Lelaki kecil yang semula tidur dengan nyaman di atas ranjang itu menggeliat pelan lalu membuka kedua matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya sebentar, berusaha memastikan dimana ia berada.
Manik matanya bergulir kesana kemari. Ia mengenali ruangan ini. Sejenak ia tersenyum mengingat siapa pemilik kamar tapi tidak lama perhatiannya tergantikan pada suara dengkuran-dengkuran halus di sampingnya.
Matanya mengerjap berulang kali. Ada Shinwon dan Kino tengah tidur damai sambil memeluknya. Hui tersenyum namun dalam hati ia terkikik geli.
Seingatnya, Yuto tidak pernah memperbolehkan siapapun terkecuali dirinya masuk ke dalam kamarnya. Tapi entah bagaimana caranya hingga kedua sahabatnya itu menempati ranjang milik Yuto.
Kala sedang asyik memikirkan itu, pintu kamar terbuka. Menampakkan Yuto yang hanya menunjukkan setengah tubuhnya.
"Oh? Kakak sudah bangun?" Tanyanya dengan suara lirih.
Hui tersenyum dan mengangguk, "Uhm, huum."
Yuto mendengus melihat Shinwon dan Kino yang masih terlelap dan menyulitkan Hui untuk bangun. Ia melangkah masuk ke dalam kamar dan mengulurkan kedua tangannya pada Hui.
"Kakak pasti kesulitan bangun," ujarnya.
Hui hanya terkikik dan menerima uluran tangan Yuto. Dengan satu helaan pelan akhirnya Hui terbebas dari pelukan kedua sahabatnya dan berpindah ke pelukan Yuto. Keduanya diam beberapa saat lalu tertawa pelan bersama.
Tapi tawa itu berubah menjadi keheningan saat Yuto tanpa sadar mencuri sebuah kecupan di bibir Hui. Sebenarnya itu hanyalah kebiasaan lama yang membuat Yuto refleks melakukannya.
Pipi Hui bersepuh rona merah samar yang membuat Yuto gemas setengah mati, namun ia harus menelan pahit kembali saat Hui membuat jarak lalu melepaskan pelukannya perlahan.
"Terima kasih," gumam Hui. "Ah, aku haus. Aku akan ke dapur dulu."
Setelah mengatakan itu Hui pergi meninggalkan Yuto yang terpaku di tempatnya. Kala Hui menghilang dengan cepat di balik pintu ia tersentak kaget saat Kino dan Shinwon menatapnya tajam.
"Kenapa kau bodoh sekali sih, Adachi Yuto?" Tanya Kino sarkastik.
"Bawa dia kembali ke pelukanmu, kau bahkan sudah tahu jika Kak Hui sedang terluka," timpal Shinwon.
Yuto tertawa miris lalu menatap keduanya, "Bolehkah aku menjadikannya milikku lagi jika si brengsek itu membuatnya terluka?"
🏵🏵🏵
Hui mengambil sebotol air dingin di dalam lemari pendingin dan menegaknya dengan rakus. Jantungnya berpacu sangat cepat dan ia bahkan tidak dapat menghentikannya dengan meminum air seperti ini.
Ia memejamkan matanya dengan erat saat tiba-tiba bayangan foto yang didapatnya semalam berputar diotaknya. Kepalanya pening mendadak. Ia menyandarkan kepala lelahnya di atas counter dapur.
Dadanya terasa sesak dan air mata kembali jatuh di pelupuk matanya. Ia tidak terisak namun air mata terus mengalir dari matanya. Hingga ia merasakan pinggangnya dilingkari oleh sepasang lengan, memeluknya dengan erat dari belakang.
"Lepaskan dia, Kak. Aku tahu semuanya," kata Yuto seraya mengeratkan pelukannya.
"Kenapa dia mempermainkanku?" Tanyanya, suaranya terdengar sangat kecewa namun diiringi dengan tawa mengejek untuk dirinya sendiri. "Apakah aku tidak pantas untuk bahagia?"
Mendengar penuturan Hui, semua kata-kata yang hendak dikeluarkan oleh Yuto seketika hanya bisa terhenti di ujung lidahnya tanpa dapat ia ucapkan. Karena ia juga salah satu bagian kesedihan seorang Lee Hwitaek.
Tangisan Hui terdengar menyakitkan hatinya. Ia membalik tubuh kecil itu dan mendekapnya erat. Bibirnya mengecupi puncak kepala yang lebih tua darinya, berusaha menenangkan semampunya.
Sejenak tangisan itu berhenti dan ia menatap Hui yang mengusap air matanya lalu mengulas sebuah senyum padanya. Senyum yang jelas terlihat terpaksa. Yuto tersenyum iba.
"Aku tidak apa-apa. Tidak perlu khawatir," kata Hui pelan.
"Kau bohong. Matamu tidak bisa berbohong padaku. Lepaskan dia, Kak. Lalu - "
"Kembali padamu? Apakah dengan begitu dapat menjamin kebahagiaanku jika kita mengulang lagi hal yang sama?"
Kata-kata Yuto terhenti begitu saja. Ia bahkan tidak dapat melanjutkan lagi apa yang hendak dikatakannya. Ia juga tidak bisa menjamin jika Hui akan bahagia jika kembali padanya tapi setidaknya ia ingin berusaha untuk bisa membahagiakan Hui sekali lagi.
🏵🏵🏵
Sudah ehe. Btw aku masih aja nangis nonton ini huhuhu.
Our leader, we proud of you! Thanks for your hard work! We always #HereForHui and PENTAGON always #HereForUniverse .
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet - Hui × Yuto
Short Story[ WARN! B×B and 18+ ] Too much cheese :') Warna yang terlihat darinya berwarna violet. Warna tenang yang membuat kecanduan. Warna yang terus saja mengisi otaknya. Warna sendu yang membuatnya tampak cantik. Warna yang mendominasinya bagaikan ladang b...