Already This Day

88 6 0
                                    

"Vel sekarang Fiko bawa mobil kamu pulang bareng aku ya kita ha...."

"Bentar-bentar," aku memotong perkataaan Casie lalu menoleh ke bangku Daniel. "Daaann! Hari ini jadi kan temenin aku nonton?."

"Apa yang engga buat kamu Vel," jawab Daniel tersenyum.

"Okaay! Makasi Daan!," aku membalas dengan senyuman.

"Kamu gila Vel?," Casie membesarkan matanya menatapku. "Aku kann..."

"Oiya tadi kamu ngomong apa?," lagi-lagi aku memotong ucapan Casie dengan santai.

"Kita pulang bareng, Fiko mau jelasin semuanya. Kamu ga sayang Alatan apa?," Casie sedikit menaikkan suaranya menegaskan.

"Kamu tau berapa lama Alatan ilang Cas!," kini aku berteriak kecil. "Dua bulan! Aku keliatan baik-baik aja? Aku cuma mau ngelepas semua masalah ini Cas, aku lagi gamau nginget-nginget semuanya. Tolong biarin aku."

"Terus sampe kapan kamu mau nunda semuanya? Aku cape denger Fiko yang cerita tentang kamu mulu nanyain kamu mulu, bahkan mungkin sekarang dia lebih ngekhawatirin kamu daripada aku," Casie terlihat menutupi amarahnya.

"Kalau gitu sekarang bilang ke Fiko udah ada Daniel yang jagain," Daniel menjawab perkataan Casie ikut duduk di sebelahku.

Aku tersenyum berterimakasih pada Daniel yang telah membantuku di keadaan yang tidak aku inginkan ini.

"Kasih aku waktu sampe aku siap Cas, aku gamau persahabatan kita ancur," aku memegang tangan Casie sesaat lalu beranjak. "Ayo Dan kita berangkat sekarang."

Jika kalian bingung kenapa aku bisa deket lagi sama cowo yang udah bikin aku ilfeel aku juga gatau alasannya kenapa aku mau. Yang aku inget Daniel pernah mergok aku nangis kecil sendirian di kelas pas semua orang belum dateng. Alhasil dari situ aku mulai ngebuka hati lagi buat Daniel karena dia udah beberapa kali ngeluangin waktunya buat aku selama Alatan gaada. Kalian bisa bayangin betapa terpuruknya aku selama gaada Alatan sama sekali kalau gaada Daniel yang mau ngulurin tangannya?.

'Aku gamau liat orang yang aku sayang sedih terus walaupun orang itu ga sayang sama aku juga'. Satu kalimat yang pernah Daniel lontarin buat aku bikin aku ngerasa ga sia-sia sedikit ngebuka hati buat dia. Berkat Daniel aku bisa ngelupain masalah-masalah antara aku sama Alatan.

Aku rasa... aku mulai baper.

"Vel, jadinya mau nonton yang mana?," tanya Daniel ketika kami sudah sampai di bioskop.

"Yang rame apa?," tanyaku kebingungan dengan berbagai pilihan film.

"Maunya film genre gimana duluu?," tanya Daniel lagi.

"Apapun yang bikin aku bahagia, itu The Greatest Showman kemarin aku liat trailernya kayaknya rame."

"Aku ada di sebelah kamu ga bikin kamu bahagia gitu ya?," kata Daniel tertawa dan langsung maju ikut mengantri di barisan orang-orang yang mau membeli tiket.

"Ngajak bercanda mulu," aku ikut tertawa menepuk tangannya.

"Kamu duduk aja di sana, biar aku yang ngantri."

"Ngusir?," tanyaku memicingkan mata lalu tertawa lagi.

"Jadi siapa yang ngajak bercanda aja?," tanya Daniel di sela tawanya dan tidak sadar sudah ada di barisan paling depan.

"Dan itu..," aku melirik ke arah mba yang tersenyum memerhatikan kami.

"Kamu kok ga bilang sih Vel?," Daniel mengacak-ngacak rambutku. "Dua seat buat film The Greatest Showman ada mba?," tanya Daniel memesan.

7 Hours for 717 DaysWhere stories live. Discover now