Ketika seluruh penjuru yang aku lihat menjadi gelap, aku tak pernah tahu kemana perginya diriku ini. Tempat segelap ini tak pernah aku kunjungi sebelumnya.
Namun tidak lama suara seseorang memanggilku, aku sangat yakin itu adalah suara Eomma. Aku berlari tak tentu arah untuk menemukan sosok dibalik suara itu.
Terus berlari, itulah yang aku lakukan. Suara Eomma yang kudengar membuatku ingin menangis, ia memanggilku dengan pilu seolah aku tak akan datang ke dalam pelukannya.
"Eomma! Eodi-ya?!"
Suara yang aku dengar selalu sama, tidak lebih keras atau lebih pelan. Jika itu lebih keras, seharusnya aku sudah tahu dimana Eomma berada, namun suara ini tetap saja sama.
"Eomma..!" teriakku.
Aku hanya bisa menangis, aku takut tak akan pernah bertemu dengan Eomma lagi. Tempat ini gelap, sepi, dan aku kini ada di dalamnya, sendirian.
Aku memutuskan untuk berdiam diri saja, karena terlalu lelah berlari aku putuskan untuk tidur.
.
.
.
.
.
"Sena-ah..."Aku membuka kelopak mataku, sebuah ruangan putih seputih tulang ada di hadapanku. Wajah Eomma yang tengah menangis membuatku ingin sekali memeluknya.
"Eomma..."
Ia memelukku, Appa yang juga ada disana tengah tersenyum haru padaku. Aku kini sadar, aku tengah berada di rumah sakit.
"Eomma, Appa..." panggilku.
"Ne?"
"Taehyung, eodi?"
Aku mulai mengingat sesuatu yang janggal, tidak ada Taehyung disini. Apakah ia pulang terlebih dahulu?
Wajah Eomma yang tampak pucat membelai pipiku pelan, "ia mengalami pendarahan di kepalanya. Ia masih belum sadar sejak kecelakaan ini terjadi."
Aku membelakkan mataku, "aku berada disini berapa lama?"
"Dua hari, nak."
Aku menangis, "aku ingin melihatnya."
"Nak kau masih-"
"Eomma, dia calon suamiku. Aku harus melihatnya," pintaku kepada Eomma, masih dengan air mata yang membasahi pipiku.
Yang benar saja, alien itu terbaring lemah di ruang Unit Gawat Darurat, aku ingin sekali memeluknya erat dan mengatakan bahwa aku ada disini, dan tak akan meninggalkannya. Ini semua salahku, dan aku merasa membenci diriku sendiri.
"Ini salahku, benar benar salahku. Aku sudah gila, membiarkannya terluka..."
Seminggu lebih aku berada di rumah sakit, aku bertambah pulih dan bisa pulang. Namun Taehyung masih saja belum sadar dari tidur panjangnya.
Ia dipindahkan ke ruangan biasa karena keadaannya sudah baik baik saja, hanya saja perlu waktu untuk menunggunya bangun.
Ini adalah hari dimana pernikahanku akan berlangsung selama sepuluh hari mendatang, dan dia, mempelaiku, dia masih saja belum sadar. Aku begitu menyesal, terutama dengan pertanyaannya sebelum kecelakaan ini terjadi.
Aku masih menunggunya bangun, meskipun aku bisa pulang sekalipun, aku tak ingin pulang jika tidak dengan Taehyung. Tidak adil jika aku keluar terlebih dahulu darinya.
"Sena-ah, temanmu datang menjenguk." Appa nampak tersenyum kepadaku, disusul keberadaan Jissa Jinsoo dibelakngnya.
"Annyeong, apakah ia belum sadar?" tanya Jissa.
"Entahlah," jawabku singkat.
"Sena-ya.., mianhae aku baru bisa menjengukmu sekarang." ujar Jinsoo.
"Aigoo, kau ini baru menjenguk ketika aku sudah sembuh. Bagaimana kau ini."
Jinsoo yang cengengesan itu tidak bisa membuatku tersenyum dengan mudah, jika tanpa Taehyung, rasanya aneh. Duniaku yang semula terasa bising dengan kehadiran alien aneh ini tiba tiba senyap. Asing sekali.
Setelah kedua sahabatku mengunjungiku, aju hanya bisa menunggu Taehyung membuka matanya.
Kugenggam erat tangannya, mengatakan hal hal tidak helas kepadanya yang masih menutup mata.
"Tae, kau tahu aku merindukanmu. Alien mesum yang biasanya tiba tiba menciumku sambil tersenyum nakal kini absen untuk menciumku dan membuatku sebal."
"Taehyung, pernikahan kita kurang sepuluh hari lagi, kau tidak mau kan jika mempelaimu ini menangis?"
"Tae, ini tidak adil. Ayo bangunlah, aku lelah menunggumu."
"Tae, kau curang..."
"Tae, aku merindukanmu."
Aku yang berbicara sendiri sedari tadi akhirnya menangis, aku melirik jam dan tertera disana angka yang menunjukkan pukul 11.30 malam.
Eomma dan Appa, Eommoni serta Abeoji tidak bisa terus berada di rumah sakit karena aku tahu mereka dalam tuntutan pekerjaan.
"Aku benci menunggumu Tae, kumohon bangunlah..."
Aku menggenggam tangan Taehyung erat, "aku mencintaimu."
"Sena..."
.
.
.
.
.
.
.
.Annyeong🙋🙋
Berjumpa lagii man teman semuaaa
Apa kabar?
Adakah dari kalian semua yang liburan?
Oh iya, Risa minta maaf karena punya kebiasaan gantungin kalian semua dan update cuma waktu kepingin doang. Terus Risa liat di kolom komentar kemarin, Risa jadi harus bikin teman teman semua senang.
Jadi semangat Risa bertambah waktu kalian semua semangatin Risa buat terus ngelanjutin ceritanya. Terima kasih banyakk😊😊
Makasih juga buat yang mau nunggu ya.
Vote and comment😋😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Taehyung?!
Fanfiction"Aku tidak suka padamu, Taehyung-ssi." "Tapi aku suka padamu Sena-ah." "Jangan keras kepala." "Kau lebih keras kepala, changi-ya." -peluk❤❤ "Taehyung-ssi! Lepas!" >////< Gara gara sifatnya yang selalu jujur, aku jadi mulai mencintainya.