Hanya Sasuke

1K 79 5
                                    

Suna 2005

Kamar Sakura

Ino mengoleskan lulur pada tangan Sakura. Dia sangat bahagia karena sebentar lagi sahabatnya akan segera melangsungkan pertunangan.

"Semingu lagi kau akan diikat dengan pertunangan Sakura, lalu kau akan menikah. Ingat Sakura kau akan menjadi istri dan menjadi ibu."

"Diamlah Ino dan lakukan saja pekerjaanmu" ucap Sakura dengan tatapan kosong.

"Sakura, ada apa ? Apa yang telah terjadi ?"

"Tidak ada".

Ino heran dengan sikap Sakura. Semenjak kepulangannya dari Konoha Sakura tidak pernah tersenyum. Seperti tidak ada gairah hidup. Ada yang hilang dari diri Sakura.

Ya tentu saja ada yang hilang dari Sakura. Karena separuh hatinya ada di Konoha.

Ibu Sakura datang dengan membawakan teh hangat untuk putrinya.

"Sayang, minumlah tehnya. Kau terlihat tidak semangat akhir-akhir ini apa yang terjadi hm?" Tanya Mebuki dengan lembut.

Bukannya menjawab Sakura malah ganti bertanya kepada Mebuki

"Bu, apakah ibu menikah dengan ayah karena cinta ? Apakah ibu mencintai ayah ?"

Seketika Ino menghentikan mengoleskan lulur pada tangan Sakura. Aura di kamar Sakura mendadak panas.

"Tentu saja ibu mencintai ayah, dan kau bukti cinta kami berdua Sakura. Ada apa sebenarnya?"

Mebuki sangat penasaran dengan Sakura, sebenarnya apa arti dari pertanyaannya ?

"Apakah ibu akan berkorban demi ayah?" Tanya Sakura lagi

"Tentu saja sayang, ibu mencintai ayahmu dengan segenap jiwa dan raga" Mebuki menjawab dengan menahan amarah pada dirinya. Pertanyaan macam apa yang ditanyakan putrinya itu. Setiap pasangan pasti saling mencintai. Begitu pikir Mebuki.

"Tapi apakah ayah rela berkorban demi ibu, mengorbankan segenap jiwa dan raganya? Sakura terus bertanya.

"Stop Sakura !!! Sebenarnya kenapa kau ha !! Beda Sakura. Ibu akan melakukan apapun demi ayahmu meskipun ayahmu menyakiti ibu kau menegerti !! Sudahi omong kosong mu ini. Dan fokuslah pada pertunganmu dengan Rei Garaa. Dia lelaki yang pantas untukmu. Dia pilihan ayah dan ibu yang tepat untukmu, kau mengerti!" Ucap Mebuki dengan mengguncangkan badan Sakura. Tetapi tatapan mata Sakura tetaplah kosong.

Ino yang menyimak tanya jawab antara ibu dengan anak ini hanya bisa diam dan menunduk.

"Ino !! Kau urus saja Sakura. Aku pusing dengan jalan pikirannya. Semenjak dia pulang dari Konoha dia sepertinya gila"

Sakura hanya diam saja. sang ibupun berdiri dan melangkahkan kakinya ke luar kamar. Tiba di depan pintu Mebuki membalikkan  badan.

"Apapun yang terjadi di Konoha, kau harus melupakannya Sakura. Kau mau menjadi milik orang lain! Kau harus melupakan segala sesuatu yang terjadi di Konoha Sakura!!!"

Brakk !!! Mebuki keluar dan menutup pintunya dengan kasar.

Mendengar itu Sakura menangis dan memeluk Ino. Tidak peduli jika lulur pada tangannya menenai baju Ino.

"Ino, aku tidak bisa melupakanya Ino. Aku tidak bisa melupakan Sasuke. Ya ibu benar ibu benar aku sudah gila. Aku sudah gila. Karena separuh dari diriku ada di Konoha Ino. Separuh aku bersama Sasuke. Tertinggal bersama Sasuke."

Sakura terus merancau dan menagis dipelukan Ino. Ino ikut-ikutan menangis merasakan penderitaan Sakura.

"Kau pasti bertemu dengannya lagi Sakura. Kau pasti bertemu dengannya".
.
.
.
.

Ino mengendap-endap ke ruang tengah. Dia meraih telephon rumah yang ada disana. Dia menekan beberapa nomor untuk menghubungi seseorang.

"Selamat siang, dengan Markas Tentara Angkatan Udara Konoha ada yang saya bantu ?"

"Selamat siang, bisakah aku bicara dengan Kapten Uciha Sasuke?" Tanya Ino dengan melirik mengawasi situasi sekitar. Takut-takut jika ada yang mendengarkanmya.

"Maaf dengan siapa saya bicara ?" Terdengar dijawab dengan pertanyaan.

"Oh astaga, emm saya Ino dari Suna. Apakah ini bukan Uciha Sasuke?" Tanya Ino sambil menepuk jidadnya.

"Disini Naruto Wakil Angkatan Udara Konoha."

"Saya mohon sambungkan saya dengan Uciha Sasuke, katakan padanya jika mendapat telephon dari seorang gadis". Entah kenapa Ino terisak jika mengingat keadaan Sakura sekarang ini.

"Baiklah tunggu sebentar".
.
.

"Uciha Sasuke Kapten Angkatan Konoha, dengan siapa saya bicara ?"

"Uciha Sasuke benarkah ini Uciha Sasuke?"

"Ya dengan siapa saya bicara?"

"Aku Ino, ada hal yang penting ingin ku sampaikan. Aku tidak bisa bicara lebih lama lagi."

Ino ? Ya sepertinya dia pernah mendengar nama itu. Tapi siapa ? Ino, Ino, Ino Ino.

Ino adalah sahabatku yang bekerja di rumahku Sasuke.

Mata hitam Sasuke melebar. Sakura ya gadis yang bicara dengannya adalah yang sering Sakura cerita dulu.

"Ada apa ?" Tanya Sasuke, dia merasa tidak punya urusan dengan gadis yang berbicara dengannya saat ini .

"Tolong Sakura, tolong Sakura Sasuke. Bawa dia pergi dari rumahnya. Bawalah dia ke Konoha. Sasuke kasian dia menderita di sini. Dia terus memanggil namamu Sasuke. Bawalah dia pergi. Ku mohon. 3hari lagi adalah pertunangan Sakura dengan Rei Garaa. Besuk pergilah ke Suna dan bawa Sakura ke Konoha. akan ku tunggu kau di terminal Suna oke." Ino sudah tidak bisa menyembunyikan isak tangisnya lagi.

Setelah mengucapkan itu Ino langsung menutup telephonnya begitu saja. Dia takut jika ketahuan oleh pemilik rumah.

"Pertunangan ya?" guman Sasuke pada dirinya sendiri.
.
.
.
Sedangkan Sasuke yang berada di Markas Besar hanya bisa diam. Dia masih memegang telephon kantornya. Dia masih terlalu tidak percaya apa yang barusan ia dengar bahwa Sakura menderita, Sakura membutuhkannya lagi, Sakura menyebutkan namanya.

Dia bingung apa yang harus ia lakukan pergi ke Suna menjemput Sakura berarti adalah melepas jabatannya sebagai dari Keanggotaan Militer.
Karena tidak diperbolehkannya anggota militer atau polisi Konoha memasuki Suna jika bukan urusan Negara.

Bimbang, itu yang dirasakan Sasuke. Haruskah dia melepaskan jabatannya yang dia banggakannya. Apa melepasnya demi gadis ah wanitanya di Suna yang membutuhkan dirinya untuk keluar dari Suna.
.
.
.
.

"Maafkan aku Sakura. Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa......

SasukeSakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang