CHAPTER 1 BAB 2

1.1K 104 9
                                    


BAB 2

Aku dan kedua sahabatku, Fredert dan Krad sedang bermain saat itu di sebuah Taman.

"Bunga ini benar-benar cantik ya ... sangat indah. Apa kalian tahu nama bunga ini?" Fredert menanyakan itu padaku dan Krad.

"Sepertinya itu bunga Cattleya"

"Dari mana kau tahu nama bunga ini Krad?" Aku pernah melihatnya di sebuah buku milik ibuku."

Aku yang tidak memiliki pengetahuan tentang bunga hanya bisa mendengarkan pembicaraan kedua sahabatku ini, Fredert dan Krad.

"Hei ... jam berapa ini? Sepertinya sudah saatnya kita makan siang."

Fredert mengatakan itu sambil mengeluarkan bekal makanan yang telah dia siapkan untuk kami. Walaupun baru berusia 9 tahun, Fredert sudah pandai memasak, mungkin hal itu disebabkan karena ibunya telah tiada dan dia hanya tinggal bersama ayahnya. Ayahnya Fredert yaitu paman Sight benar-benar baik. Dia sangat menyayangi Fredert. Paman Sight selalu mengabulkan apa yang Fredert inginkan. Aku terkadang merasa iri pada Fredert karena dia memiliki ayah yang sangat menyayanginya. Berbeda sekali denganku, ayahku sudah lama meninggal dan sekarang aku hanya tinggal berdua dengan ibuku. Aku selalu merasa ibuku sering sekali bersikap aneh, dan sering tidak mempedulikan aku. Itulah sebabnya aku tidak terlalu dekat dengan ibuku. Aku pun jarang berbicara dengan ibuku dan ibuku sepertinya sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu.

Pernah suatu ketika ibu benar-benar mengabaikanku. Ketika itu sekolah kami mengadakan kunjungan orang tua murid. Waktu itu aku merasa sangat senang mengetahui ibuku akan datang ke sekolahku untuk melihat bagaimana cara kami belajar di sekolah. Aku ingin membuat ibuku bangga, aku selalu percaya jika aku membuat ibuku bangga pasti ibu akan lebih menyayangi dan memperhatikanku. Itulah sebabnya aku belajar dengan giat semalaman itu, untuk mempersiapkan diriku menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuis yang akan diadakan besok. Tadi ibu guru memberitahu kami, ketika kunjungan orang tua murid besok, akan diadakan kuis untuk memperlihatkan kepada para orang tua murid, sejauh mana pengetahuan dari anak-anak mereka. Aku bertekad pada sesi kuis besok aku harus bisa menjawab pertanyaan sebanyak-banyaknya. Aku melakukan itu hanya untuk satu alasan yaitu aku ingin membuat ibuku bangga dan mulai memperhatikan aku. Semalaman itu aku benar-benar belajar dengan giat.

Tapi betapa kecewanya aku, di hari kunjungan itu aku tidak menyaksikan kehadiran ibuku. Aku merasa usahaku belajar semalaman itu berakhir sia-sia. Aku benar-benar sedih. Tapi aku mencoba berpikir positif, mungkin ibuku sedang sibuk saat ini, itulah sebabnya dia tidak bisa hadir. Aku tidak akan menyerah, masih banyak kesempatan lain yang bisa aku lakukan untuk membuat ibuku bangga padaku.

***

Hari itu, aku berlari dari sekolah menuju rumahku. Aku berlari dengan sangat kencang karena yang aku inginkan hanyalah segera tiba di rumahku dan menemui ibuku. Hari ini adalah hari pembagian raport, setelah selama 1 minggu kami menjalani ujian. Aku ingin segera memperlihatkan raport ini pada ibu. Selama ini aku terus belajar dengan giat supaya mendapat nilai-nilai yang bagus dan usahaku membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Nilai-nilaiku sangat bagus, aku yakin ibu pasti senang melihatnya.

Sesampainya di rumah, aku melihat ibuku sedang duduk sambil membaca sebuah surat kabar.

"Bu lihatlah raport ku ini!" Aku mengatakan itu sambil mengulurkan raportku ke arah ibuku

"Simpan saja di meja."

"Tapi bu, sebentar saja aku ingin ibu melihatnya sekarang!"

"Kamu ini bandel sekali Elliot!! ibu kan sudah bilang simpan saja di meja, nanti ibu akan melihatnya. Apa kamu tidak lihat ibu sedang sibuk? Sudah pergi sana lebih baik kamu main saja!"

Ibu berkata seperti itu sambil membentakku. Untuk kesekian kalinya aku kembali merasakan kekecewaan. Tapi aku yakin setelah ibu melihat raportku, ibu pasti akan senang dan lebih memperhatikanku lalu aku putuskan untuk menunggu sampai ibu melihat raportku.

Akan tetapi, sepertinya keinginanku untuk mendapatkan perhatian ibuku tidak akan pernah menjadi kenyataan. Ibuku tidak pernah melihat raportku, bahkan dia tidak sedikit pun menyentuhnya. Raport yang aku simpan di atas meja seakan-akan tidak ada baginya. Air mataku mulai mengalir, aku merasa kerja kerasku benar-benar tidak ada artinya. Sejak saat itu, aku pun menyerah dan aku putuskan tidak akan peduli lagi pada ibuku dan tidak akan melakukan apapun untuk ibuku.

Ayah Fredert sangat jauh berbeda dengan ibuku. Aku dan Krad sering main ke rumah Fredert dan ayahnya sangat baik pada kami. Berada di rumah Fredert membuatku merasakan kehangatan kasih sayang orang tua yang selama ini tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku menyayangi ayah Fredert, aku bahkan sudah menganggap dia seperti ayahku sendiri.

"Elli ... oooot ... apa yang sedang kau pikirkan?" pertanyaan dari Fredert itu membuyarkan lamunanku.

"Haha ... ti ... tidak ada. Seperti biasa makanan buatanmu ini enak sekali Fredert." aku berkata seperti itu untuk mengalihkan pembicaraan.

Fredert sangat mirip dengan paman Sight. Kebaikannya, sifat periangnya, perhatiannya padaku, mereka benar-benar mirip. Sehingga aku menganggap mereka seperti keluargaku sendiri. Begitu pula dengan Krad, dia juga sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri. Walaupun ibuku tidak pernah benar-benar menyayangiku tapi aku merasa beruntung karena memiliki sahabat seperti Fredert dan Krad yang selalu menemaniku. Aku juga punya ayah Fredert yang selalu baik dan tersenyum dengan lembut padaku. Hal itu membuatku tidak pernah merasa kesepian.

***

"Fredert ... Fredert ... cepatlah pulang ke rumahmu!"

Tiba-tiba sebuah suara terdengar menghampiri kami yang sedang menyantap makan siang kami. Pemilik suara itu adalah nenek Florida, tetangga Fredert.

"Ada apa Nek?"

"Sudahlah cepatlah kau pulang, kalian berdua juga lebih baik temani Fredert!"

Setelah mendengar perkataan nenek Florida, kami pun dengan cepat membereskan makanan kami dan segera menuju ke rumah Fredert.

Pemandangan di rumah Fredert sangat kacau, banyak orang berkumpul di sana.

"I ... Itu bukannya mobil polisi, kenapa begitu banyak polisi di rumahmu Fredert?"

Fredert mengabaikan pertanyaan Krad, lalu dia segera masuk ke rumahnya dan kami berdua pun mengikuti dia. Betapa terkejutnya kami, di dalam rumah Fredert benar-benar berantakan, terlihat darah berceceran di mana-mana dan dengan melihatnya sekilas, aku bisa mengetahui kalau darah itu berasal dari tubuh paman Sight yang tergeletak di lantai.

"Ayaaaah ... ayaaaah ... ayaaaah!!!" Fredert berteriak-teriak sambil menangis, begitu pula denganku.

"Pamaaan ... pamaaan ... pamaaan Sight!!!"

Aku tersentak bangun dari tidurku. Sepertinya baru saja aku telah bermimpi. Sebuah mimpi dari kenangan buruk di masa lalu.

Skills Master (The Original Skills) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang