(13) Tisa: Speechless!

21.1K 2.4K 102
                                    


Adit menjelaskan prosedur operasi bunda. Ya, kita akhirnya terpaksa mengambil jalur operasi untuk kesehatan bunda. Jujur gue takut karena untuk pertama kalinya anggota keluarga gue menjalani operasi. Dan ini bukan operasi kecil, yang semakin membuat gue dihantui pikiran-pikiran negatif.

"Jadi gini, Yah, Tis. Di arteri jantung bunda ada semacam penyumbatan. Ini disebabkan oleh kadar kolestrol dalam tubuh bunda yang cukup tinggi. Bunda sudah pernah mengalami ini sebelumnya kan, Yah, Tis?" Adit bertanya saat menjelaskan tentang operasi yang akan bunda jalani.

Gue terdiam menatap ayah. Nampak ada yang tersembunyi dari sorot mata ayah.

"Iya, Dit. Pertengahan tahun lalu juga bunda mengalami hal yang sama." Jawab ayah pada akhirnya.

Gue mendesah pasrah. Selama ini bunda sakit separah ini dan gue tidak tahu apa-apa? Ayah sama bunda terlalu hebat menyembunyikan ini semua.

Gue hampir menangis di ruangan Adit. Rasanya ada sakit yang menumpuk dan mengganjal. Hati gue begitu sakit. Karena bunda sakit parah seperti ini disaat gue sedang ribut besar dengannya, dan ternyata bunda telah menyimpan sakit ini lama.

"Karena pertengahan tahun lalu telah memutuskan untuk mengonsumsi obat untuk meringkankan penyakit ini, kali ini operasi adalah satu-satunya jalan untuk kesembuhan bunda."

"Nggak bisa kasih obat lagi aja, Dit?" tanya gue cemas.

"Sudah nggak bisa, Tis. Kali ini bunda harus mendapatkan operasi." Adit menjawab pertanyaan gue dengan tegas. Memang sepertinya keputusan untuk operasi kali ini tak dapat dibantahkan.

"Yasudah, bisa jelaskan ke ayah bagaimana operasi ini nantinya berjalan?" tanya ayah yang berusaha tetap tenang, namun gue tahu dalam hatinya ia meragu. Istri tercintanya akan menjalani operasi yang mempertaruhkan antara hidup dan matinya.

"Jadi kita akan melakukan pembedahan bypass arteri pada jantung bunda. Jadi operasi ini melibatkan pencangkokan pembuluh darah baru dari arteri atau vena yang sehat. Dari mana arteri atau vena ini? Bisa dari kaki, tangan, atau dada bunda yang kemudian dipindahkan dan dijahit disekitar daerah yang tersumbat." Jelas Adit.

"Ntar lo belek-belek kaki atau tangan bunda gue sekalian dong?" tanya gue sambil bergidik ngeri.

"Ini cangkok, Tis. Prosedurnya nggak semenyeramkan pikiran lo. Tujuan cangkok ini juga nantinya akan memasok darah beroksigen ke bagian jantung yang tersumbat dan mengembalikan aliran darah ke otot jantung. Penambahan aliran darah nantinya akan mengatasi gejala, menurunkan ketergantungan akan obat-obatan, dan memperpanjang hidup pasien." Adit menambahkan.

"Berarti setelah operasi, bunda bisa seratus persen sembuh dari penyakitnya?" Ayah bertanya untuk memastikan.

Adit menggeleng, "Tidak, Yah. Serangan jantung bisa terjadi kapan saja. Tergantung pola hidup yang akan bunda jalani nantinya setelah operasi ini. Semakin sehat pola hidupnya, semakin sehat juga fisik bunda."

"Ini tingkat keberhasilannya berapa persen?" tanya gue tak sabar.

"Kamungkinan berhasilnya tinggi karena usia bunda dibawah 65 tahun." Jawab Adit sembari menutup catatan medis bunda.

Gue terdiam kembali, menghirup udara dalam ruangan itu sebanyak-banyaknya, dan menghembuskannya dengan kasar. Ayah melihat kegugupan gue, kemudian menggenggam jemari gue.

"Bunda bakal sehat lagi kalau kita percaya bunda bisa sehat. Percaya ya, sayang?" Ayah menghadap wajah gue dan tergurat sendu dalam ucapannya.

Gue mengangguk.

***

Siang ini akhirnya gue sudah bisa mengunjungi bunda di kamar rawat setelah sebelumnya di IGD dan sempat dipindahkan ke ICU.

Eensklaps | PUBLISH ULANG VERSI WATTPADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang