1.Faranisa Pratista

79.9K 4.8K 152
                                    

Bunyi alarm yang berasal dari ponsel ku berbunyi nyaring. Lagu dari boyband Super Junior asal korea selatan yang berjudul Opera itu benar-benar mengagetkan saat di bunyi pertama. Tangan ku meraba-raba samping tempat tidur ku yang kosong guna mencari ponsel asal Cina ku yang masih dua bulan lagi kreditnya ini.

Tap!

Kumatikan nada berisik dari alarm yang memecah keheningan pagi ini. Aku duduk diatas tempat tidurku dengan rambut yang masih acak-acakan. Terlalu malas untuk masuk kerja hari ini. Badanku serasa remuk redam akibat harus lembur menyelesaikan pekerjaan. Pak tua cerewet itu pasti akan mengomeli ku lagi jika Pekerjaanku belum ada diatas meja nya saat ia datang.

Aku keluar dari kamar mandi dengan wajah dan tubuh yang lumayan segar. Berpakaian kantor seperti biasa dengan menggunakan kemeja dan celana bahan kain wanita. Aku lebih nyaman menggunakan celana dari pada rok, lebih suka flatshoes dari pada heels, serta lebih suka mengikat satu rambut ku dari pada menggulungnya kebelakang.

Selain karena ribet, ketiga hal yang berhubungan dengan kantor tersebut tak kusukai karena terlalu memperlihatkan sisi feminin. Diluar sana wanita semacam itu banyak menjadi target kejahatan.

Apalagi aku sering lembur dan pulang malam. Naik kendaraan umum dan transportasi online menjadi langganan. Tak menutup kemungkinan untuk mereka berbuat jahat kepadaku. Bukannya berprasangka buruk, apa salahnya kan merasa mawas diri.

Aku menutup kamar kos ku yang hanya berukuran empat kali lima meter ini kemudian memasukkan kuncinya kedalam tas selempang yang kupakai dibahu kiri.

Kamar kos ku memang terbilang kecil. Fasilitas kamar mandi, dapur dan kamar sudah menjadi satu didalamnya. Meski kecil aku nyaman. Lingkungan sekitar kos pun juga nyaman, serta tidak terlalu jauh dari tempat ku bekerja. Jika menaiki kendaraan umum hanya memakan waktu lima belas menit saja.

Ya lima belas menit. Lima belas menit dikota kecil bukan seperti lima belas menit dikota besar. Lalu lintas Ibu kota selalu menampilkan keruwetan yang tak pernah aku tau jalan keluarnya.

Aku tiba dikantor tempat ku bekerja sepuluh menit sebelum jam kerja dimulai. Kantor mulai ramai. Pemandangan seperti ini sudah lama menjadi makananku sehari-hari. Belum lagi berdesakkan dengan sesama karyawan yang sama terburu-burunya denganku. Bosan? Ya. Lelah? Apalagi. Tapi demi gaji yang lumayan besar mah apa saja dilakukan.

Sebenarnya aku tak perlu buru-buru seperti ini kalau saja, pekerjaan yang sekarang ada padaku sudah tergeletak manis dimeja bos tua cerewet itu. Karena kemarin aku membawa pekerjaanku pulang kerumah, tentu saja merepotkan. Tapi kalau lembur sendirian dikantor kan serem juga ya. Biasanya kalau ga mas Adi atau ga mbak Tari yang juga sering lembur bareng aku. Tapi di karenakan pekerjaan mereka kemarin tidak sebanyak aku, ya mana mau lah nemenin. Enakan di rumah sama anak istri kata mereka.

Pernikahan cukup membuatku takut akan terikat dengan pasangan. Bukan karena terlalu jelek sampai sekarang aku memilih jomblo. Banyak juga pria-pria matang dan dewasa yang pernah mendekati ku. Tapi aku memilih untuk tidak menanggapi serius. Aku takut akan terikat dan terus bergantung pada pasangan. Terlalu nyaman akan kesendirian ku yang sekarang.

"Kok, Pak Jacki jadi murah senyum yah hari ini. Apa jangan-jangan udah masuk hari keempat puluh ya?" Bisik-bisik wanita yang satu lift dengan ku saat ini mulai menarik perhatianku. Kenapa nama pria tua cerewet itu disebut-sebut? Eh bukannya hal biasa kalau ghibah tentang bos nya itu?

"Huss! kalo ngomong! Ya kali mau mati. Lo kalo benci di filter dong. Bukan cuma lo juga yang kena senyum maut dia, gue juga" wanita yang menjadi lawan bicara wanita pertama tadi sedikit berbisik. Mungkin takut akan orang dekat objek yang sedang jadi bahan ghibah ada disekitar mereka.

MARRIAGEPHOBIA  (DICTATOR BOSS 1st VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang