18. Ian & Ira

8K 322 0
                                    

Tak terasa, kini kandungan Alika sudah memasuki awal bulan ke-9. Perutnya sangat besar melebihi wanita hamil normal pada umumnya. Kadang, ia suka mengalami kontraksi-kontraksi dan semakin sering sekarang. Ia sudah cuti bekerja dan Nathan sudah mulai libur untuk menyentuh istrinya karena kondisinya yang sudah mendekati masa-masa persalinan karena ia takut terjadi apa-apa dengan istri dan anak-anaknya. Meski ia harus sering mendinginkan tubuh dan pikirannya karena hasrat yang tak bisa ditahan setiap melihat tubuh istrinya yang semakin menggoda, tapi ia harus kuat-kuat menekan egonya. Keluarganya adalah segalanya untuknya. Bidan sudah memprediksi jika Alika akan melahirkan kurang dari beberapa minggu lagi atau kurang dari sembilan bulan karena memang begitulah yang umum terjadi dengan kehamilan kembar. Nathan dan Alika bisa bernafas lega karena Alika bisa melahirkan dengan normal tanpa harus di operasi caesar. Nathan sering menitipkan istrinya pada pemilik kontrakan yang rumahnya tak jauh dari sana atau tetangga di sebelah kontrakannya selama ia pergi bekerja supaya ia tenang meninggalkannya dan tidak terlalu panik jika sewaktu-waktu istrinya akan melahirkan.

Nathan sedang membacakan Surat Yaasin sambil mengelus-ngelus perut besar istrinya. Alika memejamkan matanya nyaman mendengar suara Nathan yang sedang membaca ayat suci Al-Qur'an ditambah elusan lembut di perutnya. Kebiasaan suaminya yang rajin membacakan ayat-ayat suci al-Qur'an sebelum tidur sambil meninabobokan anak-anaknya. Mereka berharap anak-anak mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.

"Sayang, kamu pipis di celana?" Alika mengerutkan keningnya dan mengikuti arah pandang suaminya ke arah kakinya yang berselonjor. Ternyata, cairan bening mengalir membasahi kedua kakinya hingga kasur. Alika terkejut.

"Aku gak ngerasa pipis kok, Mas." tiba-tiba, Alika merasakan sebuah kontraksi dari dalam perutnya. Alika meringis sambil memegangi perutnya. Nathan yang melihat itu mulai khawatir.

"Sayang, ke—"

"Aduhh! Sakiitt banget, Mas... Hah..., hah...." kontraksi di perutnya semakin menjadi. Alika sudah mengeluarkan air matanya menahan rasa sakit yang mulai menyerang sampai ke punggungnya. Nathan panik seketika. Al-Qur'an yang dipegangnya langsung disimpan di meja kecil dekat kasur dan fokus pada istrinya yang sedang kesakitan.

"Itu cairan ketuban. Aku mau melahirkan malam ini kayaknya. Awww...!" Alika memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya menahan rasa sakit yang semakin menjadi di perutnya. Nathan sudah seperti orang linglung. Ini pertama kalinya ia menghadapi wanita akan melahirkan. Terlebih, wanita itu akan melahirkan anaknya sendiri.

"Cepet panggil tetangga!!!" teriak Alika yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit di perutnya. Nathan tersentak dan langsung berlari keluar memanggil tetangga di sebelah rumahnya.

"Pak, tolong!! Istri saya mau melahirkan." pinta Nathan setengah berteriak dengan raut wajah panik. Bapak itu terkejut.

"Astaghfirullah... Sebentar, saya ke rumah Bu Nunung dulu untuk pinjam mobil." Nathan segera berlari kembali ke dalam rumahnya. Dilihatnya Alika sedang memegangi perutnya dengan wajah yang sangat tersiksa menahan rasa sakit yang luar biasa. Nathan sangat khawatir dengan kondisi istrinya yang sudah pucat pasi.

"Tahan sebentar ya, sayang?! Bentar lagi kita berangkat ke rumah sakit." ucap Nathan lembut.

"Aku udah gak kuat, Mas...." ucapnya lemah sambil terus menangis menahan rasa sakit. Nathan mengelus lembut perut besar Alika.

"Sabar sebentar ya, Nak! Sebentar lagi kalian akan segera melihat dunia." ucapnya sambil mengelus-ngelus perut istrinya. Alika terus menangis sambil meringis memegangi perutnya.

Tak lama, Bapak yang tadi dan Bu Nunung pemilik kontrakan masuk ke rumah mereka. Nathan segera memakaikan kerudung hitam instan ke kepala istrinya dan mengambil selimut tipis untuk menutupi bagian kakinya yang terbuka. Nathan dibantu dengan tetangganya dan mereka segera masuk ke dalam mobil carry yang sudah terparkir di halaman depan kontrakan yang luas.

Heaven In Your Eyes (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang