hayyy my lovely readerss<3
maaf maaf bangettttt ini udh telat bgt update sesuai janji hikss T,T
soo yaaa sekarangg bonus 2 chapter wohouuw!
with all my love,
happy reading! :)))
***
Daniel menyodorkan sebatang coklat. "Aku tau kamu bakal stress kayak gini, siapa tau kamu butuh ini biar tenang," senyum manis terukir di wajahnya.
"Makasih Dan, kamu suka ngerti aja deh," aku sedikit bercanda.
"Yaudah semoga bermanfaat, aku cuma mau ngasih itu doang kok," Daniel mulai menuruni beberapa anak tangga.
"Eh tunggu dulu," aku menahan tangannya agak menunduk.
Ia menoleh padaku dengan raut wajah yang jelas menunjukkan tak mengerti apa maksudku.
"Mungkin aku butuh kamu di sini," kataku ragu.
Daniel mulai menaiki anak tangga kembali hingga sampai di jendela ia terus tersenyum lalu mengusap pipiku.
"Kalau aku terus di sini kamu baper ga?," tawa Daniel keluar.
Wajahku mulai terasa panas ketika mendengar perkataan Daniel, hobi candaanya terkadang membuat jantungku mulai berdegup lebih cepat.
"Bukan di sini juga sih," aku segera menutup jendela dan tirainya.
"Maksud kamu apa?!," Daniel mulai mengetuk-ngetuk jendela kamarku.
"Tunggu sebentar sabar dikiit," jawabku yang sedang berganti pakaian.
Tak lama kemudian aku mulai membuka jendela sudah siap dengan pakaian yang layak untuk ke luar rumah.
Mata Daniel membesar dan terlihat benar-benar kebingungan melihat perubahan penampilanku yang sangat cepat. Wajahnya yang tak terkontrol itu membuatku sedikit terkikik geli.
"Kamu mau apalagi?."
"Ikut kamu keluar, refeshing," jawabku tanpa pikir panjang. "Ayo cepet kamu turun, gimana aku mau turun kalau ginii."
"Eh! Eh! Lewat sini?!," Daniel terlihat panik.
"Mau lewat mana lagii?," aku sedikit mendengus.
"Kalo jatoh gimaanaa?."
"TURUN GA!," aku mulai kesal.
Daniel terkejut dan langsung menuruni anak tangga diikuti oleh aku setelahnya tanpa terpeleset sama sekali.
Tapi dugaanku salah, ketika satu kakiku hampir sampai di tanah aku mulai hilang keseimbangan. Untungnya Daniel berhasil menangkapku dengan posisi yang kembali membuat jantungku berdegup lebih cepat.
Daniel menangkap punggungku hingga sedikit menunduk dan wajahnya tepat berada di depan wajahku. Dekat sekali.
"Em Dan...," aku berusaha mencairkan suasana melihat ekspresi mukanya yang kaget terus tertuju ke wajahku.
"Eh iya maaf Vel," Daniel menanggapiku dan membantuku ke posisi berdiri tegap.
"Jangan baper yaa..," aku tertawa langsung berlari kecil ke arah motor.

YOU ARE READING
7 Hours for 717 Days
Teen FictionHarapanku satu tahun lalu, terwujud. Impianku mengukir kisah bersamanya dalam hari-hari yang sederhana. Kini, Ia bukan angan lagi untuk kudapatkan. Namun Ia masihlah harapan untuk sebuah pertemuan. Ribuan masalah memanglah tantangan. Bahwa hanya sat...