Dua Puluh Empat

2.8K 296 85
                                    

"I might be the big fat liar ever, but I can't lie to my self. That I'm still into you" - Jovita Yaslin

***


"Bimo? Managernya Lisa?"

Bimo menoleh dan mendapati calon client-nya itu berdiri sembari menyungingkan senyum.

"Bang Jimmy Rahardian?" Bimo jadi ikutan berdiri karena tidak enak.

Jimmy mengulurkan tangannya meminta jabat tangan dari Bimo dan disambut pria itu dengan sebuah jabat tangan hangat.

"Panggil Bimo saja Bang" ucap Bimo.

"Oh iya, Bim kenalkan ini pacar saya, Olivia Tan. Dia ini yang mau meminta jasa Lalisa untuk endorse barang" Olive yang disebut namanya ikut tersenyum hingga matanya tenggelam.

"Tapi Lisa sebenarnya udah nutup endorse sejak dua bulan lalu Bang. Dan sekarang juga anaknya lagi cuti kuliah" jelas Bimo, sebelum obrolan semakin jauh dan justru berujung mengecewakan client-nya itu

"Lho tapi saya saya masih sering lihat dia endorse jamu pelangsing dan obat peninggi badan sama beberapa baju kok" ini suara Olivia.

Bimo menyesap kopinya sebentar, lalu kemudian berujar. "Oh itu sisa-sia endorse sebelum Lisa memutuskan buat berhenti Kak. Maaf ya kak" ucapnya kemudian sembari menangkupkan kedua tangan di depan dada.

Olivia mengeluarkan sesuatu dari dalam paper bag nya. Sebuah kamera yang masih terbungkus dalam kotak. "Saya mau Lalisa endorse ini. Berapapun bayarannya saya kasih" ucap Olive sembari meletakkan kotak kamera tersebut diatas meja dan menyodorkannya pada Bimo.

Mata Bimo melebar, itu Leica M7 yang Lisa inginkan sejak tahun lalu. Tapi belum kesampaian karena pengeluaran sedang boros-borosnya.

"Tapi kak...Lisa..."

"Kameranya boleh buat Lisa kalau dia mau endorse barang saya" ucap Olive membuat Jimmy nyaris terjungkal.

Olive tidak main-main. Jimmy sampai bingung, sebenarnya pacarnya ini mengambil kuliah Ekonomi dan Bisnis atau kelas Drama sih? Jago banget aktingnya. Kalau ada penghargaan untuk kategori orang awam dengan akting terbaik, Jimmy yakin pacarnya ini akan menang.

Bimo nyaris tersedak air liurnya sendiri. Leica M7 kamera digital seharga empat ribu sekian ratus dolar itu diberikan secara cuma-cuma hanya untuk kebutuhan endorse sekali jepret dengan caption paling banter 'Kamera ini bagus banget hasilnya, jernih dengan resolusi yang besar. Bikin kualitas foto liburanmu terasa sangat nyata', Bimo menelan ludahnya sendiri.

"Gimana? Saya maunya Lalisa yang endorse barang ini. Biar penjualan di toko saya semakin naik"

Jimmy menaikkan alisnya mendengar ucapan sang pacar. Pasalnya, toko si pacar ini tergolong salah satu toko elektronik paling besar di Mangga Dua dan tersebar cabangnya di beberapa wilayah se-Jabodetabek.

Reputasi serta kualitas terjamin tentulah membuat Toko Elektronik Sinar Baru itu tidak perlu endorse yang berlebihan. Siapa sih yang nggak tahu toko elektronik keluarga Tan?

"Tolong diusahakan ya, saya maunya Lisa yang endorse" ucap Olive final.

Bimo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bimbang. Terlebih setelah tahu barang apa yang akan diendorse oleh Lisa.

"Ayolah, bisa kan?" Olive kembali memohon.

Jimmy diam saja. Takut salah bicara. Biar semua Ia serahkan kepada pacarnya ini.

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang