***
Aku berjalan memasuki wilayah kantor dengan berbagai pikiran yang menghinggapi. Bahu kiriku tersampir sling bag abu-abu kesayanganku dan ditangan kananku tergenggam erat paper bag berisi jas milik Danendra yang diikatkan oleh pria itu kemarin.
Oh sungguh, teringat hal itu kembali saja membuat kepala ku pening. Bagaimana aku harus bersikap saat mengembalikan benda ini?Sial sekali. Gara-gara rok jadi baper!
Wanita normal mana yang tidak bersemu kala diperlakukan begitu? Walaupun semenyebalkan apapun pria itu kalau sudah bersikap manis seperti itu bisa apa?
Oke mungkin itu bukan sikap manis. Tapi lebih tepatnya sikap baik. Tapi rasanya aneh saja dia kan terkenal jahat ke semua orang bukan baik ke semua orang. Astaga.
Lift berdenting dan terbuka dilantai ruangan divisiku berada. Suasana cukup sepi dilantai ini. Bagaimana tidak? Hanya divisi akunting dan ruangan Direksi saja yang mengisinya.
Ruangan divisi akunting ini mempunyai lantai sendiri. Mungkin karena kami dituntut untuk bekerja sebaik mungkin dibawah tekanan dan konsentrasi kerja yang cukup tinggi sangat dibutuhkan, jadinya suasana nyaman dan tenang sangat dibutuhkan.Tak lama setelah aku melangkahkan kaki ku keluar dari lift khusus karyawan biasa ini, lift khusus direksi yang ada tepat di sebelah kiri lift yang tadi kunaiki pun berhenti juga selang beberapa detik saja.
Ku lirik sedikit guna mengetahui siapa yang datang. Saat memastikan tak salah orang pun ku lirik sekali lagi siapa sosok yang tengah berjalan santai itu kala keluar dari lift.
Mataku membelalak kala menyadari siapa yang datang.
Oh aku tidak siap bertemu dia di jam seperti ini. Apa kupercepat saja langkah kaki pendek ku ini?Tidak, tidak. Itu sangat kekanakan. Santai saja Nisa. Jangan terlalu difikirkan sikap baik pria itu kemarin. Bisa saja ia jadi penghancur mood mu lagi kan? Mengingat hal tersebut sangat suka ia lakukan padamu seperti beberapa hari kemarin.
Aku baru tahu pria ini jika pulang saja senang memakai lift karyawan biasa, pantas saja sering satu lift. Apalagi kalau lembur. Yah tau sendiri kan betapa berdesakkan nya lift karyawan kala pagi hari.
"Selamat pagi Pak" senyum sekilas kuberikan untuk nya. tak mau lama-lama, nanti dikatakan ada mau nya. Eh benar juga kemarin kan yang membuat ku tersenyum manis untuk dia kan karena memang aku ada maunya. Tapi tidak dipermainkan juga seperti kemarin sih.
"Pagi" Balasan singkat dari Danendra membuatku kembali bungkam. Aku memilih berjalan beberapa langkah dibelakamg nya, Secara tak langsung menyuruhnya jalan duluan.
Tapi kala aku ingat akan kantung kertas yang ada ditangan kananku ini, aku buru-buru menyamai langkah Danendra. Mengejar pria itu untuk mengembalikan jas pria itu.
"Pak"
Oh astaga, inikah yang disebut awkward moment? Mau menghindar tapi aku sadar tidak akan bisa dan tidak ada gunanya. Kecuali jika aku resign dari kantor ini.
"Ada apa?" Ia menghentikan langkahnya seakan tau aku ingin meminta waktu emasnya tersebut sedikit.
"Ini jas milik Bapak kemarin. Sudah saya laundry" ku ulurkan paper bag tersebut kearah Danendra. Ngomong-ngomong jas ini khusus ku sewakan jasa laundry dan tidak ku cuci sendiri. Takut juga jika saja bahan jas tersebut tak cocok dengan detergen yang ku gunakan. Aku yakin harga satu buah jasnya ini nominal nya sama dengan dua bulan gaji ku.
"Tak perlu terburu-buru mengembalikan nya" Ia mengulurkan tangan nya juga guna mengambil paper bag yang ku ulurkan sebelumnya.
"Tidak apa Pak. Terimakasih atas jasnya. Rok kemarin juga membuat saya tak nyaman, untung Bapak meminjamkan saya jas Bapak"
"Tidak masalah. Saya juga tidak suka melihat kamu mengenakan rok"
Aku mengerutkan kening ku. Bukannya dari awal peraturan kantor mewajibkan karyawatinya mengenakan rok hitam formal? Yah walaupun kewajiban tersebut bersifat sunah. Tapi bisa terhitung dengan jari wanita yang suka memakai celana kain di kantor ini.
"Iya saya tau, tidak pantas kan Pak" Aku tertawa diujung kalimatku, mencoba sedikit mencairkan suasana kaku dan canggung yang terjadi.
"Bukan. Tapi kaki dan bentuk tubuh mu terlalu terlihat jelas" Setelah mengatakan hal tersebut, ia pergi begitu saja meninggalkan ku yang masih kesulitan mencerna ucapannya.
***
"Nis, kamu deket sama Pak Danendra?"
Aku mengalihkan tatapanku yang tadi nya fokus pada angka-angka lembar kerja Exel di layar komputer ku, menjadi fokus ke arah Mbak Tari yang sudah menarik kursinya mendekat kearah ku.
"Ga sih. Sama kayak Mas Adi, Mas Rio, Mbak dan Reno aja. Deketnya cuma sebatas atasan-karyawan"
Kulihat Mbak Tari memasang raut wajah menyebalkan. Menatap kearah ku dengan tatapan penuh selidik.
"Apa?" Kutatap Mbak Tari dengan kerutan bingung dan kesal.
"Masa sih? Mbak ga percaya" Sahutnya kalem.
"Mbak kenapa sih?"
"kemarin ikat-ikatan jas ngapain?" Ku hela nafasku panjang. Aku baru ingat tim ku ini sukanya menanyakan hal yang merasa membuat mereka penasaran akan langsung pada orangnya dan tidak langsung bertanya di hari kejadian yang sama. Bodoh. Kenapa aku semalam tidak kepikiran mengarang indah ya?
"Kan maksudnya Pak Danendra baik Mbak, kasih pinjam Nisa jas dia untuk nutupin rok yang minjem sama mbak kemarin soalnya naik-naik keatas terus"
"Oh ya? Mbak juga pake rok kok ga dikasih pinjem ya?"
Pertanyaan macam apa itu? Mbak Tari sedang dalam masa menyebalkan sepertinya.
"Mungkin yang kelihatan cuma Nisa, jas nya juga cuma satu sedangkan cewek yang ikut seminar kemarin banyak banget kan. Faktor lain juga Pak Danendra sakit mata kali Mbak lihat Nisa ga pantes pake rok" Aku tertawa diujung Kalimatku mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba awkward.
"Kalo buat statement suka kebagusan" Mbak tari mundur menggunakan kursinya yang dia gerakan memakai kaki guna kembali ke kubikel nya. Rasa tak puas masih menghinggapi wajahnya yang ayu.
Iya juga, kenapa Danendra repot-repot meminjamkan jas mahal nya itu pada ku? Sedangkan wanita disana sangat banyak dan terlihat baik-baik saja saat mengenakan rok.
***
Oiya aku kan sering banget cek demographics nih ya kalau on pc, nah itu pas aku liat presentase country / cerita ini banyak dibaca di negara apa. Itu yang paling sering selain di indo kok US ga pernah absen ya baca 3 karya saya 😂 malaysia yang tetanggaan aja dikit banget cuma berapa persen:v
Hai pembaca yang ada di luar.. Jan bosen ya kak :v
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGEPHOBIA (DICTATOR BOSS 1st VERSION)
ChickLit#1 Watty2018 (05/10/2018) #8 ChickLit (07/03/2018) Ganti judul : Dictator Boss -> Gamophobia -> MARRIAGEPHOBIA (DICTATOR BOSS 1st VERSION) Berawal dari banyak nya berita yang ia tonton serta artikel yang sering ia baca. Faranisa Pratista, wani...