Vote yaa 😉
***
Matahari kembali naik kesinggasananya. Seolah memberitahu kepada semua isi jagad raya bahwa ialah sang raja siang. Aku melangkah gontai disepanjang jalan setapak gang tempat kos ku, menuju jalan utama untuk menunggu angkutan kota yang akan membawa ku ketempat kerja.
Sungguh sangat malas dan tak bersemangat pagi ini. Penyambutan pemilik baru perusahaan tempat ku bekerja memang akan menyenangkan bagi karyawan lain. Pekerjaan sempat akan teralihkan sebentar dan hanya akan fokus bekerja hanya beberapa jam saja. Perombakan struktur perusahaan benar-benar akan terjadi. Dan dari apa yang kucuri dengar adalah bahwa sang pemilik baru perusahaan raksasa yang bergerak pada bidang Elektronik terbesar ini lebih kejam melebihi pak Jackie.
Sangat kusayangkan mengapa Pak Jackie rela menjual hampir seluruh sahamnya, sehingga bukan ia lagi yang mempunyai hak penuh atas perusahaan. Usianya yang semakin tua memang sudah mengharuskan ia pensiun kerja. Jika saja ia hanya pegawai biasa di korea, mungkin ia sudah tak dipekerjakan lagi. Tapi sayangnya ini Indonesia, dan dia bukan pegawai biasa.
Anak Pak Jackie tak menyukai mengelola perusahaan semacam ini. Bisnis resort dibeberapa titik dipulau yang berbeda di Indonesia mungkin akan menjadi pilihan baru. Dan memang sudah menjadi passion nya anak Pak Jackie juga yang menyukai traveling akan lebih memudahkan. Dari pada anak pak Jackie memaksakan mengelola, bisa gulung tikar perusahaan.
Tak terasa angkutan kota yang tadi kunaiki sudah berhenti. Aku turun dan membayar ongkos, lantas langsung melesat masuk ke gedung pencakar langit di depan ku ini.
Suasana lobi tampak masih sepi saat aku datang. Hanya ada beberapa karyawan yang lalu lalang saja dan sepertinya tampak terburu-buru sekali. Apa aku datang terlalu pagi? Tapi saat ku lirik arloji hitam putih yang melingkari pergelangan tangan kiriku, aku terkejut bukan main. Ini lima menit lagi sebelum absen karyawan ditutup. Tapi kenapa bisa sesepi ini? Biasanya di jam seperti ini akan saling berdesakkan didalam lift.
Dengan perasaan gusar aku masuk ke dalam lift. Entah mengapa perasaanku tak enak.
Saat aku sudah masuk, aku melihat salah satu pekerja kebersihan dikantor ini yang sudah lebih dulu berada didalam lift ini. Kulemparkan senyum canggungku. Dan wanita berumur sekitar empat puluh tahunan itu membalas senyum ku."Kok sudah sepi ya bu? Apa kantor hari ini libur? Eh tapi ada kok tadi yang pake baju kerja" aku mencoba mengajak ibu disampingku ini berbicara. Siapa tahu dia tau kan penyebab keanehan pagi ini. Secara jadwal pekerja kebersihan disini datangnya lebih awal dari pada karyawan biasa seperti ku. Jam setengah enam mereka sudah harus absen.
"Loh? Mbaknya ga tau? Pak Danendra kan lagi keliling kesetiap ruangan divisi kantor"
Bak tersambar petir. Perkataan ibu yang ada disampingku ini benar-benar membuat kakiku lemas.
"Ibu ga becanda?"
"Buat apa lah mbak ibu becanda. Kan kemarin memang dipemberitahuan seluruh karyawan diharapkan datang tigapuluh menit lebih awal dari biasanya. Soalnya kata bos baru terlalu siang jam setengah delapan baru masuk"
Sial! Kenapa pemberitahuan itu tak sampai ke telinga ku? Kenapa juga anggota divisi yang lain tak memberitahuku? Aku benar-benar ingin menangis sekarang.
Saat bunyi lift berdenting, aku buru-buru pamit dengan ibu pekerja kebersihan yang tadi sempat ku ajak bicara. Saat melihat anggukan sekilas ibu itu aku buru-buru berlari ke ruanganku. Sialnya, divisi akunting berada diujung dengan belokkan yang amat banyak!
Jika bos gila itu awal memeriksa dari ruangan divisi genneral affair, maka semua terlambat. Karna jika menurut urutan struktur organisasi perusahaan, divisi ku berada diurutan ketiga setelah divisi genneral affair dan divisi personalia.
Ku percepat lariku. Meski aku tahu semua terlambat, tapi aku tetap berusaha. Aku yakin bos gila itu mungkin sudah sampai memeriksa ke ruangan divisi R&D atau pun divisi Produksi aku tak peduli. Mengingat ini hampir jam setengah delapan karena kebodohanku yang salah jadwal. Itu artinya pemeriksaan langsung oleh bos gila itu sudah berlangsung duapuluh lima menit yang lalu!
Setidaknya jika divisiku sudah diperiksa, aku tak perlu dimarahi didepan rekan kerja ku yang lain. Paling mas Rio yang balik memarahiku karna kurang disiplin.
Saat sudah sampai didepan ruangan divisi akunting, tubuhku mendadak kaku. Dari luar sini aku bisa melihat dengan jelas bagaimana bos baru itu memarahi mas Rio selaku ketua tim kami atau yang biasa disebut manager yang bertanggung jawab akan semua hal yang ada didivisi keuangan ini.
Mas Rio hanya menundukkan kepala, sesekali mengangkat kepalanya menatap Pak Danendra. Saat kepala mas Rio terangkat, tak sengaja kedua mata kami bertemu. Dari balik dinding yang terbuat dari delapan puluh persen kaca bening dan duapuluh persen kaca doff ini, aku berani bersumpah jika tatapan mas Rio adalah terkejut dan amarah yang siap tumpah menjadi satu saat melihat ku berdiri diluar ruangan dengan wajah tanpa dosa.
Tak ada pilihan. Masuk atau semakin kena omelan.
"Maaf pak, saya terlambat" aku menundukkan kepalaku dalam-dalam saat suasana hening sangat kentara saat aku masuk.
"Ngurusin satu anggota yang seperti ini saja kamu tidak bisa? Saya bukan hanya bayar kamu buat ngurusin hasil kerja anggota kamu saja ya, Rio. Tapi kedisiplinan anggota kamu juga harus kamu perhatikan! Gimana mau berkembang perusahaan ini kalau karyawan saja datang jauh sesudah bosnya datang!"
Telingaku pengang. Ocehan Pak Danendra benar-benar menusuk. Kalau karyawan badung seperti ku memang sudah biasa menerima omelan orang semacam Pak Danendra ini. Tapi buat teman-temanku yang lain? Kasihan juga mereka.
Untung saja kinerja kerja ku dapat mempertahankan posisi ku."Dan kamu!" Aku mendongak, memastikan siapa kata 'kamu' yang dimaksud. Dan benar saja, itu aku.
"Ya pak?"
"Kamu sadar berapa menit kamu telat?"
"Duapuluh lima menit pak" aku berkata tanpa mau menatap mata penuh kejengkelan itu. Terlalu takut kalau sewaktu-waktu dibentak. Pengalaman Pak Jackie kemarin tentu.
"Kamu tau kan saya pemilik baru tempat kamu cari nafkah?" astagfirulloh itu mulut apa boncabe? Pedes banget.
"Iya pak saya tau"
Kudengar helaan nafas lelah dari Pak Danendra. Capek ya pak marah-marah nya?
"Ikut saya ke ruangan saya"
Apa katanya? Aku belum pernah masuk ruang direksi jika bukan menyangkut pekerjaan penting. Hukuman macam apa yang menanti?
Oh God, Help me!
***
Ga jadi deh, soalnya entah kenapa pembaca masih dikit udah dapet rank #344 aja kemarin :v yaudahlah ngejar rank aja ga usah ngejar komen :'v
Jan lupa vomment ya 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGEPHOBIA (DICTATOR BOSS 1st VERSION)
Literatura Feminina#1 Watty2018 (05/10/2018) #8 ChickLit (07/03/2018) Ganti judul : Dictator Boss -> Gamophobia -> MARRIAGEPHOBIA (DICTATOR BOSS 1st VERSION) Berawal dari banyak nya berita yang ia tonton serta artikel yang sering ia baca. Faranisa Pratista, wani...