Dua hari berlalu. Hui lebih memilih tinggal di apartemen Yuto, padahal kemarin Hongseok bilang sudah ada di rumah. Bukan tanpa alasan Hui menjauhi calon suaminya seperti ini. Dan usahanya menjauhi Hongseok didukung penuh oleh Kino dan Shinwon.
Sore itu, dalam balutan mantel tebalnya Hui berjalan beriringan dengan Yuto yang tampak sangat pantas dalam balutan sweaternya yang nyaman. Keduanya tidak bergandengan tangan, namun senyum malu-malu dari keduanya menjelaskan semuanya.
Lalu kedua insan itu melangkah masuk ke dalam sebuah restoran mewah dan duduk menghadap langit Seoul yang berpendar jingga cantik. Kursi itu dipesan khusus oleh Yuto dan Hui terharu melihat betapa cantiknya panorama sore itu.
"Lumayan sulit untuk mereservasi spot ini. Beruntungnya aku bisa mendapatkan tempat ini," kata Yuto sambil menyunggingkan senyum yang berlipat-lipat lebih indah daripada sebelumnya.
"Terima kasih, Yuto. Terima kasih sudah menjagaku dengan baik," ucap Hui tulus.
Dengan senyum yang masih terpatri diwajahnya, Yuto mengangguk pelan. Yuto hampir mengangkat tangannya guna memanggil pelayan saat Hui dengan cepat menahannya. Onix yang semula berbinar senang dari lelaki Lee itu berganti menjadi kecewa. Dengan cepat Yuto menghampiri Hui dan merengkuhnya.
"Kakak kenapa?" Tanyanya dengan khawatir.
"Sebentar," jawab Hui sambil melepaskan rengkuhan Yuto dan bergerak bangkit dari duduknya.
Dengan bingung Yuto menatap kepergian lelaki mungil itu, yang ternyata menghampiri salah satu kursi lain yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
Langkah Hui memelan dan tangan bergetarnya menepuk sosok yang membelakanginya. Sosok itu menoleh dan bola matanya membulat terkejut. Hui tersenyum pahit.
"Yang Hongseok, apa kabar?" Tanya Hui dengan suara bergetar menahan tangis. "Bisa kita bicara? Di sini saja,"
Hongseok membeku saat Hui menarik nafasnya yang terasa amat berat. Sedangkan sosok lain yang ada dihadapan Hongseok sama-sama membekunya. Bahkan sepatah katapun tidak dikeluarkan keduanya.
"Ayo batalkan pernikahan kita," kata Hui dengan senyuman pahit.
"K-kak? T-tunggu dulu, a-aku bisa jelaskan semuanya," sahut Hongseok.
Lelaki itu berdiri dan berhadapan dengan Hui yang dengan cepat melangkah mundur beberapa langkah. Menjaga jarak dari lelaki Yang itu. Yuto bergerak mendekat dan hampir melayangkan tinjunya saat Hui mencekal lengannya dengan kuat.
"Tidak, Yuto. Biar aku yang menyelesaikannya," kata Hui sambil melemparkan senyum pedih pada Yuto. "Aku ingin pernikahan kita dibatalkan, Hongseok. Aku akan bilang pada Ibu kalau pernikahan ini batal,"
"TIDAK! AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN PERNIKAHAN KITA BATAL BEGITU SAJA," Teriak Hongseok seraya berusaha menjangkau Hui yang melangkah mundur tiap ia mendekatinya.
"Cukup, Yang Hongseok. Cukup. Tidak bisakah kau jujur padaku? Tidak bisakah kau berhenti menyangkal kalau kau masih ingin kembali pada Yeoone? Tidak bisakah aku mengetahui semuanya langsung darimu?" Hui menahan nafasnya saat air mata hampir membasahi matanya. "Bisakah? Kau berhenti menyakitiku?
Hongseok terdiam saat Hui terisak pelan. Yuto menggenggam telapak tangan kecil itu dan menatap Hongseok dengan nyalang.
Pandangan semua pengunjung restoran berpusat pada mereka. Tapi Hui tidak peduli. Ia menatap Hongseok tepat di manik matanya. Bahkan membiarkan air mata merebak dengan derasnya.
Dengan cepat Hongseok bersimpuh di depan Hui. Ia menangis dan memeluk kaki Hui yang bergetar. Hui menepis pelukannya di kaki ramping itu.
"Mari kita sudahi, Yang Hongseok."

KAMU SEDANG MEMBACA
Violet - Hui × Yuto
Short Story[ WARN! B×B and 18+ ] Too much cheese :') Warna yang terlihat darinya berwarna violet. Warna tenang yang membuat kecanduan. Warna yang terus saja mengisi otaknya. Warna sendu yang membuatnya tampak cantik. Warna yang mendominasinya bagaikan ladang b...