4th. The Day

618 102 16
                                        

『美しい王子』

Pernikahan Pangeran Carmen dan Elrios semakin dekat, jika dihitung-hitung akan berlangsung 5 hari lagi. Mereka berdua mulai sibuk untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan acara pernikahannya. Elrios yang tidak terbiasa dengan pesta semacam ini panik, sedang Carmen hanya menunjuk ini-itu tanpa pertimbangan yang matang. Dia yakin akan dirinya sendiri. Terpaksa Elrios juga.


Elrios mengikuti Carmen dari belakang, memperhatikan prianya ketika mempersiapkan pernikahan mereka. Sesekali dia tersenyum saat Carmen dalam mode banyak bicaranya, seperti ketika dia ditanyai "Pangeran, apa Anda akan memakai gaun?" misalnya. Meskipun Carmen membalasnya dengan sedikit bentakan, tapi perancang busana langganan istana itu hanya tertawa. Pangeran Carmen tidak pernah benar-benar marah, begitu pikir mereka.

"El, kau suka makanan apa?" Carmen menyadarkan Elrios dari lamunannya. Pria itu daritadi hanya memperhatikan Carmen, tanpa tau apa yang pria cantik itu lakukan. Dia terdiam sesaat.

"Apa saja yang kau suka, Pangeran.." Jawab Elrios yang terdengar seperti gombalan. Carmen menyikut perutnya, Lawrence berdecih. Kali ini Carmen memilih makanan untuk resepsi mereka. Dia sudah menyerahkan daftar menu yang isinya masih seputar lobster, daging sapi, dan kue-kue ringan yang bertabur buah. Elrios tidak tau harus memilih menu apa, toh benar kata Lawrence dulu, bahkan sampah pun dikatainya enak. Yang penting ada bir saja Elrios sudah bahagia.

"Kau masih memanggilnya pangeran?" Tanya Lawrence lancang pada Elrios. Ah, dia lupa kalau Elrios, sepupunya itu adalah calon suami Pangeran Carmen. Artinya, Elrios setelah ini akan berstatus lebih tinggi darinya. Sial, masih ada Carmen dan dia sudah salah bicara. Lawrence menutup mulutnya latah.

"Memangnya kenapa?" Jawab Elrios santai. Lawrence membuka mulutnya kembali. Carmen terlihat tidak peduli dengan percakapan dua saudara itu. Si kepala koki berbisik di samping saudaranya.

"Kalian kan calon mempelai, kenapa kau memanggilnya sekaku itu?" Tanya Lawrence kembali. Elrios tergugu. Dia benar, memang sudah seharusnya dia memanggil Carmen dengan penuh kasih sayang, bukan dengan rasa hormat seperti orang biasa. Elrios itu calon suaminya lo! Suami!

"Ehm.." Elrios berdeham, "Carmen, sayang, aku percayakan makanannya padamu, ya?"

"I─ iya." Pipi Carmen memerah seperti kepiting rebus. Sayang? Apakah bibir Elrios tersengat lebah hingga dia bisa memanggil Carmen dengan sayang? "Ya Tuhan, aku berkeringat banyak, aku harus mandi. Em, aku.. aku pergi dulu, El."

Carmen pergi dengan berlari. Elrios tersenyum canggung. Mana bisa dia tahan dengan tingkah lucu Carmen? Dia bahkan dengan jelas bisa melihat pipi Carmen yang bersemu merah tadi. Cantik.

"Dia sangat menyukaimu." Ucap Lawrence tiba-tiba sembari menyunggingkan bibirnya. Dia kagum, ternyata ada juga yang menyukai si menyebalkan Elrios.

"Benarkah?" Mata Elrios berbinar. Lawrence sekali lagi berdecih sebal.

"Oiya, bukankah kau harus merawat tubuhmu sebelum pernikahan? Kau tidak mungkin menikah dengan penampilan sedekil ini bukan?"

"Haruskah? Aku merasa sudah tampan."

"Aku bahkan jauh terlihat lebih baik darimu. Jangan sampai orang-orang mengira aku mempelainya nanti." Tutup Lawrence yang kemudian kembali ke dapur. Elrios sungguh ingin memukul kepala Lawrence dengan pantat panci, untung saja mereka masih saudara, jadi mau tidak mau Elrios harus bisa menahannya.

Senja telah datang. Elrios hanya mengelilingi kerajaan sembari melihat persiapan pernikahannya. Sudah dua hari dia tinggal di kastil ini, tapi tak banyak yang bisa dia kerjakan. Dia hanya mengikuti Carmen. Begitu terus sampai tiba-tiba sekarang Carmen menghilang dari pandangannya. Sudah tiga jam, tapi dia tidak melihat batang hidung mempelainya. Elrios resah, dia... rindu mungkin?

My Pretty PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang