12. Pertemuan Tak Terduga

25.7K 3.6K 102
                                    

***

Pulang dari bekerja seharian, kali ini tidak ada lembur. diantara aku dan tumpukan berkas.
Akhir bulan yang melelahkan. Akan kupakai untuk menyegarkan kembali otak ku ini. Tidak adil rasanya jika aset vital ku ini sudah lelah bekerja sebulan penuh, lengkap dengan lembur dan yang lainnya tidak diberi penyegaran. Saatnya memberi dedikasi pada otak dan pikiranku, agar mereka lebih semangat dan cekatan dalam membantuku mencari nafkah.

Jam menunjukkan pukul empat sore saat aku keluar dari kantor dan menaiki taksi online yang beberapa menit lalu kupesan.
Mall di salah satu kawasan Mangga Dua menjadi pilihanku sebelum pulang ke tempat kos.

Kusempatkan mampir ke salah satu ATM terdekat didalam mall ini guna mengirim uang untuk ibuku. Hal ini telah kulakukan semenjak aku mendapat pekerjaan didaerah perantauan. Bagaimana pun, ibu tetaplah harus menjadi prioritas utama. Walaupun terkadang ada keperluan yang mendesak ataupun barang yang kuinginkan untuk kumiliki, jatah mengirim uang untuk ibu tidak lah kukurangi sedikitpun. Keinginanku mampu kutahan sampai kembali menerima gaji bulan selanjutnya.

Ku awali dengan singgah di restoran cepat saji favorite ku. Restoran dengan menu utamanya ayam yang enak dan cukup terjangkau dikantong siapa saja. Sekedar mengisi perut agar aku lebih berkonsentrasi saat berjalan mencuci mata.

Setelahnya, aku kembali berjalan ketoko DVD guna mencari stok film jika saja aku bosan. Beberapa DVD drama korea adalah target utama, film action, sampai film horor pun masih menjadi list target ku, walaupun hanya berani ku tonton jika ada teman saja. Biasanya aku sering minta temani Andini. Anak kelas dua SMA pemilik kamar kos yang ada disebelah kamarku. Tapi sekarang dia pulang kampung, libur panjang karena kakak kelasnya melakukan Ujian Sekolah selama lebih dari seminggu.

Setelah puas dan sadar akan ke khilafan ku, aku segera membayar lantas buru-buru keluar dari toko ini.

Kususuri lagi lantai dua mall ini dengan dua paper bag ditangan kananku. Yang satu bungkusan makanan dan yang satu lagi bungkusan DVD.

Aku berhenti disalah satu toko kosmetik dengan brand yang cukup familiar dikalangan semua wanita. Dari dulu skincare ku tak ada yang berkurang ataupun bertambah. Hanya bedak padat warna natural, krim malam, sunscreen, liptint, serta parfum. Memakai parfum saja aku jarang apalagi yang lainnya.

"Nisa?"

Aku mengalihkan fokus ku pada cover bedak yang ku pegang sekarang menuju asal suara. Benar dugaan ku, suara itu suara orang yang sama dengan yang kukira sebelum melihat. Rika Sania. Teman masa kampus ku yang kemarin juga bertemu di acara seminar kantor.

"Eh ketemu lagi disini"

"Masih pake brand ini ya?"

"Iya Rik, masih nyaman sama yang lama" Aku tertawa pelan sembari mengangkat bedak yang sedang ku pegang.

"Padahal itu buat remaja banget. Kayaknya rahasia muka kamu masih kayak bocah SMA karena pake bedak ini ga sih, Nis?"

Ingatan Rika cukup bagus. Aku sering dikatakan Mahasiswa Baru saat pergantian tahun masa Orientasi Pengenalan Kampus oleh kakak tingkat maupun teman seangkatan ku yang tidak mengenal ku. Setidaknya lebih baik dianggap lebih muda dari umur asli dari pada dianggp lebih tua dari umur asli 'kan?"

"Bisa aja kamu nebak" Tawa ramai kami langsung teredam saat melihat pramuniaga yang berada disudut toko ini berjalan kearah kami.

"Maaf ya Mbak. Temen lama jadi kalau nostalgia ga ingat tempat" Rika tersenyum tak enak begitu pula dengan ku.

"Gapapa Mbak. Ada yang bisa saya bantu tidak?"

"Udah ketemu Mbak. Kamu cari apa Rik?"

"Cari toner Nis, aku salah tempat gara-gara lihat kamu"

MARRIAGEPHOBIA  (DICTATOR BOSS 1st VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang