Mataku menangkap sosok Taehyung di dapur. Dengan keadaan tangan yang penuh luka dan mungkin pingsan, aku menghampirinya.
Jujur aku khawatir terjadi apa apa padanya, dan aku bingung harus melakukan apa. Aku melihat di genggaman tangannya ada pecahan kaca dan di samping kanannya ada botol wine besar. Aku yakin ia usai mabuk dan mencoba melukai dirinya sendiri. Namun untuk apa?
Panik.
Itulah keadaanku saat ini, aku berusaha membopongnya ke kamarnya. Namun ia sangat berat, aku tidak kuat mengangkatnya ke kamar yang ada di lantai dua rumah.
Aku memutuskan untuk membersihkan lukanya selagi ia masih tidak sadarkan diri. Luka di tangan kirinya membuatku takut untuk menyentuhnya. Aku takut ia merasakan sesuatu di tangannya dan meraung karena kesakitan.
Namun mau tidak mau, aku tetap membersihkannya dan memberinya perban. Lalu aku menunggunya sampai bangun, menyadari ini sudah larut malam aku memutuskan untuk pergi kembali ke kamar.
"Jangan pergi, Sena-ah."
Aku berhenti melangkah, menatap tatapan Taehyung yang terlihat sangat kesakitan. Ia mencoba berdiri sendiri namun ia kembali terjatuh. Aku hanya melihatnya saja, memang jahat sekali aku membiarkannya begitu saja.
"Taehyung-ssi, jangan meminum wine lagi tanpa sepengetahuanku. Jika kau melakukannya lagi, aku akan benar benar membencimu."
Taehyung berjalan gontai mendekatiku, tatapan matanya yang menusuk malah membuatku ngeri melihatnya.
"Kau sebegitunya membenciku walau aku mencintaimu? Kau harus tahu jika suatu saat nanti kau akan membutuhkanku." ujarnya masih dengan tatapan tajam.
"Taehyung-ssi.. Jangan berlaku curang lagi padaku. Jika kau ingin semua berjalan sesuai perjanjian yang ada, maka diamlah saja."
.
.
.
.
.
.
Duduk diam di dalam kelas bukanlah suatu yang buruk bagiku sekarang, aku mencoba memikirkan cara untuk lolos dari pernikahan gila itu.Mengenai kejadian kemarin aku sebenarnya agak takut, aku takut ia tiba tiba melakukan itu karena aku tidak menyukainya. Aku sungguh tidak tahu apa yang harus dilakuakan sekarang.
Apa aku harus minta maaf juga karena kata kataku kemarin?
Aku menggenggam bolpoinku dengan erat, aku gemas sekali dengan keadaanku sekarang.
"Sena-ah."
Aku mendongak meanatap siapa yang memanggilku aku terkejut karena itu adalah...
"Hoseok oppa?"
Aku menatapnya aneh, mengapa ia berada di kelasku? Seharusnya ia ada di ruang guru saat ini.
Iya, dia adalah sepupuku sekaligus guru wali kelasku. Guru matematika tepatnya, aku jadi teringat sesuatu ketika ia datang kemari.
"Ah, oppa mengapa kau kemari? Apa aku mau menghukumku karena kemarin minggu lalu aku tidak sengaja tertidur saat jam pelajaranmu?" tanyaku was was, takut ia tiba tiba meloncat kaget dan akan menceramahiku.
"Aku bahkan tidak tahu kau tidur." jawabnya sambil menatapku aneh.
"Lalu?"
"Ada seorang temanku yang mau bertemu denganmu." balasnya.
"Tapi oppa, aku tidak mau. Meskipun ini masih sangat pagi." elakku. "Ani, ani, ani!"
Hoseok oppa malah menarik tanganku dan memaksaku ikut dengannya. Ia mengajakku ke ruang musik, aku jadi berpikir apakah temannya adalah murid sekolah ini juga? Mollayo.
Hoseok oppa membuka ruang musik, di dalamnya ada seorang lelaki yang sedang menatap langit dari kaca jendela.
"Sena-ah, kau melupakan bekalmu."
"Mwo? Taehyung-ssi?!"
.
.
.
.
.
.
.
Annyeong🙋🙋Maafkan Risa yang telat update, baru masuk sekolah tugas sudah setia menunggu.
Aku minta maaf sama Sebrina yang udah nungguin chapter ini kemarin. 🙏🙏🙏
Vote and comment
Makasih😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Taehyung?!
Fanfiction"Aku tidak suka padamu, Taehyung-ssi." "Tapi aku suka padamu Sena-ah." "Jangan keras kepala." "Kau lebih keras kepala, changi-ya." -peluk❤❤ "Taehyung-ssi! Lepas!" >////< Gara gara sifatnya yang selalu jujur, aku jadi mulai mencintainya.