15

163 9 2
                                    

~*   *~

"Kak Martha... kota Kikrass masih jauh ya?"

"Besok siang kita sampai di sana."

"Hmm.. begitu ya. Masih cukup jauh."

Aku menatap langit. Bintang-bintang terlihat indah sekali. Bulan purnama juga bersinar terang tanpa adanya awan-awan yang menghalangi. Setiap kali aku menatap langit ini selalu terbayang wajah Reza. Perasaanku juga tidak enak. Aku tidak mengerti.

"Ada apa Luna?"

Aku langsung tersadar dari lamunanku.

"E.. eh.. kak Martha mengejutkanku."

"Dari tadi kamu melamun saja."

"Ma.. masa..?"

"Iya. Kamu kepikiran Reza terus ya?"

"He?! Enggak kok.."

"Hmm... masa sih? Wajahmu kelihatan jelas loh.. kalau memikirkan Reza... masih tidak mau mengaku?"

Wajahku sekarang terasa panas. Aku berusaha menutupi wajah dengan kedua tanganku.

"Hee.. kenapa Luna? Kok menutup wajah?"

"Ti.. tidak apa-apa!"

"Hihihi.. kamu benar-benar imut Luna."

Kak Martha langsung memelukku dengan erat. Sesekali ia mengusap kepalaku dan mencium pipiku.

"Aa.. iya iya kak Martha aku mengaku. Sekarang lepaskan aku."

"Hehehe.. tiiidaakk.."

Aku berusaha melepaskan pelukannya. Tak lama kak Martha melepaskanku dan tertawa.

"Huuuhh... kak Martha menyebalkan."

"Hahaha.. maaf maaf Luna... jadi.. apa yang kamu pikirkan?"

"Ng.. Setiap kali aku melihat langit selalu terbayang wajah Reza. Aku.. aneh ya?"

"Hmm... selalu terbayang ya? Itu tandanya kamu menyukai Reza ya?"

"Eehh..? Ti.. tidak..."

"Kamu tidak bisa berbohong padaku Luna hihihi.."

"Uuuhh..."

"Lalu apa lagi?"

"Entahlah... hari ini kepikiran Reza terus. Aku merasa tidak enak."

"Hmm.. begitu ya... kamu khawatir sama Reza ya?"

"Be.. begitukah?"

Kak Martha mengangguk dan tersenyum kepadaku. Kemudian kak Martha mengelus kepalaku dengan lembut.

"Jangan khawatir. Dia kuat bukan?"

Aku tersenyum dan mengangguk pada kak Martha. Aku lihat putri Pavella dari tadi mengamati kami.

"Enak ya punya kakak."

Putri Pavella menjadi murung. Kasihan juga putri Pavella. Masih berumur 11 tahun dan anak tunggal dari raja. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Sekarang dia dan pelayannya Devio bersamaku dan kak Martha menuju kota Kikrass. Dia sudah tidak memiliki tempat bernaung setelah pemberontakan komandan Jeremy.

"Tuan putri... kemarilah."

"Ng..?"

Putri Pavella menghampiriku lalu duduk disampingku. Aku mengelus kepalanya pelan.

"Hmm..?"

"Putri Pavella bisa menjadi adikku kalau mau."

"Boleh..?"

TreacheryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang