33. Thanks My Wife

10.3K 348 4
                                    

Sudah seminggu mereka berkunjung ke kota Manado, kota kelahiran Nathan. Mereka tinggal di rumah Bibi Theresia di sana setelah dari pantai Bunaken. Kini, mereka sudah kembali ke Jakarta. Nathan dan keluarga kecilnya sudah pindah ke rumah baru atas permintaan mamanya dan mereka menyetujui untuk tinggal di sana yang jelas rumahnya jauh lebih layak dan bagus untuk keluarga mereka dibanding kontrakan sederhana yang terlalu kecil dan sempit untuk mereka tinggali. Keluarga Alika menyetujui saja karena mereka tinggal terpisah dengan Regina yang berbeda keyakinan dengan mereka. Alika tahu, keluarganya tak akan menyetujui jika ia dan mertuanya tinggal bersama dengan perbedaan yang mendasar di antara mereka. Baru 3 hari mereka tinggal di rumah baru itu yang bagus, besar dan terbilang mewah karena terletak di tengah kota dan dekat dengan kantor perusahaan keluarga Nathan. Bu Nunung sempat menangis saat mereka pindah dari kontrakannya karena akan berpisah dengan mereka yang sudah dianggapnya seperti keluarganya sendiri, terlebih si kembar yang sudah seperti cucunya sendiri mulai dari mereka lahir dan ia selalu membantu Alika mengasuh mereka saat Nathan sedang bekerja dan Alika kerepotan mengurus mereka seorang diri, apalagi dengan usianya yang sekarang yang sedang aktif-aktifnya. Nathan dan Alika berjanji tidak akan melupakan semua kebaikan Bu Nunung terhadap mereka dan tetangga lainnya yang sudah banyak membantu mereka selama tinggal di sana. Alika yang baru keluar dari kamar mandi melihat suaminya yang sedang menatap sebuah buku tebal. Penasaran, ia pun menghampirinya.

"Lagi lihat apa, Mas?" tanyanya sambil duduk di sofa tempat suaminya duduk di sebelahnya.

"Ini album foto keluargaku. Aku dikasih ini oleh Bibi Theresia yang beliau ambil di rumahku waktu itu. Beliau sengaja menyimpannya untukku karena beliau yakin aku masih hidup dan suatu saat aku pasti akan kembali lagi. Dan ternyata beliau benar." Alika melihat sebuah album yang tebal berwarna merah hati itu. Nathan membuka halaman pertama album foto itu. Sepasang lelaki dan wanita yang sedang berpelukan dengan mesra dan senyum bahagia terukir dari bibir mereka. Lelaki itu sangat mirip dengan Nathan. Ia tebak, mereka berdua adalah kedua orang tua kandung suaminya, mertua aslinya.

"Mereka adalah ayah dan ibuku. Aku memang sangat mirip sekali dengan ayahku." kemudian, halaman selanjutnya menampilkan pasangan pengantin yang sedang dalam acara pemberkatan di gereja dan mengucapkan janji suci di depan pendeta. Lelaki itu menatap dengan penuh cinta pengantin wanitanya yang memakai tudung putih transparan di kepalanya. Saat mereka berjalan berdua melewati para hadirin di sana sambil bergandengan tangan dengan sebuah buket bunga di tangan sang wanita. Hari yang penuh bahagia dan bersejarah untuk pasangan suami istri yang baru diresmikan itu saat keluar dari gereja.

"Mereka ketika baru menikah. Keluarga ayahku tidak ada yang datang sama sekali dan hanya dihadiri oleh keluarga ibuku. Meski sederhana, tapi mereka sangat bahagia dan itu semua sudah cukup meski mereka menikah dalam kondisi perang dingin dengan keluarga ayahku." Nathan membuka halaman selanjutnya. Lelaki itu sedang mengelus dan mencium perut istrinya yang sudah membuncit. Saat mereka menggendong bayi mungil yang baru lahir yang masih merah. Foto saat mereka sedang mendampingi acara pembaptisan di gereja pada bayi mereka oleh seorang pendeta dan foto-foto yang menunjukkan perkembangan putra mereka, dan semua orang bisa menilai jika mereka adalah keluarga bahagia yang sempurna.

"Itu adalah foto-fotoku dari mulai lahir sampai berusia 6 tahun. Ayah dan Ibu sangat menyayangiku dan memanjakanku. Bahkan, aku pernah meminta kepada mereka bahwa aku tidak ingin mempunyai adik karena takut mereka tidak sayang lagi padaku. Mereka hanya tertawa mendengar permintaanku." ucapnya sambil tertawa pelan saat mengingat kenangan indah masa kecilnya bersama orang tua kandungnya. Alika mengamati foto-foto masa kecil suaminya.

"Mas mirip banget dengan Ian waktu masih bayi sampai balita." komentarnya sambil terus membuka halaman demi halaman. Alika menemukan sebuah foto Nathan saat berusia sekitar 5 tahun dengan diapit oleh kedua orang tuanya. Senyum lebar dan binar bahagia terpancar dari wajah mereka. Nathan terlihat sangat lucu dan menggemaskan dengan mata sipit dan bentuk wajah yang mungil serta rambut hitam legam. Matanya membentuk garis lurus saat ia tersenyum. Di belakangnya terdapat sebuah nama yang ditulis tangan.

Heaven In Your Eyes (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang