27

2.6K 136 60
                                    

Penyakit OCD? Aku tak mengerti, aku tak berharap dan berpikir soal hal serius seperti ini terutama yang mengalaminya adalah Han Sunji.

Sedikit informasi:
Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi kecemasan atau ketakutan. Gangguan obsesif kompulsif dapat dialami oleh siapa saja.

"Dia akan melakukan hal yang sama berulang-ulang jika bertemu denganmu, kurasa," Taehyung menatapku cemas.

Namun kurasa kecemasan itu berlalu sesaat ketika aku melihat sesosok wanita muda di balik pintu kamarku sambil berdeham cukup keras.

"Maafkan aku," Sunji melihatku sambil sedikit tersenyum, "kau akan datang di pesta pernikahanku kan? Dua minggu lagi."

Wanita ini belum pergi, namun kurasa dengan apa yang kualami dulu aku memang benar-benar harus menjauhi Han Sunji secepatnya.

"Kami tidak akan-"

"Kami akan datang," Potongku kemudian yang membuat Taehyung menoleh ke arahku seolah tidak percaya. "Kau tak perlu khawatir soal itu, eonni."

.
.
.
.
.

"Sungguh?" Jissa tampak menggebrak meja dengan kencang ketika aku menceritakan seluruh rincian cerita kemarin. Dari kencan yang singkat hingga wanita bernama Han Sunji.

Jinsoo terlihat mengernyitkan dahinya, "aku seperti mengenal nama itu, wanita perancang busana yang berkarier di Amerika bukan?"

"Aku tidak peduli siapa dan apapun pekerjaannya," Ujarku malas, "aku hanya mengkhawatirkan keadaan mentalnya yang terlihat kurang sehat."

Kami bertiga hanya berbincang-bincang mengenai apa yang kuperlukan di hari pernikahan esok hari namun berujung membicarakan orang seperti ini.

"Kau siap?" Jissa tiba-tiba mengalihkan pembicaraan, ke topik semula.

Aku mengangguk sambil tersenyum senang, "aku sangat mencintainya, entah mengapa rasanya seperti taman bunga bermekaran di dadaku!"

"Apa kau yakin juga soal.., malam pertama?"

Jissa kembali bertanya hingga membuat Jinsoo tersedak tteokbokki, kemudian aku mengerling dan mendekatkan kepalaku ke arah Jissa yang tengah gelagapan membantu Jinsoo minum.

"Apa yang dilakukan di malam pertama?"

Kini Jinsoo membelakkan matanya, "kau sungguh tak tahu?"

Aku menggeleng.

Jissa melipat kedua tangannya, "malam pertama itu mmmpph!"

Jinsoo menutup mulut Jissa dengan cepat, "berhenti menakut-nakuti dia dasar bodoh! Jika dia tidak mau menikah apa yang akan terjadi?"

Aku yang menyaksikan kedua temanku ribut hanya bisa menghela nafas heran, "cepat jelaskan padaku, aku tidak akan membatalkan pernikahannya jadi cepat katakan."

"Di malam pertama suamimu akan memberikan buket mawar bahkan menabur kelopak mawar di ranjang besar agar membuatmu nyaman dan semakin mencintainya!" Serbu Jinsoo cepat, tentu dengan keadaan masih menutup mulut Jissa.

Aku antusias mendengar ucapan Jinsoo, kurasa Jissa memang berniat menakutiku. Rasanya ketika Jinsoo mengatakan hal demikian aku jadi ingin menghubungi Taehyung.

"Aku akan ke toilet sebentar," Aku berdiri dan pergi ke toilet sambil terus tersenyum.

Aku mencari kontak Taehyung dan meneleponnya segera, tidak lama aku mendengar suara beratnya di sana.

"Tae," Ujarku manja, "aku merindukanmu."

"Sungguh?" Taehyung tertawa, "mau kencan lagi denganku? Kencan terakhir kita sebagai kekasih."

Aku membulatkan mataku, "lalu kita tidak kencan lagi?"

"Tentu saja masih kencan, tetapi sebagai suami istri," Kini ia terkekeh, dan itu membuatku ikut tertawa.

"Jemput aku di kedai tteokbokki lima belas menit lagi, akan kukirimkan alamatnya padamu."

"Tentu, apapun untuk tuan putriku!"

Aku menutup teleponnya, kemudian kembali untuk memakan tteokbokki-ku yang tersisa. Aku sungguh berada di fase remaja pada umumnya, kasmaran, sungguh indah.

"Wajahmu berseri sekali," Jinsoo menatapku sembari tertawa pelan, "jangan bilang kau menelepon Taehyung Oppa?"

"Aku ingin berkencan lagi!"

.
.
.
.
.

Aku diam sesaat setelah Taehyung menyalakan mesin mobilnya, mobil ferari ini berjalan dengan kecepatan 40 km/jam. Ketenangan seperti ini membuatku berniat untuk menanyakan soal 'malam pertama' yg disebut Jissa tadi, apakah mungkin Taehyung akan memberikan hadiah romantis untukku? Atau apa?

"Anu," Aku menarik blazer Taehyung perlahan. Sebelumnya aku ingin mengatakan sesuatu sebelum pertanyaan inti terlontar.

Taehyung berdeham.

"Aku akan memanggilmu oppa, apakah boleh?"

Taehyung menatapku, kebetulan traffic light menunjukkan warna merah tanda berhenti. "Ini pertama kalinya kau memanggilku setulus itu, tentu boleh untuk kencan ini saja oke?"

"Hah? Tidak mau, aku ingin memanggilmu oppa untuk selamanya," Aku cemberut.

Taehyung tertawa, "bukankah usai pernikahan kau akan memanggilku sayang?"

Pipiku panas.

"Oppa!" Aku menutup wajahku karena malu, "hentikan! Aku malu.."

Lelaki ini masih tertawa, terlihat lepas. Aku bersyukur ia masih bisa tertawa seperti ini bersamaku, kuharap akan selalu seperti ini selamanya.

"Aku ingin bertanya lagi, oppa."

"Tanyakan apapun yang kau mau," Taehyung kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang sama ketika lampu hijau mulai menyala.

"Apa yang akan kau siapkan di malam pertama kita?"

Taehyung menghentikan mobilnya secara tiba-tiba, untung saja kita berjalan perlahan di tepi. Tetapi ini begitu mengejutkan, aku memandang Taehyung dengan seksama.

Telinganya memerah.

"Sena, bisa kau ulangi pertanyaanmu?"

Oh astaga apa aku membuat kesalahan?

.
.
.
.
.

Halo!

Astaga lama banget sejak aku up huhu, rasanya membuat kalian menunggu sangat kurang mengenakkan buat aku.

Aku akan berusaha menjadi penulis yang baik di tengah jadwal perkuliahan ini!

Semangat dari kalian akan sangat membantu!

Spoiler sedikit! Di chapter selanjutnya, mereka akan menikah loh! Stay tune ya!

Terima kasih!

Married With Taehyung?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang