Secepat mungkin Hui berusaha mengenyahkan bayangan memalukan yang terjadi semalam. Sekarang ia harus berusaha melepaskan diri dari pelukan Yuto di pinggang mungilnya. Setelah memindahkan lengan kokoh itu dari pinggangnya, ia bangun dan ia merasakan tubuh bagian bawahnya berdenyut nyeri.
Pada akhirnya ia memilih untuk menghempaskan kembali tubuhnya di samping Yuto dan menatap wajah damai itu. Merilekskan pula lubang analnya yang masih saja berdenyut-denyut. Tubuhnya berjengit pelan saat hidung mancung Yuto memgendus-endus lehernya.
"Tidur saja, aku tahu Kakak masih kesakitan," suara serak dan rendah itu bertalu ditelinga Hui.
"A-aku ingin mandi. Lengket sekali," gumam si mungil pelan.
Yuto terkekeh pelan namun tidak bergeming sekalipun. Ia malah menarik tubuh kecil itu mendekat hingga menempel dengan tubuhnya. Dengan malu-malu Hui menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Yuto saat tangan mantan kekasihnya itu mengusap pelan pinggulnya.
"Aku ingin lagi," bisik Yuto dengan suara rendahnya yang sarat dengan nafsu. "Tapi aku yakin Kakak masih kesakitan."
Kepala bermahkotakan surai kebiruan itu mendongak dan menampilkan wajah memerahnya yang sudah setara dengan buah tomat. Belah bibir bagian bawahnya tergigit dengan gugup dan dengan tidak sabaran Yuto meraup belahan penuh candu itu.
"Eungh-," lenguhan itu jelas membuat libido Yuto naik.
'Sialan, kalau seperti ini aku bisa lepas kendali,' inner Yuto menjerit frustasi.
Baginya Hui lebih dari indah. Kulitnya yang selembut sutera itu terlihat indah dengan warna kulitnya yang putih bersih. Lalu, manik mata bagaikan kelinci itu mengerjap dengan lucunya saat bibir seranum buah persik itu tengah dikulumnya. Dikecap dan meninggalkan rasa manis baginya.
Yuto melepaskan ciuman itu kemudian menindih lelaki yang tampak luar biasa indah tanpa ada sehelai benang pun menutupinya. Tangannya merambat menuju telapak tangan kecil milik Hui, menautkannya satu sama lain yang begitu kecil namun terasa pas digenggamannya.
Bibirnya mengecupi punggung tangan itu dengan mata terpejam lalu berkata, "Aku ingin sekali menandaimu sekali lagi, Lee Hwitaek. Izinkan aku menandaimu lagi hari ini."
Hui terbuai dan satu anggukan yang dilakukannya berdampak pada Yuto yang tersenyum lembut dan menenggelamkan kejantanannya ke dalam Hui sekali lagi. Kepala kecilnya kosong saat tubuh mereka kembali menyatu, ia bahkan tidak lagi memekik keras saat Yuto menghujam analnya kembali.
"Nngh, Y-yutoh akh-!" Hui mencengkeram bisep yang lebih muda saat tempo pergerakan sosok yang menindihnya semakin cepat.
"Sempit," geram Yuto lalu mempercepat pinggulnya dan memperdalam hujaman penisnya.
"A-aah.. p-pelanh ungh. A-astagah-! Ngaah-! Di sanah-! Ummfsh.."
Kosakata Hui berantakan, amat sangat berantakan saat sweet spotnya dihujam berkali-kali. Tanpa sadar ia mengetatkan lubang analnya, menjepit milik Yuto yang menghancurkan pertahanan dirinya tanpa ampun. Ingin rasanya Hui menangis tapi ini terlalu nikmat baginya.
Tubuh kecil Hui kembali berjengit saat penisnya dikocok dengan perlahan oleh Yuto. Rasanya Hui tidak dapat lagi menggambarkan kenikmatan dari dosa yang diulangnya pagi ini.
"Aku ingin sesuati yang berbeda," ucap Yuto. "Shit, your manhole so damn tight-!"
Kata-kata yang ingin diucapkannya menghilang begitu saja saat Yuto menyentak tubuhnya lebih kuat lagi hingga membuatnya terlonjak-lonjak di bawah kungkungan si dominan. Tidak lama Yuto menghentikan kegiatannya dan menarik Hui ke dalam pelukannya dibonusi dengan rengekan kecewa dari Hui.
"Oh? Kakak merajuk?" Tanya si lelaki Jepang itu sambil terkekeh.
"Adachi Yuto sialan, AAH-!" Belum sempat Hui melanjutkan kata-katanya, ia merasakan lubangnya ditusuk lebih dalam.
Dan Hui bersumpah, sejak kapan ia ada di pangkuan Yuto dan sekarang ia sudah tidak berdaya saat Yuto membantunya menaik turunkan tubuh mungilnya.
"Aku dekath-," rintih Hui dengan kedua lengan mengalung di leher Yuto dan kepala terkulai lemas di pundak lelaki yang lebih muda.
Yuto mengangguk dan mempercepat tusukannya. Lalu setelah lima tusukan terakhir keduanya mencapai kenikmatan final dari dosa itu. Yuto tidak peduli dengan cairan milik Hui yang mengotori perutnya dan Hui pun sama-sama tidak peduli saat lubang belakangnya penuh disertai perasaan hangat di perutnya.
"Dosa ini.. terlalu nikmat bukan?" Bisik Hui lembut dengan nafas tersengal.
🏵🏵🏵
Udah detail belom?! UDAH DONG YA?! Masa masih kurang detail?! Udah baca banyak rekomen ff NC yang hot aku tu adooooh.
PANAS WOE PANAS.
HUI MAAF YA AKU BIKINNYA KOK KAMU SUBMISIF BANGET DI SINI HEU. UDAHLAH PANAS AKU MAU NYEBUR SUNGAI BIAR ADEM.

KAMU SEDANG MEMBACA
Violet - Hui × Yuto
Short Story[ WARN! B×B and 18+ ] Too much cheese :') Warna yang terlihat darinya berwarna violet. Warna tenang yang membuat kecanduan. Warna yang terus saja mengisi otaknya. Warna sendu yang membuatnya tampak cantik. Warna yang mendominasinya bagaikan ladang b...