7. Istana Kecil Kita

7.6K 350 0
                                    


"Jadi, kamu sudah dapat kontrakan untuk tempat tinggal kalian?" tanya Bapak sambil menyuap ubi goreng yang masih hangat. Nathan mengangguk.

"Ya, Pak. Kami tak mungkin terus menumpang di sini, jadi saya memaksakan diri untuk mengontrak rumah. Alhamdulillah, aku dapet kontrakan yang harganya terjangkau dengan rekomendasi temanku di tempat kerja yang kebetulan ngontrak di sana juga sama istrinya. Mereka juga baru menikah 5 bulan yang lalu. Lokasinya juga dekat dekat tempat kerjaku, tinggal jalan kaki. Jadi, aku bisa mengirit ongkos dan meringankan biaya hidup kami.

"Istrimu sudah setuju?" Nathan mengangguk.

"Kami udah bicarain ini tadi malam. Alika sudah setuju. Ya..., meskipun hanya sebuah rumah kecil yang jauh dari harapan, tapi hanya ini yang aku mampu saat ini." Bapak tersenyum.

"Alika sudah menjadi kewajibanmu sekarang karena aku sudah menitipkannya padamu, Nak. Ke mana pun kamu membawanya, dia wajib mengikutimu karena dia sudah jadi istrimu."

Sudah sebulan lebih mereka tinggal di rumah orang tua Alika, Nathan memutuskan untuk menyewa sebuah rumah kontrakan yang kecil dan cukup untuk dua orang. Meski uangnya belum mencukupi, berkat pinjaman dari teman lamanya waktu SMA, Gracio, yang kebetulan bertemu di sebuah minimarket saat ia membeli rokok dan alat-alat mandi yang sudah habis. Mereka sudah biasa berbagi cerita dari semenjak remaja dan Gracio mengetahui masalah Nathan yang sudah menikah dengan gadis muslimah dan mengikuti keyakinan istrinya sampai lebih memilih meninggalkan segala yang ia miliki termasuk keluarganya yang menentang keras keputusannya itu. Gracio sempat terkejut dengan pengakuan Nathan. Ia merasa simpati dengan kehidupan Nathan yang sekarang bekerja menjadi kuli bangunan. Ia tak menyangka Nathan yang ia kenal sebagai seorang Don Juan yang terkenal dengan kekayaan, ketampanan dan kekuasaannya, juga kenakalannya bermain perempuan bisa berubah 180 derajat. Tanpa diminta, lelaki sipit itu meminjamkan uang sebesar 5 juta kepada Nathan. Awalnya Nathan menolak, tapi Gracio agak memaksanya dan akhirnya Nathan terpaksa menerimanya.

"Eh..., ini apa?" tanya Nathan saat Gracio menyodorkan sebuah amplop tebal di meja kafe tempat mereka bersantai untuk lebih leluasa mengobrol setelah lama tak bertemu.

"Buka aja!" Nathan membuka amplop itu. Ternyata isinya uang sebesar 5 juta. Nathan membulatkan matanya terkejut.

"Itu dari gue buat lo. Pake dulu aja." ucap Gracio.

"Tapi...,"

"Terima aja! Anggap itu bayar hutang dari gue. Dulu kan lo suka bayarin gue untuk ikut balapan mobil kalau gue lagi gak punya duit." ucap lelaki itu sambil tertawa. Nathan tertawa saat mengingat masa SMA-nya dulu. Mereka masih nakal-nakalnya dan diam-diam suka mengikuti balapan liar tanpa sepengetahuan orang tua mereka.

"Beneran ini?" Gracio mendengus.

"Iya, Nathan. Si pangeran sekolah paling digilai cewek-cewek seantero sekolah, bahkan se-Jakarta." Nathan mendengus.

"Masih inget aja lo. Tajem banget otak lo." Gracio tertawa. Dan mereka berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing sekarang dan kadang bernostalgia ke masa-masa remaja yang penuh dengan warna dan petualangan.

Sebenarnya, Nathan malu dengan keadaannya sekarang. Berbeda jauh dengan dulu. Gracio yang dulu dikenalnya berasal dari keluarga biasa dan orang tuanya mempunyai sebuah rumah makan sederhana khas Chinese food. Sekarang, lelaki itu sudah menjadi pengusaha restoran Chinese yang besar di Jakarta dan mempunyai beberapa cabang sampai ke Pulau Jawa dan Sumatera. Dan lihat dirinya sekarang, hanya seorang kuli kasar yang upahnya tak seberapa. Mungkin hanya cukup untuk makan dan membeli beberapa kebutuhan hidup yang terbatas. Dulu dia yang suka memberi, sekarang dia yang diberi. Hidup memang seperti roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Tapi Nathan bersyukur, ternyata Allah masih memberikan kemudahan dalam menapaki jalan hidup yang kadang sangat rumit dan penuh rintangan.

Heaven In Your Eyes (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang