Tujuh

4.3K 431 45
                                    

"Two : Don't let him in, you have to kick him out again"

***

"Mau apa lo?" Joy berdiri didepan pintu rumahnya yang separuh terbuka. Ia menatap Alvin dengan dua kotak martabak manis dan asin di tangannya.

Pemuda itu mengangkat bungkusan yang Ia bawa dan menggoyangkannya di depan wajah Joy. "Martabak kesukaan lo sama kesukaan Om Anton" ucap Alvin desertai cengiran khasnya.

"Siapa nak?" Mama Joy melongok dari balik bahu putrinya dan mendapati Alvin tersenyum sambil menyodorkan bungkusan ditangannya. "Eh Alvin, masuk sini. Kamu gimana sih Joy, bukannya disuruh masuk. Kasian ini lho nak Alvin udah capek-capek ke sini bawa oleh-oleh"

"Martabak Tante, kesukaan Om sama Tante nih. Buat Bang Chan juga nih Tan" Alvin menyodorkan bungkusan yang ada di kedua tangannya sembari memasang senyum yang paling manis miliknya. Martabak itu sukses mendarat di kedua tangan Mama Joy yang sudah membukakan pintu lebar-lebar untuk Alvin.

Joy memutar kedua bola matanya jengah. Pinter banget sih ngambil hati Mama! Ingin sekali Joy mengumpat dan melemparkan martabak ke wajah idiot Alvin.

"Yaudah kan, martabaknya diterima. Udah sana balik. Gue ngantuk mau tidur!" Joy sudah akan menutup pintu namun kemudian Mamanya memukul tangan Joy dan menjewer telinga gadis itu.

"Nggak sopan! Tamu itu harusnya dijamu. Bukannya diusir"

Joy meringis kesakitan minta Mamanya untuk melepaskan jeweran pada telinganya yang sudah dapat dipastikan memerah itu.

"Masuk dulu nak Alvin, ayo makan malam dulu. Belum makan kan?" Mama Joy sudah ramah sekali menyambut Alvin. Berbeda dengan raut wajah Joy, yang sedari tadi mengajaknya perang. Mama Joy bahkan mengamit lengan pemuda itu dan menyeretnya memasuki ruangan keluarga dimana Papa dan abang Joy sedang duduk menikmati tayangan berita malam.

Joy sudah misuh-misuh dibelakang Mamanya dan Alvin. Ingin sekali mengumpat. Tapi apa daya, kalau mengumpat pada Mama nya bisa-bisa Ia dikutuk menjadi batu.

Inget ya jangan pernah biarkan Alvin memasuki kehidupan lo lagi. Jangan biarkan dia dekat sama orang-orang tersayang lo! Peraturan kedua : Don't let him in! You have to kick him out again!

Joy tersentak mengingat ucapan Rose, ini sih niatnya juga mau ngelarang, tapi apa daya, Joy bahkan tidak berkutik dihadapan Mamanya. Murah banget sih Ma, di sogok martabak aja luluh. Heu!

Dasar Beruang Madu warna cokelat!!

***

"Waduh kok repot-repot segala nak Alvin, dibawain dua bungkus martabak pula. Kesukaan Om semua ini" Ucap Om Anton, Papa Joy dengan antusias sembari mencomot martabak kelimanya itu.

"Kolesterol Pa, ini sih buat Chan aja" Abang tertua Joy tidak kalah gesit. Ia juga sudah mengambil empat potong martabak asin dan martabak manis di hadapannya.

Alvin hanya meringis, tidak pernah membayangkan akan disambut sedemikian hangat oleh keluarga Joy. Biasanya cowok itu hanya bercengkrama dengan Abang Joy, karena kesibukan orang tua Joy yang bekerja sebagai Kepala Dinas Kesehatan dan Bankir itu.

Berbeda dengan Joy yang sedari tadi berawankan mendung siap meluluh lantakkan Alvin dengan segala badainya. Gadis itu bahkan tidak menyentuh martabak manis yang Alvin bawakan. Padahal itu martabak kesukan Joy.

Gadis itu kenapa sih? Bikin bingung. Sebentar-sebebtar ngambek, terus nanti baik lagi, terus ngambek lagi. Kalau ditanya kenapa, pasti jawabnya nggak kenapa-kenapa. Kalau nggak ditanya, eh dikatain nggak peka. Sama saja seperti Lisa ternyata.

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang