Anya mengetuk pintu kelasnya tiga kali ketika ia baru menginjak ubin pertama dalam kelasnya.
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh, everyone!" ucap Anya dengan nada semangat 45 seperti calon-calon pemimpin negara melakukan kampanye.
Yana memutar bola matanya, "masih pagi anjir ini orang," katanya setelah menjawab salam dari Anya terlebih dahulu.
Alisa, teman sebangkunya, menyambutnya dengan omelan ketika Anya hendak melepas sweater krem yang melekat di tubuhnya, "gak boleh pake sweater masuk sekolah, bisa-bisa nya lo ya."
Anya nyengir, "selaw bre."
Setelah melepas sweater dan ditaruhnya di meja, Anya mengangkat kursi dari mejanya dan tak sengaja melihat Ucup yang ternyata, hari ini, duduk di belakangnya.
"Woy bray. Udah jawab salam gue belom lu?" tanya Anya yang tidak dihiraukan sama sekali oleh Ucup, tapi Anya tidak peduli, Ucup memang seperti itu.
*
Semua anak kelas XII IPA 6 bisa dipastikan dalam keadaan tegang paling tinggi ketika beberapa detik yang lalu, guru fisikanya, Bu Mita, bertanya sekarang tanggal berapa.
Itu artinya, dia akan memanggil satu anak murid yang akan disuruh menjawab soal di papan tulis sesuai dengan tanggal hari ini.
Yah, gak beruntung juga sih yang punya absen 32 ke atas, karena pasti akan kena juga gimanapun caranya. Dunia ini adil.
Anya bertanya pada Alisa, "emang ini tanggal berapa dah?"
"Duabelas Januari ku bertemu."
"Itu sebelas dol."
"Duabelas ya anak anak?" suara Bu Mita menggelegar bagaikan petir bagi orang yang bernomor absen 12.
Tapi sepertinya tidak bagi Ucup.
"Muhammad Yusuf, absen nomer 12, tolong buka buku paket halaman 45 ya."
Ucup, atau nama lengkapnya Muhammad Yusuf, tetap santai seperti biasanya, mengambil buku milik teman sebangkunya, Nando, dan mencari halaman 45.
"Terus diapain bu?" tanya Ucup ketika ia, dan semua isi kelas sudah tahu apa yang harus dilakukan.
Bu Mita tersenyum, "menurut mu? Kerjakan latihan satu titik tiga, nomor 2 saja, Cup."
Nando, cuma bisa nahan ketawa sambil nepuk-nepuk pundak Ucup.
"Udah lu bertapa aja Cup di depan," kata Nando.
Ucup lalu maju ke depan dengan gontai, tapi bukan nya mengambil spidol dan menulis di papan tulis, ia malah menghampiri Bu Mita.
Anya mengerutkan dahi, "ngapain si Ucup kira-kira?" tanya nya pada Alisa.
Alisa menaikkan kedua bahunya, "tau dah, tu orang aneh-aneh aja."
Anya mengangguk-anggukkan kepalanya, "mungkin dia lagi nego aja shaaaayyy," kata Anya ngasal sembari mencoba menjawab soal yang diberikan barusan pada Ucup.
Bu Mita tiba-tiba tertawa pelan, "begini ya anak-anak. Ibu juga tahu setiap orang pasti punya kelebihannya masing-masing. Tapi, kalau dengan keadaan seperti ini kan, mau tidak mau kamu setidaknya bisa memenuhi kriteria nilai yang dibutuhkan untuk raportmu nanti," kata nya. Lalu ia menambahkan lagi, "jadi begini Cup, bukannya apa-apa, kamu gak harus jago sama pelajaran ibu, kamu cuma butuh untuk bisa, begitu. Ya sudah, cari teman kamu yang bisa dan minta ajari, nanti kalau sudah bisa kasih tau ibu, oke?"
Ucup berjalan menuju bangkunya ketika sebelumnya ia hanya menjawab, "siap bu."
Nando yang sudah tidak kuat menahan tawanya mati-matian itu bertanya, "emang lu bilang apa Cup?"
