10. (18+ Only)

970 78 14
                                    

WARN! 18+

And some lemon thingy. Mohon yang belum cukup umur untuk dengan bijak tidak melanjutkannya, tapi sebenarnya kalian pun kayaknya ga peduli ya :"

🏵🏵🏵

Di dalam kamar yang temaram, dua anak adam berbaring berdampingan. Salah satunya telah berkelana di alam mimpi, sedangkan yang lainnya masih terjaga. Menatapi lelaki yang tengah tertidur itu.

Terlalu lelah. Ya, mereka baru saja melakukan dosa itu. Dosa yang diminta oleh Hui dan dengan bodohnya malah di-iyakan oleh Yuto. Katakan saja jika Yuto egois ingin menjadikan Hui miliknya. Yuto tidak bisa melupakannya. Mulai dari awal permainan dosa mereka hingga puncaknya.

Matanya bergulir pada Hui yang terlelap karena lelah. Masih ada sebulir satu dua keringat di pelipisnya dan Yuto mendaratkan belah bibirnya di sana. Mengecupnya dengan penuh kasih.

Bibirnya menyunggingkan seulas senyum. Bolehkah ia lebih egois lagi karena telah menandai Hui sebagai miliknya?

🏵🏵🏵

Lelaki dengan surai ash blue itu menggeliat pelan. Dengan malas ia membuka matanya dan menatap dada bidang Yuto yang terpampang di depan matanya. Kilatan memori semalam bermain di otaknya dan seketika itu pipinya memanas.

Flasback on.

Yuto menatap Hui yang tampak berlinang air mata kembali. Tanpa ragu ia mendekatkan wajahnya, menghapus jarak yang selalu membuat Yuto sesak karena harus menjaga batasan dengan Hui. Semakin tipis jarak keduanya, jantung Hui berdetak berkali-kali lebih keras daripada biasanya.

Lalu yang dapat dirasakan oleh Hui setelahnya adalah bibirnya yang dipagut dengan lembut. Lengannya mengalung di leher lelaki yang lebih muda, seolah menyampaikan pesan tersirat pada Yuto. Lalu ciuman itu lambat laun berubah menjadi panas.

Kelopak matanya terpejam saat tangan-tangan jahil Yuto menyentuh kulit perutnya. Meraba setiap jengkal kulitnya dan ia tanpa sengaja menggigit lidah lihai lelaki Nagano itu saat tangan itu mulai menjamah dadanya.

Dengan kecewa Yuto memutus pagutan panas mereka dan menatapnya dengan mata berkilat penuh nafsu. Dan dalam satu kedipan mata Hui terjatuh kembali pada pesona sosok di depannya. Pasrah akan setiap pergerakan yang dilakukan Yuto. Bahkan ia tidak menyadari kapan pakaiannya lolos dari tubuh keduanya.

Ia mengerang saat Yuto membuat tanda kemerahan di lehernya. Tangannya merambat naik menuju helaian legam Yuto dan meremasnya untuk menyalurkan kenikmatan yang menyerangnya.

"Ini akan sakit," gumam Yuto pelan seraya mengecupi pipi gembilnya dengan penuh cinta.

"Aku tahu," balas Hui dengan nafas menderu. "Lakukan saja, aku tidak peduli. Mari kita nikmati dosa kita, Yuto,"

Yuto menyunggingkan seringaian ambigu yang tetap terlihat menawan dimatanya. Tidak lama tubuhnya berjengit pelan saat suatu benda asing masuk ke dalam analnya. Mengganjal dan Hui tidak menyukainya. Tubuh bawahnya menggeliat, berusaha menyesuaikan dengan benda asing di dalamnya.

"Ini baru jari," kekeh Yuto. "Kenapa kau sempit sekali, Kak?"

"J-jari?" Nafasnya tersengal saat jari kedua masuk milik Yuto dan menghancurkan pertahanannya saat itu juga.

Desahan demi desahan mendominasi kamar yang temaram itu. Membiarkan dua insan itu untuk mendalami dosa yang mereka rangkai bersama. Disaksikan oleh cahaya bulan yang mengintip malu-malu dari luar sana.

"AKH-!"

Suara jeritan itu tergantikan dengan kecipak erotis dari bibir yang saling berpagutan itu. Hui membulatkan matanya saat sesuatu yang lebih besar memasukinya. Sungguh, amat sangat sakit. Tubuh ringkihnya bak dibelah menjadi dua.

Yuto mengecupi bibirnya usai meredam teriakan yang hampir saja disuarakan oleh Hui. Ia mendiamkan diri, menunggu hingga Hui bisa beradaptasi dengan miliknya di dalam sana.

"S-sakit sekali," gumam Hui dengan suara bergetar, sedangkan tangannya meremat pundak bidang Yuto dengan kuat. "S-sebentar,"

"Biasakan dulu, Kak. Maafkan aku jika ini menyakitimu," ucap Yuto dengan nada penuh penyesalan.

"Bukan salahmu, aku yang menginginkannya. Jadi, eung.. lanjutkan,"

Mendapatkan lampu hijau itu, Yuto mulai menggerakkan pinggulnya dengan perlahan. Menusuk lubang belakang lelaki kecil di bawah kungkungannya itu dengan lembut. Membiarkan Hui dan dirinya menikmati dosa yang semakin dalam mereka lakukan.

Suara desahan, geraman, dan derit ranjang semakin mendominasi ruangan itu. Disertai dengan pekikan-pekikan kecil saat Yuto menghujam titik manis lelaki di bawahnya dengan telak berulang kali.

"A-aku.. hnf.. dekat," Hui berusaha berbicara karena suaranya hampir hanya bisa mengeluarkan desahan.

"Aku juga," geraman lelaki Jepang itu semakin berat dan ia mempercepat gerakannya.

Suara lenguhan Hui terdengar sangat keras saat ia mencapai puncaknya dan ia mengatur nafasnya yang berantakan. Lalu lenguhan keduanya kembali menggema disertai dengan geraman puas dari Yuto begitu lelaki Nagano itu mencapai puncaknya pula dan membiarkan Hui merasakan perutnya menghangat karena Yuto melepaskan kepuasannya di dalam sana.

🏵🏵🏵

ALIG ALIG WOE NGETIK APAAN AING GILA.

MAAF GA HOT. GAPINTER BIKIN ADEGAN NAYANA. PUSING PALA PRINSES 😭

COMMENT YA OQ?!

DADAH, SALAM HUITO.

Violet - Hui × YutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang