Naks, jangan lupa follow, vote, komen dan share yaaaa
Harus rame pokoknya biar semangat gitu
******
Ketika keduanya mulai memasuki rumah seketika dinginnya AC terasa menyusup ke dalam kulit, Alvin yang memakai jaket saja sudah sangat menggigil apalagi Dyra yang hanya memakai seragam basah dan sedikit menerawang, sehingga samar-samar dalaman berwarna hitam itu terlihat.
Alvin berjalan lebih dulu diikuti oleh Dyra di belakangnya. Ketika dia sampai di ruang keluarga langkahnya langsung terhenti. Netranya melihat seorang laki-laki yang tengah asik bercanda bersama adiknya, Viola.
Alvin mendengus, pantas saja ketika pulang sekolah tadi Viola tidak mau pulang bersamanya.
Dyra yang berjalan sedikit menunduk tidak tahu kalau Alvin akan berhenti secara tiba-tiba, alhasil tubuhnya menubruk punggung laki-laki itu.
“Aduh!” Dyra meringis seraya mundur beberapa langkah.
Sontak hal itu menarik perhatian dua sejoli yang tengah asik bercanda tadi.
“Kenapa sih berhenti mendadak?” tanya Dyra sedikit kesal, kemudian dia berjalan hendak mendahului Alvin namun segera laki-laki itu tarik ke belakang setelah sadar bahwa seragam yang Dyra kenakan sedikit menerawang.
“Udah diem, BH lo warna item keliatan.” Alvin telah terlebih dahulu bersuara sebelum Dyra kembali protes.
Mendengar itu sontak membuat Dyra melebarkan matanya dengan panik dia langsung menunduk guna mengecek yang dimaksud oleh Alvin tadi, ternyata benar.
“Ih mesum! Udah tau dari tadi ya?! Kenapa gak bilang?” tanya Dyra dengan nyalang seraya kedua tangannya menutup dada.
“Males, gak penting. Gue kira melon ternyata apel,” sahut laki-laki itu membuat Dyra menatapnya semakin tajam. Andai saja Alvin sejenis tumbuhan, pasti sudah dia potong-potong.
“Gak lucu tau gak?” delik Dyra.
“Ih A Alvin mulutnya jahat banget. Gak boleh ngomong gitu.”
Oke, sekarang Dyra baru sadar kalau di sini ada Viola dan teman laki-lakinya juga. Maka semakin tajamlah tatapan yang gadis itu berikan kepada Alvin.
“Pantes aja kamu gak mau pulang sama Aa.” Alvin menghiraukan teguran dari Viola.
“Terserah aku dong.”
“Masih kecil udah berani pacaran, mana sampai dibawa ke rumah lagi.” Tatapan Alvin mengarah ke laki-laki yang diduga pacar adiknya. Baru saja ditatap seperti itu tapi sudah membuat pacar Viola duduk tidak nyaman.
Viola memutarkan kedua bola matanya. “Ngaca atuh A, dulu Aa pacaran dari umur berapa? Lagian aku juga udah gede tau, lima belas tahun,” ujarnya.
“Oh gitu.” Alvin mengangguk-anggukan kepalanya dengan senyum tipis tersungging. Dapat Viola pastikan bahwa semua itu bukanlah hal yang akan berakhir positif. Pasti akan ada sesuatu yang Alvin lakukan terhadap pacarnya. Dia tau watak kakak laki-lakinya itu akan berubah menjadi posesif kalau dirinya dekat dengan teman laki-laki. Menyebalkan.
“Aa! Awas ya kalo macem-macem! Aku buang semua miniaturnya ke dalam sumur tetangga!” ancam Viola sebelum Alvin melayangkan aksi isengnya.
Alvin yang mendapatkan ancaman itu seketika mengerutkan kening. Padahal dia belum ngapa-ngapain. “Dih, sok aja kalau berani. Aa pastiin, pacar kamu pulang cuma pake celana dalam doang.”
“IIIH! A ALVIN, AKU BILANGIN KE IBU YA!” teriak Viola dengan sangat nyarin sampai membuat telinga Dyra dan laki-laki di sebelahnya terasa pengang.
******
Mendengar ibunya sudah pulang mengajar, Alvin langsung keluar dari dalam kamar guna menghampiri ibunya.
“Kenapa jam segini baru pulang, Bu?” tanya Alvin setelah mencium punggung tangan ibu yang saat ini sudah berada di dalam kamar. Biasanya ibu sudah di rumah ketika pukul empat, tapi hari ini ibu baru saja tiba pada pukul setengah lima. Alvin pun sempat menelpon dan mengirim pesan, namun handphone ibunya ternyata tidak aktif.
“Tadi di sekolah hujannya besar banget, ibu gak berani buat nyetir. Jadi nunggu sedikit reda.”
Alvin duduk di tepi ranjang melihat ibu sudah mulai melepas kerudungnya. “Kenapa gak bilang? Biar Aa jemput. Tadi juga Aa telpon tapi gak aktif.” Seperti anak laki-laki pada umumnya, Alvin terlihat sangat protektif kepada sang ibu.
“Ibu lupa bawa charger, A. Maaf ya.”
Alvin terdengar mendecak. “Viola udah berani bawa pacar ke rumah, Bu,” adunya.
Dari pantulan cermin, Alvin dapat melihat ibunya terkekeh. “Ibu udah tau, semalem kan Adik minta izin ke Ibu.”
“Loh, kenapa ibu kasih izin? Dia masih kecil, Bu. Jangan dulu punya pacar.” Alvin terlihat bersungut-sungut.
“Aa juga dulu gitu, biarin aja asal jangan berbuat macem-macem.”
Mendapatkan jawaban seperti itu membuat Alvin seketika bungkam. Meski raut wajahnya memancarkan raut tidak suka.
“Dyra Ibu suruh nginep di sini ya, A. Jadi besok subuh kamu anterin dia ke rumahnya, awas jangan sampai bangun kesiangan nanti kalian berdua telat ke sekolah.”
“Kenapa harus nginep sih, Bu? Kan Dyra juga punya rumah.” Alvin kadang tidak habis pikir dengan Ibunya, kalau ada Dyra berkunjung pasti selalu disuruh menginap.
“Ya ibu kangen atuh, A. Udah beberapa bulan gak ketemu. Kirain teh udah putus.”
Kalau tidak ibu yang suruh, pasti Dyra tidak akan mau main ke sini. Padahal keluarga Alvin sudah menganggapnya seperti anak sendiri, karena Alvin pun diperlakukan sama di keluarga Dyra, bahkan Alvin lebih terlihat seperti anak kandung ayah–bunda jika dibandingkan dengan Dyra sendiri. Jika ada apa-apa, Alvin justru lebih sering pulang ke rumah Dyra daripada pulang ke rumahnya.
***
BersambungJangan lupa follow instagram
@unijuni_29
@Preciousjuni
@Raynorcivitas
KAMU SEDANG MEMBACA
STUPID RELATIONSHIP
Teen FictionHubungan yang terjalin sejak kelas 5 SD berhasil membuat Alvin dan Dyra bingung ketika keduanya sudah beranjak remaja. Alvin yang selalu jalan bersama perempuan lain dan Dyra yang bertingkah seolah tidak peduli. Bahkan keduanya kini kembali satu s...