22. Pahlawan Tak Terduga

6.7K 281 0
                                    


"Om harap kali ini kamu bisa berhasil. Om percaya dengan kemampuanmu." ucap seorang lelaki paruh baya. Gadis muda di depannya hanya tersenyum.

"Tenang aja, Om. Aku pasti bisa membawanya kembali ke keluarga ini dan mengubah pikirannya yang sudah terlanjur diracuni oleh perempuan jalang itu." lelaki paruh baya itu hanya mengangguk.

"Just do it!" gadis itu menyeringai jahat.

Aku pasti bisa merebutmu dari perempuan sialan itu hanya dengan otak cemerlangku, batinnya sambil tersenyum penuh rencana.

***

Nathan sedang mengajak bermain kedua anaknya di ruang depan. Hari ini adalah hari libur dan waktunya untuk berkumpul bersama keluarga seharian penuh. Ia ingin menghabiskan waktu bersama istri dan anak-anaknya dan ikut membantu Alika untuk merawat kedua buah cinta mereka. Nathan sedang menggoda Ira dengan main-mainan bayi yang tergeletak di tikar. Bayi itu mencoba menggapai-gapai mainan yang sedang dipegang ayahnya sambil bergumam tidak jelas dan kaki mungilnya bergerak-gerak tak karuan. Di sebelahnya, Ian sedang mengguling-gulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri ingin mencoba untuk belajar menyampingkan tubuhnya. Nathan tertawa melihat tingkah lucu mereka.

Drrtt ... drrtt ....

Nathan mengambil ponselnya yang bergetar tanda sebuah pesan masuk. Ia mengerutkan keningnya ketika nama Mara tertera di layarnya. Ada apa dia mengirimiku pesan? Nathan bertanya-tanya dalam hati. Karena penasaran, ia membuka pesan yang dikirim oleh gadis yang dulu pernah dijodohkan dengannya itu.

'Temui aku di kafe dulu kita pernah bertemu. Ada yang ingin aku ceritakan. Ini tentang Tante Gina'

Mendengar nama wanita yang selalu disayanginya itu disebut, Nathan menjadi khawatir. Apa ada sesuatu yang terjadi dengan mamanya? Hatinya mulai tak tenang. Akhirnya, ia memutuskan untuk menemuinya saja daripada ia tak tenang dan terus bertanya-tanya. Ia takut terjadi sesuatu dengan mamanya tanpa tahu niat terselubung Mara.

"Ada apa, Mas?" tanya Alika yang baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kimononya. Nathan menolehkan kepalanya. Bagaimana ia menceritakan yang sebenarnya kepada istrinya? Alika pasti akan berpikir yang bukan-bukan jika ia jujur akan bertemu dengan Mara meski hanya membahas tentang keadaan orang tuanya yang tidak tahu kabarnya lagi. Nathan berpikir sejenak.

"Emm, itu..., barusan Gracio mengirimi pesan untuk bertemu di sebuah kafe. Katanya ada sesuatu hal yang ingin dia bicarakan. Sepertinya, dia ingin membicarakan tentang pekerjaan. Semoga saja ada lowongan kerja yang lebih baik lagi dan lebih mencukupi hasilnya." bohong Nathan. Ia memohon ampun pada Tuhan dan meminta maaf pada istrinya dengan kebohongan ini dalam hati. Ia hanya ingin semuanya aman saja tanpa membuntutkan sebuah masalah baru nantinya. Alika hanya mengangguk tanpa curiga.

"Oh... Aku doa'in deh mudah-mudahan Mas Gracio benar-benar akan menawarkan sebuah pekerjaan kepada Mas." Nathan tersenyum dan mengangguk meski hatinya sangat menyesali kebohongannya sendiri. Bagaimana kalau Alika tahu jika ia tak pernah bertemu dengan sahabat lamanya itu?

***

Nathan menghela nafasnya sejenak. Ia memasuki kafe yang dituju dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk menemui orang yang ditujunya. Ia melihat seorang gadis dengan mini dress biru langit dipadu blazer coklat tua dan memakai kaca mata hitam supaya tidak dikenali orang-orang sedang melambai-lambaikan tangannya ke arahnya. Nathan menghampiri meja tempat gadis itu.

"Sorry aku menyuruhmu kemari dengan mendadak." Nathan tersenyum tipis sambil menarik kursi di depan gadis itu untuk duduk.

"Gak apa-apa. Ada apa sebenarnya dengan Mama? Aku khawatir sekali dengan keadaannya." tanya Nathan to the point. Raut wajahnya berubah gelisah. Mara tersenyum.

Heaven In Your Eyes (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang