafkan, Mama, ya." Ucap Mama lembut diikuti sebuah senyuman.

"Mama nggak salah, udah seharusnya Naom-"

"Shttt.." potong Mama dengan lembut. "Maaf, ya, karena Mama kamu nggak bisa sama Ayah. Padahalkan kamu pengen main-main sama Ayah hari ini. Maaf, ya, Nak. Maaf Mama mengacaukan semuanya." Ucapnya sembari mengelus lembut pipi Naomi.

"Ngga Ma, Mama nggak perlu minta maaf." Sangkal Naomi, ia tak bisa menyembunyikan air matanya yang mulai menggenang. Ia selalu lemah jika berurusan dengan ibunya.

"Maafkan, Mama. Maaf Mama udah buat kamu ditampar sama Ayah kemarin." Ucap Mama. Tangannya mulai menjauh dari pipi Naomi, ia menggenggam jemari putrinya dengan lembut.

"Pokoknya, apapun yang terjadi, Mama nggak mau Naomi benci sama Ayah. Kalau Naomi mau, Naomi bisa salahin Mama. Jangan pernah benci Ayah, ya." Ucapnya lembut. Naomi semakin tak tega.

"Ma," panggil Naomi lirih.

"Nanti Mama temenin kamu ke makam Brian. Jangan nangis ya!" Sebuah senyuman kembali terulas di wajah Mama. Matanya berkaca seakan merasakan perih yang luar biasa.

Naomi memeluk erat wanita di depannya. Ia menangis dalam pelukannya. "Naomi akan selalu sayang sama Mama, Naomi janji Naomi akan selalu ikuti apapun ucapan Mama. Naomi ngga akan nakal! Naomi janji, Ma." Sambil tersengkal isakannya Naomi berucap. Mama mengelus punggungnya dengan lembut.

"Tuhan sudah mengirimkan malaikat untuk Naomi, jadi Naomi ngga boleh melukai malaikat yang Tuhan kirim untuk Naomi. Naomi akan selalu menjaga Mama dengan baik."

"Tuhan juga sudah mengirimkan Mama malaikat yang akan selalu menjadi alasan Mama untuk bahagia. Jadi, malaikat Mama ngga boleh sedih."

Naomi menangis semakin dalam. Dan saat itulah dia tau bahwa seburuk apapun kehidupannya di luar sana, ia akan tetap punya hati untuk berpulang. Dan hati seorang ibulah tempat berpulang terbaik.

-oOo-

Setelah usai menikmati sarapan berdua dengan Mama, Naomi memilih menonton televisi. Sebenarnya ia ingin bermalas-malasan di kamar, tapi ia takut Mama jika Mama mengira ia masih sedih.

"Kamu ngga keluar, Nom?" Tanya Mama yang sedang menikmati camilan sambil membaca majalah di ruang tamu.

"Ngga deh, Ma. Perwakilan PMR untuk ikut lomba dan pertandingan juga udah ditentuin. Jadi, Naomi bebas males malesan hari ini." Jawabnya girang. Mama tersenyum kecil melihat tingkah Naomi.

Tok.. tok.. tok..

Naomi diam di tempat tak memperdulikan ketukan itu karena ia tahu Mama akan membukanya. Jadi, ia memutuskan untuk tak bergerak.

GREY [Fiksi Remaja]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang