Hari ini luar biasa menyenangkan bagi seorang Adachi Yuto. Ya, bagaimana tidak? Pagi ini ia bisa dengan leluasa memandangi wajah Hui, dilanjutkan dengan sarapan bersama, bercanda di meja makan, dan sekarang mengantarkan pria mungil itu pergi bekerja.
Senyumnya tidak pernah luntur saat mendengar celotehan kecil yang keluar dari bibir pria Lee itu. Tapi sesaat ia kembali teringat pada wajah kusut Hui tadi pagi.
Begitu lelah dan terlihat sudah menghabiskan waktu yang lama untuk menangis. Apakah terjadi sesuatu yang buruk?
Sayangnya, Yuto pun tidak berniat untuk menanyakannya lebih jauh. Tapi ia sendiri yang akan mencari tahu terlebih dahulu lalu membiarkan Hui siap untuk menceritakan semuanya.
"Nah, sudah sampai Kak," ucap Yuto setelah memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk sebuah gedung tinggi.
"Terima kasih, Yuto," balas Hui sambil melayangkan senyuman manisnya. "Terima kasih untuk tumpangan tidur dan tumpangan pergi ke kantornya,"
Yuto terkekeh pelan, "Tidak masalah. Kakak bisa memanggilku kapan saja jika butuh tumpangan atau tempat menginap gratis."
Hui mengangguk dan tertawa renyah. Ia melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil milik Yuto. Setelahnya ia membungkuk sedikit dan kembali melemparkan senyum indah yang tidak akan pernah Yuto lupakan.
"Terima kasih," ujarnya.
Dengan sebuah anggukan kepala pelan Yuto menyahuti ucapan Hui. Ia memandangi punggung Hui yang berjalan menjauh, memasuki gedung tinggi dimana tempat ia bekerja.
Setelah punggung itu menghilang di dalam sana, Yuto segera membawa mobilnya pergi menjauhi gedung itu.
🏵🏵🏵
Hui rasa harinya kurang baik hari ini. Kepalanya pening luar biasa karena menghabiskan waktu terjaganya semalam untuk menangis. Kepalanya diletakkan di atas plushie beruang yang selalu ada di sana.
Kepalanya benar-benar berat dan ia butuh memejamkan matanya lebih lama. Matanya terbuka sedikit, melirik bingkai foto yang terpajang di atas meja kerjanya. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah ponsel pintarnya yang tergeletak di pangkuannya.
Sebuah desahan kecewa keluar dari bibirnya. Ia lelah dan sekarang hanya melihat ponselnya saja sudah membuatnya kesal setengah mati.
"Mungkin aku akan mengajak Kino atau Shinwon pergi ke luar," gumamnya.
Setelahnya ia mengetikkan pesan melalui komputernya yang tersambung dengan layanan Koangtalk.
🍔Won
Won?
Kau sedang luang hari ini?
Ayo pergi ㅠㅠ
(10.35 a.m )Setelah itu ia berpindah chatroom untuk mengajak Kino. Saat hendak membuka chatroomnya dengan Kino, Hui dengan iseng membuka foto profil yang dipakai oleh Kino.
Hui terkekeh pelan. Manik netranya terpaku pada sosok Yuto yang tengah memejamkan mata dan tiba-tiba membuat jantungnya berpacu lebih cepat.
Sambil menggelengkan kepalanya, ia menepis degup jantungnya yang menggila. Lalu dengan terburu ia membuka chatroomnya dengan Kino.
Knnvation
Kinoooooo
Are you there? 👀
Ada waktu senggang?
(10.37 a.m)Sembari menunggu balasan dari Shinwon dan Kino, pria itu memilih untuk mengerjakan pekerjaannya yang tertunda. Pensil yang ada di tangannya kembali menari di atas kertas. Menuliskan lirik-lirik lagu yang terpikirkan di dalam kepalanya.
🏵🏵🏵
"Eh?"
"Ka- mph!"
"Sst, dia sedang tidur," bisik seorang pria yang sedang membekap seseorang.
Ketiga orang itu menatap sosok Hui yang tertidur di meja kerjanya. Posisinya terlihat menyakitkan. Diam-diam ketiganya meringis melihat pemandangan itu.
"Kau tidak perlu membekapku seperti tadi Jung Wooseok," gerutu pria yang menjadi korban pembekapan.
"Nanti kau ribut dan membangunkannya, Jung Hyunggu," peringatnya. "ADUH!"
"Sssstt!" Desis Kino dan Shinwon bersamaan.
Wooseok meringis sakit setelah tulang keringnya ditendang oleh Kino. Sedangkan Shinwon hanya tertawa pelan melihat keduanya bertengkar. Ketiganya kembali menatap Hui yang masih terlelap.
"Sebaiknya Yuto saja yang membawa Kak Hui pulang," usul Shinwon yang diangguki oleh kedua pri yang lebih muda.
🏵🏵🏵
Hola hola! KELAR IH KELAR CHAP INI.
Ini pada mau qosidahan dimana sih? :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet - Hui × Yuto
Kısa Hikaye[ WARN! B×B and 18+ ] Too much cheese :') Warna yang terlihat darinya berwarna violet. Warna tenang yang membuat kecanduan. Warna yang terus saja mengisi otaknya. Warna sendu yang membuatnya tampak cantik. Warna yang mendominasinya bagaikan ladang b...