(1) Tisa: Shitty Times!

34.5K 3.7K 130
                                    

Gue sedang berusaha untuk mengejar waktu secepat mungkin. Hari ini Ana lamaran, jam 10 pagi dan di Bandung! Sekarang? Sudah jam 6 pagi dan gue masih di Jakarta. Bergulat dengan koper yang akan dibawa ke Purwokerto. Setelah lamaran Ana nanti, gue akan langsung menuju Purwokerto untuk menghadiri pernikahan sepupu disana. Padat banget jadwal gue kayak Via Vallen.

Bunda dan Ayah sudah meninggalkan rumah sejak dua hari yang lalu karena memang membantu Bulek Nisa untuk menyiapkan pernikahan putrinya, Dewinta. Sebenarnya gue diminta oleh Bunda dan Ayah untuk bersama mereka, namun gue malas. Malas mendengar pertanyaan yang akan mengarah ke kapan nikah? Pacarnya mana? Dan seribu pertanyaan seputar pernikahan, pacar, dan jodoh. Namun alhamdulillah-nya Ana lamaran, so gue gak harus datang gasik ke Purwokerto. Thank you Ana!

Tapi efeknya ialah, gue kerepotan mengurus koper gue sendiri. Biasanya Bunda yang nyiapin segala keperluan, baik kalau ke luar kota ataupun ke luar negeri pasti Bunda yang nyiapin. Tapi sekarang harus gue siapin sendiri. Dunia memang kejam!

Setelah hampir satu jam bergulat dengan aktivitas packing dan di telfon berkali-kali sama jasa travel yang gue pesan untuk mengantar gue ke Bandung, akhirnya gue berada dalam travel yang membawa gue ke Bandung. Fiuhhhhh, berasa habis menjejak surga.

Belum tuntas gue menghembuskan napas lega, si kucrut yang mau lamaran nelfon.

"Lo dimana? Gak ketiduran kan? Udah jam 7!" Omelan Ana menguap memekakkan indera pendengaran gue.

Gak percaya deh bentukan gini calonnya dokter. Picek apa itu si Adit? "Eh gendheng, gue lagi di travel. 2 jam lagi paling sampe." Jawab gue kesal.

"Syukurlah, gue kira lo ketiduran karena nggak ada Bunda. Yaudah lo masih hapal rumah gue kan? Kalau nggak ntar dijemput Raisha di pool travelnya." Tawar Ana.

"Masih kok, gue naik grab aja. Di Bandung ada grab kan?" ujar gue bercanda.

Ana sepertinya diujung sana menggeram kesal. Namun yang gue dengar ialah ia sedang berbicara dengan Raisha soal alis yang ia kenakan "Ini alisnya nuking banget sih dek? Gue gak mau kayak banci!" Itu sejauh yang gue dengar. Percekcokan dalam rumah tangga, biasa.

"Duhhh, udah kan lo ngomel sama guenya? Giliran Raisha yang lo omelin? Dah ya, gue tutup." Klik. Segera gue akhiri panggilan pagi yang tak bersahabat itu. Gue senderkan kepala ke bantalan jok mobil travel, dan dalam 2 jam gue akan terbang ke alam mimpi. Lelah setelah berkemelut menyelesaikan laporan terakhir menjelang cuti. Ya Allah cuti juga gak seberapa, laporannya kayak udah mau ngelahirin anak gajah!

***

Tepat pukul 9.20 gue sudah sampai di pool travel. Edan memang supirnya, atau jalan yang cukup bersahabat ya? Karena ajaib aja nyampe Bandung cepet kayak gini.

Tapi kenapa gue apes banget sih Ya Allah? 30 menit lagi acara lamaran Ana di mulai dan grab yang gue pesan belum sekalipun menunjukkan ada yang mau nge-pick orderan gue.

'Apa salah dan dosaku sayang, cinta suciku kau buang-buang', tiba-tiba supir angkot lewat dan sialnya lagu yang berputar Jaran Goyang! Pas!

Penampilan haqiqi ini sudah berganti menjadi semrawut khas bangun tidur. Gue bablas banget tidur sampai baru sadar pas sudah mendarat dengan sempurna di landasan travel kece ini. Niatnya mau re-touch make up di grab namun apa daya hingga jam tangan udah ganti jarum juga tetap tak berbalas.

Kemudian si calon manten yang belingsatan agaknya karena belum hadirnya gue, muncul dibalik iphone 6 yang gue genggam.

"Halo!" jawab gue kesal. Ini manusia nggak bisa sabar dikit aja apa ya? Batin gue.

Eensklaps | PUBLISH ULANG VERSI WATTPADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang