6

64 11 2
                                    

Nabilah dan third memasuki lobi rumah sakit. Nabilah ngikutin ke mana thitd pergi.mereka lalu naik lift ke lantai 5, berjalan cepat ngelewatin lorong demi lorong. Mereka sampai di sebuah ruangan yang dikasih nama ruang mawar. Yupi kelihatan lagi duduk sambil baca majalah di sofa lobi ruang mawar.
  "Pi, kok di sini, sih? Bukanya di kamar lee?" Tanya third.
  "Kalo gitu gua deh, yang masuk," kata Nabilah buru-buru.
  "Eh.... eh... tunggu!" Cegah Yupi."Lee lagi ada tamu lo jangan masuk dulu,"
 "Tamu?"
  "Iya, shani and the gang," jawab Yupi.
  "Oh, no...!" Batin Nabilah."Kenapa saat saat kepepet kayak gini," Nabiah ngeliat jam tangan ya."Satu jam lagi gue mesti sampe rumah, tapi masih ada shani di dalam sana!".
  Nabilah duduk di sebelah yupi. Dia nyoba tenang.
"Pi tadi biro jodoh nelpon," kata nabilah yang tiba-tiba ingat.
   "Ha, ya terus gimana?"
    "Tadi sih, orang biro jodoh yang bilang kalo bokap gua dapat peminat yang udah di tentuin sama komputet, namanya ratna. Tapi sampe sekarang yang namanya Ratna itu belom ngubungin juga,"
   "Paling entar, tungguin aja. "
   "Kok bukannya pake nomor handphone lo aja, sih? Kan lebih gampang ngurusinya. Kolo gue kan, nggak ahli soal begituan,"
  "Hehehe... iya, ya? Nggak kepikiran, bil. Sori, ya"
  "Teryata otak kancil lo bisa tiba-tiba nyusut jadi otak protozoa, ya!"
  "Ihh.."
Tiba- tiba third lagi ke mari sama temen-temenya! "
  "Eh, si shani lagi ke mari sama temen-temenya!"
Third buru-buru duduk di sofa, mereka secara spontanitas berusaha menutupi wajah mereka pake koran, majalah,, bantal, baki.
  Rombongan shani dan temen-temenya melintas. Untungnya nggak satu pun dari mereka yang peduli, bahkan noleh pun nggak, ke arah sofa tempat third, yupi dan nabilah ngumpet.
  Nabilah, yupi, dan third nurunin benda-benda yang nutupin muka mereka perlahan-lahan sambil ngawasin keadaan.
    Waktu keadaan udah bener-bener aman, baru mereka bangkit dan berjalan ke kamar lee, kamar 597 yang terletak dibujung lorong ruangan.
   Third membuka pintu kamar pelan-pelan. Ngintip untuk nyari tahu apa masih ada orang lain di kamarnya. Di kamar nggak ada sapa-sapa, kecuali lee seorang.
   "Third, masuk aja," ajak lee waktu dia ngeliat sepasang mata yang di dikenalnya lirik-lirik ke dalam ruangan. Third lantas menjeblakan pintu.
   "Surprise" seru third. Yupi dan nabilah nongol dari balik badan third yang setinggi tiang jemuran.
  "Eh, ada nabilah juga. Loh. Yupi belom pulang? Tadi bilangnya mau pulang?" Tanya lee.
   "Ea.... nggak jadi, soalnya nabilah mau ke sini, jadi gue nungguin dia," jawab yupi sambil nunjuk-nunjuk batang hidungnya nabilah. Nabilah yang salah tingkah mendorong pundak yupi sambil melotot.
   "Gue kira lu nggak bakal datang bil," kata lee.
  Nabilah yang baru tatap mata aja udah gugup makin gugup plus gagap waktu di ajak bicara oleh lee.
   "Iya, eh... ee.. masa sih, gue... nggak dateng. Kan..... gantian, donk," jawabnya terbata-bata.
   "Gantian?" Tanya lee.
  Nabilah nyengir. Bingung lagi. Tapi belum sempat nabilah ngejawab, yupi buru-buru motong. "Eh, lee, bil, gue tinggal dulu, ya. Mau ke kantin. Yuk, ze,"
  Third sebenarnya pingin nolak, tapi keburu di tarik sama yupi, nabilah nggak sempat melotot atau ngasih isyarat ke yupi atau third. Sekarang tinggal dia sama perutnya yang keaduk-aduk. Saking deg-deganya.
  "Kok lo bengong di situ? Duduk aja, itu sofa gede begitu lu anggurin," kata lee memecahkan keheningan.
  Nabilah nggak duduk di sofa, dia malah ngambil kursi lain dan dideketin ke sisi ranjang. Nabilah duduk. Dia lalu memandangi parsel-parsel dan bingkisan yang ngeramaiin suasana kamar lee satu demi satu. Ada buah-buahan, bunga, coklat, biskuit, pizza, donat, es krim, burger, beras, gula, cabe, bawang, telor, sayur, minyak, idih... kok lama-lama kayak warung sembako?
   Nabilah berusaha nyari topik yang asyik. Tapi nggak nemu-nemu, saking gugupnya. Padahal ini bukan kali pertama dia ngobrol ama lee. Nabilah malah perna ngelingkarin tangan di pinggangnya lee waktu dia di anterin pulang lantaran cedera pas lagi tanding basket ngelawan anak-anak sekolah sebelah. Meski Begitu, dia ngerasa kali ini agak berbeda soalnya cuma berduaan dengan pangeran pujaanya di ruangan tertutup. BERDUAAN!
   Just the two of us! Batinnya beranjak panik.
  "Jadi, sekarang keadaan lo gimana?" Nabilah memulai pembicaraan dengan pertanyaan.
   "Seperti yang lo liat. Kaki kiri gua di gips. Untungnya nggak sampe patah, cuma retak,"
   Nabilah merhatiin kaki kiri lee yang di-gips, juga plester dan perban di dahi lee. Meskipun kalo di inget-inget penyebab kecelakaannya lee itu konyol, nabilah tetep ngerasa sedih dengan kondisi lee, tapi dia nggak mampu ngucapin kata-kata untuk ngungkapin kesedihanya. Rasanya nabilah pingin banget menggenggam tangan lee, siapa tahu aja rasa sakitnya berkurang dikit😂! Ngarep!
  "Kepala lo?" Tanya nabilah.
  "Baik-baik aja"
  "Nggak gagar otak, kan?"
  "Nggaklah, nggak separah itu, kali!"
  "Kok bisa, sih, lee? Kejadianya gimana tuh?" Tanya nabilah.
    "Ya... intinya vespa gua nabrak truk yang muatanya duren. Dan konyolnya, gua Luka-Luka Bukan gara-gara truknya, tapi ketiban duren-duren muatannya!" Lee menghela napas. " nggak usah di omongin lagi deh. Gua males ngingetnya. Ini tuh, kecelakaan paling konyol yang pernah ada di muka bumi,"
  "Jangan gitu dong, lee. Masih mending lo ketubruk truk yang muatanya duren, dari pada kesruduk truk ninja? Hayo?"
   Lee ketawa tapi maksa.
   "Eh, tapi ngomong-ngomong kok badan lu nggak ada bekas duri-duri durennya, sih?" Nabilah baru ngeh waktu mandangin sekujur badan ya lee yang sebagian besar masih mulus.
    Untungnya, duren-durennya itu ada di dalam kerdus, "jawab lee singkat.
  "Ooo..."
   "Tapi kok ketiban kardus aja sampe di-gips gitu kakinya?"
   "Kayaknya bagian itu nggak pantes gua ceritain, deh,"
"Kenapa?"
  "Hhh...." Lee menghela nafas lagi, "waktu gua jatuh dari vespa, tiba-tiba ada becak nyelonong dengan kecepatan tinggi dan ngelindes kaki gua,"
   "Ya, ampun! Emang ya tukang becaknya nggak ngeliat kalo di depan idungnya ada kecelakaan?"
    "Gue denger-denger dari Shani, sih, sebenarnya tukang becak itu pingin banget berentiin becaknya,"
    "Terus?"
     "Tapi... rem becaknya blong, jadi.... jadi..."
      "Oh Em Ji...." jerit Nabilah dalam hati.
      Tiba-tiba pentat nabilah terasa geli. Selidik diselidik, ternyata handphone Nabilah bergetar-getar. Nabilah buru-buru ngambil handphone-nya dari saku celana jeans-nya. Sederetan angka muncul di layar handphone. Lagi-lagi nomor itu nomor nggak di kenal. Waktu baru mau dijawab, tiba-tiba orang di sebrang nutup telponnya.
    "Siapa bil?" Lee pingin tau.
    "Nggak tau, nih"
     Belum ada semenit, handphone Nabilah getar-getar lagi. Layarnya nongolin nomor misterius yang sama, Nabilah buru-buru ngejawab, tapi lagi-lagi terputus.
   "Siapa sih, lis?" Lee jadi makin penasaran.
   "Nggak tau!" Jawab Nabilah kesal. "Orang iseng Kali!"
   "Fans lo, kali.....," goda lee.
    Nabilah nggak meduliin komentar lee. Dia yimpen hp nya kedalam tas, bukan kebelakang celana lagi.
   "Lo kan kapten, lee. Terus yang ngegantiin lo jadi kapren siapa, dong?" Tanya nabilah.
   "Si Rilo," jawab lee singkat.
    JEGREK....
   Seorang wanita berparas cantik, anggun, tinggi semapai masuk. Dia mengenakan jaket putih dan stetoskop terlingkar di lehernya. Di belakangnya ada suster yang membawa clipboard sama tensimeter.
    "Ini pasti dokternya lee" batin Nabilah, "cantik banget! Kalo dokternya cantik kayak begini, bisa-bisa lee nggak mau pulang, nih!"
   "Eh, Dokter sita," sapa lee.
   "Gimana, lee?" Tanya dokter sita.
   "Lumayanlah, dok," jawab lee.
   "Siapa cewek cantik ini lee? Pacar kamu, ya?" Tanya dokter sita waktu ngeliat nabilah.
  "Eh... bukan. Dok. Saya temenya," jawab nabilah buru-buru.
   "Kenalin. Dok, ini nabilah," kata lee.

               Sorry baru update nya, sekrang mah udah kelas 3 jadi banyak tugas, ples bimbel. Jadi kurang waktu.
              🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰
         #salam kelinci manis#🐰

One million of the struggle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang