***
Aku menundukkan kepala ku saat semua Rekan satu divisi ku mengelilingi ku, menatap tak percaya pada undangan yang baru saja kuletakkan diatas kubikel Mbak Tari.
"Jadi kalian backstreet?" Mbak Tari menatap ku dan undangan yang ada diatas kubikel nya secara bergantian.
"Iya- Ya gitu deh Mbak" aku mengusap lengan ku naik turun karena gugup. Para manusia kepo ini!
"Kamu ga ada ngomongin kita yang jelek-jelek 'kan sama Pak bos?" Mbak Tari kembali bersuara.
"Astagfirullahaladzim, ya enggak lah Mbak" Buruk sangka sekali ibu muda satu ini!
"Mbak kira, kamu sama Pak Danendra masih tahap PDKT" aku menoleh kearah Mbak Gita yang tengah tersenyum jahil.
"Orang nya langsung ngajak nikah Mbak, yaudah lah nurut aja"
"Kenapa sih Tari? Kayak shock banget? Lo dulu ga sempet naksir Pak Bos kan?" Mas Rio tertawa diakhir ucapannya.
"Pernah ngarep sih dulu, eh pas keinget anak sama suami jadi sadar" kami tertawa mendengar ucapan blak-blakan Mbak Tari. Ada-ada saja wanita ini.
"Selamat ya, Nis. Kita seneng kok dengernya" Aku tersenyum kearah Mas Adi saat ia buka suara.
"Makasih ya Mas Adi. Pokoknya kalian semua harus dateng loh ya"
Mereka mengangguk kemudian menerima undangan yang kuberikan masing-masing untuk setiap orang penghuni divisi.
"Telpon diruangan Mas Rio bunyi" Mbak Gita berucap dengan mata yang masih terfokus pada undangan yang kuberikan untuk nya tadi.
Saat Mas Rio beranjak, semua orang pun kembali ke kubikel masing-masing, menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda karena keributan kecil yang ku buat tadi.
Namun baru beberapa saat aku kembali menatap layar komputer ku, suara Mas Rio kembali menginterupsi.
"Nisa, dipanggil Pak bos sekarang"
Ada apa lagi ini? Tidak bisa kah orang itu membiarkan ku menyelesaikan pekerjaan ku secepat mungkin agar aku bisa mendapat masa cuti ku dengan tenang?
***
"Mbak Ana, Pak Danendra ada?"
"Ada kok Nis, masuk aja"
Aku mengangguk kemudian berjalan kearah pintu ruangan Danendra dan mengetuk nya.
Kala terdengar sahutan datar dari dalam sana, aku membuka pintu tersebut dengan memasang raut wajah tak kalah datar dari suaranya tadi.
"Kenapa?" Ucap ku to the point.
"Kamu atau aku yang mau ngetik surat pengunduran diri kamu?"
"Maksud nya? Kamu pecat aku?"
What the.…!
"Sanggup kerja satu lingkungan sama aku?" Perkataan Danendra membuat ku kembali berpikir ulang.
Ada benar nya, setelah menikah pasti akan langsung banyak gosip tak mengenakan yang akan sampai ke telinga ku. Sudah ku bilang aku bukan lah orang cuek yang mampu mengabaikan 'apa kata orang' diluar sana. Aku hanya lah wanita biasa yang menilai diri ku juga membutuhkan apa kata orang lain.
"Terus aku kerja dimana?" Seketika pikiran ku melayang pada ibu ku.
"Kerja dirumah aja, setelah kita official permanent" Jawab Danendra santai.
Official permanent ndas mu Mas!
"Kerja apa?"
"Duduk manis nyambut suami pulang" gelak tawa renyah terdengar di seluruh sudut ruangan pria ini. Ia yang berbicara, ia yang tertawa!
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGEPHOBIA (DICTATOR BOSS 1st VERSION)
Literatura Feminina#1 Watty2018 (05/10/2018) #8 ChickLit (07/03/2018) Ganti judul : Dictator Boss -> Gamophobia -> MARRIAGEPHOBIA (DICTATOR BOSS 1st VERSION) Berawal dari banyak nya berita yang ia tonton serta artikel yang sering ia baca. Faranisa Pratista, wani...