i dont know what should i say right now
jusstt...
dont forget to click tht star button and comment xixixi:)
enjoy readiing ma lovely readers<3
***
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan pintu berkali-kali sangat menggangguku. Siapa yang berani mengetuk pintu sekeras itu sepagi ini?.
"Buka aja!," aku berteriak kesal karena itu tidak mungkin kedua orang tuaku.
"Happy Anniv Vely!!," Sery dan Casie membuka pintu dan menaburkan berbagai kertas warna ke arah mukaku.
"Happy Anniv juga Vel," bahkan Rein dan Mony muncul.
"Kalian ngapain? Udah gila ya!." Aku kaget melihat kedatangan mereka dengan penampilan baru bangun tidur seperti ini.
Sery menarik lenganku dan mengalungkan handuk di leherku. "Sekarang cepet mandi kalau ini mau jadi hari yang spesial buat kamu," ia menuntunku dari belakang kearah kamar mandi.
"Eh tapi.. tapi..," aku menoleh menolak dorongan Sery kebingungan.
"Udah tenang aja Vel! Kita bakal siapin baju terbaik buat kamu," kata Casie agak berteriak.
Apa yang sebenarnya ada di pikiran mereka?, gumamku setelah berada di kamar mandi.
***
Aku sudah selesai mandi dan memakai baju yang mereka pilih. Tidak bisa kutolak pilihan mereka memang yang terbaik walau agak sedikit mewah.
"Kamu kan udah pernah ngedandanin Vely Serr, sekarang giliran aku," Casie merebut kotak riasku dari tangan Sery.
"Tapi waktu itu aku belum puaass aku aja Cas," Sery tidak mau mengalah.
Aku hanya terpaku melihat tingkah mereka yang begitu kekanakan hanya untuk meriasku.
"Daripada kalian rebutan mending aku aja deh," Mony beranjak dari duduknya mengambil kotak rias.
"Asal kalian tau dia pernah jadi penata rias buat drama SMP satu kelas," Rein menyetujui.
Mendengar pendapat Rein akhirnya Sery dan Casie pasrah dan memberikan kesempatan Mony untuk menata rias diriku.
Selama wajah dan kepalaku sedang dioprek oleh Mony aku sama sekali tidak boleh melihat ke cermin. Entah apa yang akan terjadi nantinya aku berusaha percaya pada Mony.
"Nah selesai!," Mony mengakhirinya. "Kamu siap?."
Aku menganggukan kepalaku dan memejamkan mataku ketika kursi di putar ke arah cermin.
"Sekarang Vel," Casie memberi aba-aba.
Kubuka mataku perlahan dan melihat seseorang di pantulan cermin tersebut. Seseorang yang aku anggap bukan diriku sendiri, benar-benar berbeda. Tapi aku menyukainya walaupun ini berbeda tetap tidak jauh dari kepribadianku.
"Alatan pasti suka," komentar Rein.
"Alatan?," tanyaku bingung. Apa maksud mereka? setauku Alatan tidak akan mungkin kesini karena sedang ada masalah keluarga.

YOU ARE READING
7 Hours for 717 Days
Fiksi RemajaHarapanku satu tahun lalu, terwujud. Impianku mengukir kisah bersamanya dalam hari-hari yang sederhana. Kini, Ia bukan angan lagi untuk kudapatkan. Namun Ia masihlah harapan untuk sebuah pertemuan. Ribuan masalah memanglah tantangan. Bahwa hanya sat...