Epilog

12.9K 457 15
                                    


Nathan dan Alika memandang dengan senyum lebar di bibir mereka ketiga anak-anaknya yang sedang asyik bermain di tepi pantai. Tahun demi tahun berlalu. Kini usia si kembar sudah menginjak 6 tahun. Anak ketiga mereka berusia 5 tahun, Viona Nathalika Erlangga, putri mereka yang ini mirip dengan Alika. Alika senang ada salah satu anaknya yang mirip dengannya meski postur tubuh mereka mengikuti ayah mereka yang tinggi dan atletis, terutama Ian yang semakin mirip dengan Nathan sewaktu kecil. Alika sedang menggendong putra bungsunya yang baru berusia 7 bulan, Gionino Yusuf Erlangga.

"Ayah lihat!" Viona berlari menghampiri kedua orang tuanya yang sedang bersantai di bale-bale di pinggir pantai. Nathan dan Alika tersenyum melihat apa yang dibawa putri mereka.

"Apa itu?" tanya Alika sambil meninabobokan Nino yang terlihat mulai mengantuk di gendongannya.

"Aku dapet kerang-kerangan dari sana waktu aku nyari sama Kak Ian dan Kak Ira." Alika hanya mengangguk. Tak lama, kedua anak kembarnya datang menyusul dengan pipi yang sudah memerah karena terkena sinar matahari yang menyengat.

"Kalian minum dulu. Jangan larian-larian terus! Udah keringetan gini." ucapnya sambil mengelap keringat di dahi putranya.

"Kami seneng Bunda liburan ke sini. Kita kan jarang ke pantai yang indah banget kayak gini." ucap Ian yang diangguki oleh Ira di sampingnya.

"Bunda, Ayah, tadi aku ketemu sama Om Om. Dia tanya aku sama Ian, katanya wajah kami mirip dengan sahabatnya yang sudah lama gak ketemu lagi." Nathan dan Alika mengerutkan keningnya mendengar cerita Ira. Siapa orang yang dimaksud putrinya?

"Di mana kalian bertemu dengannya?" tanya Nathan.

"Di sana, Ayah!" jawab Ian sambil menunjuk sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan putrinya yang sedang bermain pasir. Mereka berada tak begitu jauh dari tempat keluarganya. Nathan mengerutkan keningnya. Ia merasa mengenal mereka.

"Mau ke mana, Mas?" tanya Alika saat melihat suaminya beranjak dari duduknya. Nathan menoleh kepada istrinya.

"Aku mau ke sana dulu bentar. Kamu mau ikut?" tanyanya. Alika menggeleng.

"Enggak, Mas. Nino lagi tidur. Kasihan dia kepanasan." Nathan mengangguk. Ia mengusap lembut kepala putranya yang berambut tipis dan basah oleh keringat.

"Yaudah. Kamu tunggu aja di sini sama Nino. Aku gak akan lama." Alika mengangguk.

"Ikut!" seru ketiga anak mereka yang berlari mengikuti ayahnya yang sudah berjalan meninggalkan Alika bersama putranya sendiri di bale-bale.

Nathan menghampiri keluarga kecil itu yang sedang asyik bermain bersama putri kecil mereka. Nathan memandang mereka dengan teliti. Saat lelaki dan perempuan itu menoleh, Nathan terkejut dan membulatkan matanya tak percaya.

"Jason, Maria!" serunya dengan raut wajah tak percaya. Yang dipanggil sama terkejutnya.

"Nathan?" gumam si lelaki dengan raut wajah yang sama tak percayanya.

"Bener lo Jason?" lelaki itu terlihat terdiam, lalu mengangguk.

"Ke mana aja lo selama ini?" tanyanya sambil memeluk Jason, sahabat dekatnya yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri sejak SMP hingga mereka dewasa. Teman seperjuangannya dan paling mengertinya. Nathan melirik Maria yang terlihat menundukkan wajahnya dengan gugup. Hatinya bertanya-tanya.

"Kalian...." Jason tersenyum.

"Kami sudah menikah dan mempunyai putri yang berusia 4 tahun. Maafin gue yang ngilang gitu aja tanpa kabar dan buat lo penasaran. Ada sesuatu yang gue sembunyiin dan gak ada orang yang tahu." Nathan mengerutkan keningnya penasaran.

Heaven In Your Eyes (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang