8. Alhamdulillah

7.8K 321 0
                                    

Sudah dua bulan Nathan dan Alika menikah. Kini, Alika sudah mulai bekerja di rumah makan dulu tempatnya pernah bekerja sesuai izin dari suaminya. Alika bersyukur bisa diterima kembali dengan tangan terbuka di sana karena pemiliknya yang sudah menganggap Alika seperti anak sendiri sehingga tak ada kecanggungan bagi Alika. Sesuai kesepakatan, Alika meminta waktu bekerja hanya sampai waktu jam 3 saja karena Nathan ingin istrinya ada di rumah sebelum ia pulang, dan Alika harus mengutamakan kewajibannya melayani suami. Kebetulan, rumah makan itu hanya membutuhkan waktu setengah jam dari rumah kontrakan mereka, tidak terlalu jauh seperti dari rumah Alika.

"Mas!!" Nathan hampir tersedak kopi yang baru diminumnya saat mendengar suara teriakan istrinya dari arah dapur. Ia mulai panik dan langsung setengah berlari ke sana.

"Ada apa?" Nathan melihat Alika yang berdiri di depan pintu kamar mandi dengan ekspresi yang terlihat seperti tak percaya, bahagia dan terharu. Alika menunjukkan sebuah benda pipih pada suaminya. Nathan tahu benda apa itu. Ditelitinya benda itu. Ia terdiam sejenak ketika melihat dua garis merah di sana. Tak lama, sebuah senyum bahagia terbit dari bibirnya.

"Apa ini benar?" Alika mengangguk sambil tersenyum. Binar bahagia terpancar dari wajahnya yang agak pucat hari ini.

"Berarti..., sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah?" Alika mengangguk lagi. Nathan seakan masih belum percaya dengan kabar bahagia ini. Langsung dipeluknya tubuh Alika dan diangkatnya dengan girang saking bahagianya.

"Mas!! Hati-hati! Nanti dedeknya gak bisa nafas." Nathan langsung melepaskan pelukannya dan berlutut di depan perut Alika yang masih rata. Dikecupnya dalam perut istrinya.

"Maafin Ayah, Nak. Ayah terlalu bahagia mendengarmu sudah ada di sini. Tumbuhlah dengan baik. Kami akan selalu menjagamu hingga waktunya kamu lahir nanti." ucapnya sambil mengelus lembut perut Alika. Alika tersenyum sambil mengelus rambut hitam Nathan. Nathan bangkit berdiri dan menatap istrinya dengan tatapan lembut dan teduh.

"Terima kasih sudah mau mengandung anakku. Aku benar-benar bahagia dengan berita ini." Alika melihat mata Nathan yang berkaca-kaca. Ia tersenyum lembut.

"Sudah seharusnya, Mas. Bayi ini adalah buah cinta kita. Alhamdulillah, akhirnya sebentar lagi akan hadir malaikat kecil yang akan menyempurnakan keluarga kecil kita." Nathan memeluk Alika dan mengecup puncak kepala istrinya dengan sayang.

"Terima kasih Ya Allah atas karunia yang telah Kau berikan kepada kami... Kami berjanji akan menjaga titipan-Mu ini dengan baik." janji Nathan dalam hati.

"Oh, iya. Apa kamu merasa ingin sesuatu atau apa? Wajahmu pucat sekali." Nathan melihat wajah Alika yang terlihat pucat dan sayu. Alika tersenyum.

"Aku cuma mau istirahat aja sekarang, Mas. Kemaren, aku ngerasa pusing banget waktu lagi kerja dan hampir aja mau pingsan. Akhirnya, aku disuruh istirahat dan pulang duluan diantar Deden, karyawan di sana atas perintah Bu Yanti." Nathan menatap kesal istrinya.

"Kenapa baru bilang? Besok kamu mulai cuti. Untuk saat ini, mau tak mau kamu harus banyak istirahat dan gak boleh kecapekan. Kamu harus ingat anak kita, sayang." Alika menghela nafas pasrah. Nathan benar, untuk saat ini, ia harus mengalah karena ada nyawa lain yang sedang berjuang untuk bertahan hidup di dalam perutnya. Kandungannya masih muda dan rentan. Dengan berat hati, Alika mengangguk pasrah.

"Ini demi kamu dan anak kita, sayang. Kalian adalah bagian dari hidupku sekarang. Biar aku yang bekerja keras. Kamu hanya perlu perhatikan kesehatanmu dan makanmu. Dia harus tumbuh sehat di sini." ucap Nathan sambil mengelus lembut perut Alika.

"Besok kita periksa, ya?!" Alika hanya mengangguk.

"Ayo kita tidur! Kamu harus banyak istirahat." Alika pasrah saat Nathan merangkulnya menuju kamar mereka untuk beristirahat.

Heaven In Your Eyes (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang