Dua Puluh Sembilan [END]

5.8K 366 139
                                    

Joy duduk di atas tempat tidurnya dengan Alvin yang duduk di tepi ranjang menatap gadis itu. Mata mereka saling mengunci dan bibir mereka tidak berhenti tersenyum.

"Jadi, apa yang di bilang Salsha bener?" Joy berujar.

Alvin mengangkat sebelah tangannya, mengusap pipi gadis itu dengan sayang. "Hemmm" ucapnya sembari mengangguk. Masih malu mengaku ternyata.

"Kamu beneran putus sama Lisa? Karena aku?" tanya Joy lagi. Kalau memang Joy menjadi penyebab mereka putus, Ia akan merasa sangat bersalah telah menjadi PHO.

"Hemm, sort of" jawab Alvin. "Tapi lebih tepatnya, kamu bikin aku sadar. Siapa cewek yang beneran aku sayang"

Joy menangkap tangan Alvin dan menggenggam talapak tangan lebar nan hangat itu. "Dan cewek itu?"

Alvin mengerang. Joy ini sungguh sebuah ujian ya. Kurang obvious apa lagi sih?!

"Memangnya kurang jelas ya omongan Salsha tadi?" Alvin mendengus kesal. Malu sih sebenarnya.

"Aku tuh maunya dengar langsung. Mana bisa aku percaya omongan orang lain" Joy mencebik sembari melemparkan tangan Alvin dari genggamannya.

Alvin mendesah berat. Ia duduk mendekat ke arah Joy, kemudian menangkup wajah gadis itu dalam kedua telapak tangannya. "Dengar ya Jovita Yaslin, aku Alvin Pradipta dengan ini menyatakan bahwa telah jatuh cinta dan sayang kepada Jovita Yaslin sejak si gadis biasa aja ini menumpahkan minuman ke kemeja flanel si pemuda!"

Mata Joy membulat. Kejadian itu bahkan sudah lama sekali. Jauh sebelum mereka ditempatkan dalam satu kelas dan berkecimpung dalam satu project bersama. Gadis itu tersenyum manis sembari menggenggam tangan Alvin yang masih setia bertengger di wajahnya.

"Terus kamu ngapain tiba-tiba ke sini?" ujar gadis itu.

"Kamu sakit, dan kenapa juga nggak ke rumah sakit? Sakit kamu nggak main-main Joy!" Alvin mencebik. Ia masih khawatir. "Mana kamu kurus banget sekarang, kita ke rumah sakit aja yuk" ajaknya.

Joy mengernyitkan dahinya heran. Orang cuma masuk angin kok pake ke rumah sakit segala. "Aku nggak apa-apa kok"

"Nggak apa-apa gimana?! Kamu sakit liver! Bahaya, mana ada sakit liver cuma di rawat di rumah. Kenapa sih? Kita cari rumah sakit paling bagus pokoknya!" Alvin menaikkan suaranya. Membuat Joy ingin mengutuk Chandra.

Pasti deh kutu kupret satu itu yang mengadu pada Alvin.

"Astaga! Liver? Bang Chandra yang ngadu pasti nih. Awas aja tuh orang!"

"Iya makanya, ayo kita ke rumah sakit sekarang" Alvin sudah berdiri. Satu tangannya menarik tangan kanan Joy, nyaris menyeret gadis itu.

"Bentar, bentar, aku nggak apa-apa serius, aku nggak sakit Liver yang itu. Bukan itu maksud Bang Chandra" ucap Joy panik. Ini Alvin ngeyel banget mau nyeret Joy ke rumah sakit aja tanpa klarifikasi dulu.

"Hah?!" Alvin jadi bingung sendiri.

Otaknya yang hanya sebesar kacang kedelai itu memang lambat dalam memproses sesuatu. Sampai pada akhirnya Ia mengerti maksud Salsha.

Liver

Hati

Sakit liver

Sakit hati!

Astaga! Salsha!

Alvin menepuk jidatnya sendiri. Merasa gagal dan bodoh. Ia kembali duduk dan menatap Joy. Membuat gadis yang ditatap itu makin heran. Tadi saja panik-panik ajaib, terus sekarang tertawa-tawa sendiri. Alvin ini yang harusnya yang dibawa ke rumah sakit.

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang