03.

663 104 5
                                    

Sore itu hujan deras mengguyur Seoul. Langit sore menjadi lebih kelam dari biasanya, namun senyuman bahagia tidak terlepas dari wajah pria yang tengah memilih pernak-pernik di sebuah toko aksesoris itu.

Puk.

Merasa punggungnya ditepuk, pria itu menoleh.

"Eoh-? Sedang apa kau di sini? Bukannya kau harus bekerja?"

"Kakak tahu 'kan? Bahkan CEO ku tidak pernah memperhatikan karyawannya yang membolos,"

"Yuto-ya, kau sedang ada masalah ta-,"

"Aku ingin menghabiskan waktu dengan Kakak selagi bisa. Boleh?"

Hui mengangguk sebentar lalu kembali fokus untuk memilih souvenir pernikahannya nanti. Yuto berdiri di sampingnya sambil menatap si rambut strawberry yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri.

Yuto memasukkan telapak tangannya ke dalam saku coatnya dan menggembungkan pipinya dengan lucu. Menirukan kebiasaan kecil sosok di sampingnya.

"Yuto-yaㅡ eh?"

Sebuah kekehan kecil meluncur dari bibir Hui saat melihat betapa manisnya kelakuan mantan kekasihnya itu. Sedangkan pemuda Jepang itu seketika tersenyum lebar melihat senyuman lebar yang ditunjukkan Hui. Senyuman yang selalu menghiasi bunga tidurnya setiap malam.

Kepalanya menggeleng pelan. Tidak. Hui bukanlah miliknya. Hui hanyalah kepingan masa lalunya yang indah. Tapi tak bisakah ia memiliki Hui meskipun hanya beberapa jam kedepan?

"Kakㅡ"

Hui menoleh dan menatap Yuto yang tampak ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Ya, Yuto?"

"Jadilah kekasihku untuk beberapa jam kedepan. Hanya hari ini. Kumohon,"

Hui mengerjapkan matanya dan menatap Yuto dengan tatapan meminta kejelasan. Pemuda Jepang itu menghela nafasnya lalu meraih kedua telapak tangan kecil yang dulu selalu enggan untuk dilepaskan.

"Sehari ini ㅡ ah, maksudku beberapa jam ini saja. Bisa?" Tanya Yuto dengan suara yang bergetar.

Hui rasa otak dan hatinya tidak lagi bisa dikendalikan saat ini. Otaknya jelas menolak ajakan Yuto karena bisa saja Hongseok akan marah besar jika ia mengetahuinya, namun hatinya berkata lain. Dan gerak tubuhnya lebih mendukung hatinya.

Kepala itu mengangguk dan memberikan euforia tersendiri pada Yuto. Jantungnya berdetak berkali-kali lebih cepat daripada sebelumnya dan entah mendapat dorongan dari mana ㅡ bibir mereka bertemu.

Pemuda Lee itu mundur selangkah karena terkejut namun tampaknya Yuto bahkan tidak peduli. Ia melingkarkan lengan kokohnya ke pinggang kecil itu dan membiarkan belah bibirnya menyentuh bibir semanis cherry itu selama beberapa saat.

"Yㅡyuto," cicit Hui sambil mengambil jarak hingga ciuman mereka terlepas.

Lengan yang semula melingkar di pinggang ramping itu menjauh. Keduanya sama-sama merasakan aura kecanggungan luar biasa meskipun baru saja keduanya dilanda sebuah dentuman kerinduan menghempaskan keduanya hingga lupa akan status mereka yang tidak lagi terikat.

"Mㅡmaaf, Kak. Aku benar-benar lupa diri. Aku tidak seharusnya begini,"

Sebuah senyuman maklum terkembang di bibir Hui. Bukan kesalahan Yuto, ini juga salahnya yang bahkan tidak menampik ciuman itu. Bahkan ia sempat berpikir macam-macam jika saja wajah Hongseok tidak muncul di dalam pikirannya.

"Kakㅡ? Mau pergi berkencan denganku? Untuk hari ini saja,"

Yuto kembali menanyakan kesetujuan Hui. Ia hanya ingin memiliki Hui-nya selama beberapa jam saja. Meminjamnya dari Hongseok yang akan memiliki Hui-nya untuk selamanya. Sesuatu yang tidak akan bisa dilakukannya kemudian hari.

"Baiklah,"

🏵🏵🏵

Jadi, aku kemarin hilang ya?

Terus sempet frustasi karena ada beberapa masalah yang bikin aku pengen suicide heuheu.

Tapi akhirnyaㅡ I'm back for this fanfic.

Mau tag orang tapi pasti ga digubris wkwkw.

Voment ya-!

Violet - Hui × YutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang