Tekan vote dong kakak cantik 😊
****
Baru saja aku memasuki ruangan divisi akunting, Reno sudah lebih dulu mendekat kearahku dengan mata yang terfokus pada kantung plastik besar yang ada ditangan kananku.
"Segitu ngidamnya ya janin lo sama pempek?" aku mendelik kearah Reno dengan nada menyindir yang tak kututup-tutupi.
"YaAllah Nis, gitu aja marah. Sini-sini peluk dulu gue kangen" Reno merentangkan tangannya lebar-lebar dengan langkah kaki yang ia seret kearahku beberapa langkah.
Bugh!
"Ih Reno apaan sih?!" aku melempar Reno dengan bolpoin yang berada diatas kubikel ku guna menyadarkan pikiran bodoh lelaki itu.
"Sakit, Nis!"
"BPJS lo keluarin" sungutku kesal.
Aku duduk dikursiku kemudian menarik beberapa lembar tisu diatas meja kubikelku guna mengelap layar komputer serta kubikelku yang sudah berdebu tipis.
Saat sedang membersihkan kubikelku, mataku tak sengaja menatap kubikel yang ada didepan kubikel Mas Adi sudah terisi Alat Tulis Kantor. Milik siapa?
"Ada karyawan baru ya, No?" tanyaku setelah membuang tisu bekas pakai kedalam tempat sampah yang ada dibawah kubikel ku.
"Iya. Cantik banget Nis solehah lagi kelihatannya. Namanya Anggita"
"Segitu sibuknya ya kalian pas ga ada gue, makanya minta permohonan ke HRD buat rekrut karyawan baru?"
"Ga lah!" seru Reno seraya tertawa pelan.
"Eh ngomong-ngomong kayaknya itu cewek ada main nepotisme deh"
Aku menoleh cepat kearah Reno kala mendengar ucapan Reno yang memancinng rasa penasaranku.
"Kok gitu?"
"Yang nganterin dia masuk Big Bos sih. Makanya agak segan ngasih ospek walaupun dia anak baru"
Fyi, jika ada karyawan baru yang masuk didivisi ini ia akan diberikan OSPEK juga, Orientasi Pengenalan Kantor. Biasanya seharian bisa kita suruh-suruh ini itu. Bahkan jatah kerjaan sering kita bagi 'sedikit' sama karyawan baru. Jahat? Tidak. Kita semua sudah pernah merasakan dari karyawan-karyawan senior yang sekarang sudah naik jabatan ataupun dimutasi kecabang lain.
Namun ada yang lebih dari itu, ucapan Reno baru saja membuat rasa penasaranku semakin terpancing.
"Sepupunya?"
"Bukan. Teman katanya, teman kuliah waktu diluar negeri"
"Kapan dia masuk?"
"Sehari setelah kita VC sama lo"
Deg! Apa Danendra pulang tidak berpamitan lagi padaku karena temannya itu? Kenapa aku jadi merasa terganggu akan ucapan Reno yang satu itu? Ini tidak benar.
"Nisa!" seru Mbak Tari dari ambang pintu masuk ruang divisi akunting ini.
"Oleh-oleh" kedua tangan Mbak Tari terbuka lebar kala ia sudah berdiri dikubikelku.
"Oh iya lupa" langsung saja aku meraih plastik besar yang tadi kuletakkan diatas meja kubikelku.
"Pas Mbak Tari aja cepet, giliran gue tadi dikacangin" sindir Reno.
"Ga usah nyinyir, mau jatah lo gue kasih anak baru? Ngepas aja ini"
"Wah jangan gitu dong Nisa sayang, becanda" Reno tersenyum memperlihatkan deretan gigi rapihnya.
"Lah ga enak dong Nis sama Gita, masa yang lain dapet dia enggak?" Mbak Tari mengambil uluran kantung plastik yang kuulurkan untuknya kemudian berjalan kearah kubikelnya.
"Sebenernya beli lebih satu sih Mbak, jatah Mas Rio kan harus lebih banyak dari kalian. Masa' ngasih bos disamain sama karyawannya? Gitu-gitu Mas Rio manager kita" aku juga bingung. Ini pembagian nya gimana?
"Yah gapapa lah Mas Rio juga ngerti kali. Entar ngomong aja sama dia" ucap Mbak tari lagi
"Iya juga yah Mbak, yaudah deh ini untuk sih Anggita itu aja satu."
"Nih ambil punya lo" aku mengulurkan plastik yang isinya sama juga dengan milik Mbak Tari tadi kepada Reno. Melihat wajahnya yang memelas seperti tadi rasanya ingin membuatku tertawa.
Mas Adi dan Mas Rio juga sudah datang beberapa menit yang lalu, dan oleh-oleh untuk mereka juga sudah langsung kuberikan agar tidak memenuhi meja kubikelku. Tinggal satu lagi milik si Anggita. Aku penasaran bagaimana wujudnya? Perihal oleh-oleh tadi juga sudah kuberitahu pada Mas Rio dan pria itu memaklumi.
"Selamat Pagi"
Aku mendongak kala mendengar sapaan bernada lembut itu. Seorang gadis cantik berhijab coklat tua dengan setelan kulotnya berdiri diambang pintu seraya tersenyum menyenangkan kearah semua orang. Mata kami bertemu, dan gadis itu semakin melebarkan senyumnya. Mau tak mau aku juga harus ikut tersenyum. Tak mungkin kan kesan pertama ku dinilai jelek dimata gadis ini jika aku menampilkan raut tak bersahabat. Entahlah aku merasa masih terganggu saja akan ucapan Reno tadi tentang gadis ini.
"Mbak Nisa?" tanyanya saat ia sudah menghampiri kubikel ku.
"Kok manggil Mbak? Umurnya berapa"
Setahuku ia teman kuliah Danendra, itu artinya pasti akan lebih tua dariku kan? Umur ku dua puluh tujuh tahun, sedangkan Danendra tiga puluh tahun.
"Dua puluh Sembilan tahun, Mbak"
"Wah lebih tua Mbak nya dong, aku baru dua puluh tujuh tahun. Masih jadi buntut deh nih kayaknya" Candaku diakhir kalimat. Dan kulihat ia terkejut mendengar ucapan ku.
"Wah saya kira sudah pada lebih tua dari saya" Ucapnya lagi. Eh btw Reno apa kabar? Tidak dipanggil Mas kan? Wajah Reno sih iya boros, tapi umurnya sama sepertiku percayalah.
"Oh iya Mbak Anggita, ini kemarin saya baru pulang dari Sumatera Selatan. Ada sedikit oleh-oleh, nah ini bagian Mbak Gita. Yang lain sudah kebagian kok."
"Makasih ya" Ucapnya kemudian mengambil plastik yang kuulurkan seraya tersenyum. Murah senyum sekali wanita ini.
Ia duduk dikubikelnya kemudian menyalakan komputernya setelah menyimpan buah tangan yang tadi kuberikan padanya kedalam laci. Entah kenapa gerak-geriknya menjadi tak luput dari penglihatanku.
"Anggita" Kulihat Mas Rio keluar dari ruangannya memanggil Mbak Anggita.
"Ya Mas?"
"Ada panggilan dari Pak Danendra. Katanya keruangannya sekarang"
"Iya makasih Mas, saya segera kesana" Mas Rio mengangguk kemudian menutup pintunya kembali.
Mataku tak lepas mengamati punggung Mbak Anggita saat ia sudah berjalan kearah pintu keluar. Sebenarnya apa hubungan keduanya? Mengapa juga pagi-pagi seperti ini sudah ada acara panggil-panggilan? Dan kenapa juga denganku? Mengapa aku jadi repot sendiri?
***
Follow ig aku yuk : ranico13
Visa Ranico
Prabumulih, Sumatera Selatan
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGEPHOBIA (DICTATOR BOSS 1st VERSION)
ChickLit#1 Watty2018 (05/10/2018) #8 ChickLit (07/03/2018) Ganti judul : Dictator Boss -> Gamophobia -> MARRIAGEPHOBIA (DICTATOR BOSS 1st VERSION) Berawal dari banyak nya berita yang ia tonton serta artikel yang sering ia baca. Faranisa Pratista, wani...