Delapan

4.1K 405 47
                                    

"If I can't have you, then no one can't have you either" - Alvin Pradipta

***

Joy mengerang kesal, Ia sama sekali tak percaya jika Alvin benar-benar datang ke rumahnya. Pagi buta, bahkan saat kedua orang tuanya belum beraktivitas. Ia turun dan membukakan pintu rumahnya setelah Alvin membombardir ponselnya dengan berpuluh puluh panggilan dan ratusan chat memenuhi inbox Line nya.

"Apaan sih pagi-pagi bikin ribut dirumah orang. Nggak ada kerjaan lo?" sentaknya pada Alvin.

Joy bahkan belum cuci muka, apalagi gosok gigi. Bodo amat kalau Alvin menganggapnya jorok. Biar sekalian dia tahu, kali aja jadi ilfeel terus menjauh deh dari kehidupan Joy. Memudahkannya untuk menjalankan misi move on yang sempat tertunda.

Namun pemuda itu hanya terkekeh dan nyelonong masuk ke dalam rumahnya. "Mau jemput lo, sekalian numpang sarapan" jawabnya enteng.

Joy mengerang frustasi.

Ya Tuhan, Joy ingin mati saja, kalau tidak ingat dia masih belum memenuhi cita-citanya.

"Eh? Nak Alvin?" Mama Joy baru keluar kamar karena mendengar keributan yang ditimbulkan anak perempuannya itu. "Pagi banget, tumben minggu-minggu main ke rumah" ucap Mama Joy.

"Iya Tante, mau ngajakin CFD-an nih, yuk Tante sama Om sekalian ikut juga" ucap Alvin santai.

"Apa-apaan! Nggak, gue nggak ma-" ucapan Joy langsung saja dipotong sang ibunda dengan cepat.

"Wah ide bagus tuh! Udah lama juga Om sama Tante nggak CFD-an nih. Joy sana siap-siap. Bangunin Abang juga, kita berangkat bareng"

"Maaaaaa, tapi kan-"

"Ayo Jovita Yaslin! Buruan cuci muka terus ganti baju. Jangan lupa Abang dibangunin!" Sang Mama mendorong punggung Joy pelan ke arah kamar mandi. Namun sebelumnya Ia mengedipkan sebelah matanya pada Alvin. Membuat pemuda itu mengacungkan kedua jempolnya ke udara.

Joy hanya mendengus. Dan semakin sebal ketika Ia mendengar Alvin terkekeh geli.

Sialan!

***

"Saya biasanya nggak pernah jogging sih Om, lebih sering nemenin Papa sarapan bubur ayam Mang Jaka. Itu Om di sana" Alvin menunjuk salah satu gerobak bubur dengan cat warna kuning dan pink cerah. "Sate telurnya mantap loh Om" tambah Alvin yang kini sedang berlari kecil-kecil menemani Papa Joy itu.

"Pah kolesterol. Nggak boleh makan telur" celetuk Chandra dari arah belakang. "Lo juga jangan ngasih kolesterol mulu ke Papa gue, mentang-mentang dalam misi mengambil hati calon mertua" seloroh pemuda dengan tinggi seratus delapan puluh enam itu.

"Sedikit Bang, kata Mama boleh kok" balas si Papa dengan raut memelas.

Alvin hanya terkekeh geli melihat interaksi ayah dan anak yang menggemaskan itu. Kemudian Alvin mengedarkan netranya untuk mencari keberadaan Joy. Cukup lama Ia mencari gadis itu sampai akhirnya, mata Alvin menangkap sosok Joy yang berjalan gontai di belakang ibunya dengan raut wajah di tekuk.

Alvin terkekeh gemas melihat wajah kesal Joy. Kemudian Ia menghampiri gadis itu dan menyeret kedua tangannya. Joy kaget dengan perlakuan spontan Alvin. Ia tidak pernah menyangka kalau cowok ini akan berani melakukan skinship di hadapan keluarganya.

"Asoy bener ini pasangan muda! Pacaran terooooos!"

Dasar mulut Chandra emang sampah. Joy mendelik menatap abangnya dengan garang. Ia menghentakkan tangannya dengan keras hingga genggaman Alvin terlepas.

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang