Berbagai macam raut muka terekam sekejap dalam mataku, tak ada wajah yang kucari. Keringat mulai bercucuran, aku mulai gelisah. Apakah dia akan benar-benar datang?. Seakan dapat melihat dalam dua dunia, bayangan segala kenangan seperti muncul dari layar. Air mata yang berkali-kali mengalir, wajah kusut yang kehilangan arah hingga teriakan bahagia walau hanya satu notif sederhana.
Aku merasa berbagai macam pasang mata memerhatikanku yang biasa membuat kepalaku terasa terus berputar. Tapi kali ini aku benar-benar tak ingin memedulikannya, yang kucari hanyalah senyumnya. Sesekali mata ini tak pernah lelah untuk melihat jam dan keadaan sekitar. Bahkan jika bisa, aku tak ingin mengedipkan mata dan melewatkan ratusan orang yang keluar dari beberapa gerbong kereta tersebut.
"Vel."
Suaranya, tak salah lagi. Aku mematung dihadapannya, senyum yang kurindukan. Kini aku mendapatkannya. Senyumku merekah untuknya.
YOU ARE READING
7 Hours for 717 Days
Teen FictionHarapanku satu tahun lalu, terwujud. Impianku mengukir kisah bersamanya dalam hari-hari yang sederhana. Kini, Ia bukan angan lagi untuk kudapatkan. Namun Ia masihlah harapan untuk sebuah pertemuan. Ribuan masalah memanglah tantangan. Bahwa hanya sat...