Suna 2005
Hening.. ya itulah yang terjadi dalam kamar Sasuke tempati saat ini. Tidak ada satupun dari mereka bertiga yang berbicara.
Ino berdiri dipojokan, bibirnya tertutup rapat. Tapi air matanya terus menetes, air matany tidak mau berhenti mengalir. Sia-sia sudah.
Sasuke berdiri berdekatan dengan jendela, menatap arah balkon kamar Sakura. Dia semakin bingung dengan situasi ini. Situasi sulit yang ia hadapi sekarang membuatnya semakin berfikir apa yang dilakukan kalau sudah sepeeti ini.
Dan wanita yang duduk di sofa single itu hanya diam, tetapi nafasnya memburu. Emosi menyelimuti dirinya, ketakutan yang ia rasakan selama ini benar-benar terjadi. Matanya memerah ingin sekali dia disana mengamuk dengan apa yang dilakukan Ino di belakangnya.
"Jadi siapa yang akan menjelaskan?" Tanya wanita itu dengan nada yang dibuat sedatar mungkin.
"Aku bisa menje,-" lagi belum Ino selesai berbicara Sasuke sudah memotong perkataannya.
"Tidak Ino, untuk saat ini biar aku yang menjelaskannya. Biarkan aku yang berbicara, kau diamlah."
Sasuke menghampiri wanita yang suduk dengan menunduk itu, dia merasa dihianati oleh orang-orang yang dia sayang.
Sasuke berlutut dihadapan wanita itu, ia memegang kedua tangan wanita tersebut, tersenyum tipis dengan tatapan lembut.
Wanita di depannya menangis sejadi-jadinya, sungguh wanita tersebut sebenarnya hanyalah seorang wanita. Dimana dia mengutamakan perasaan dari pada akal.
Wanita di depan Sasuke membelai pipi Sasuke dengan lembut, menangis. Dia belum mampu berkata apapun untuk saat ini. Yang ia inginkan adalah menangis untuk menumpahkan rasa bersalahnya, rasa kecewa, rasa kasihsayangnya.
Ino yang berdiri dekat pintu juga menangis sejadi-jadinya.
"Tuhan kenapa bisa seperti ini, sungguh aku tidak bisa lagi aku sungguh tidak tega melihat apa yang terjadi saat ini melihat mereka berdua melakukan pengorbanan untuk orang ia sayangi"
.
.
.
."Jadi nak, kau yang bernama Uciha Sasuke?"
Uciha Sasuke masih berlutut di hadapan Mebuki, Sasuke membenarkan bahwa dia adalah yang bernama Uciha Sasuke.
"Jadi kau yang menemani Sakura ketika di Konoha?
Sasuke hanya bisa menangguk untuk membenarkan perkataan Mebuki.
"Apa kau begitu mencintai anakku?
Deg
pertanyaa semacam ini tidak bisa hanya di jawab dengan anggukan bukan?.
"Iya nyonya, aku begitu mencintai anak nyonya" Sasuke mengusap lembut air mata yang menetes di pipi Ibu Sakura.
"Apa kau akan membawa Sakura pergi, membatalkan pertunangannya dengan Rei Garaa, dengar nak Sakura juga sangat mencintaimu, tapi kumohon jangan bawa pergi Sakura nak, ini demi ayah Sakura, demi kehidupan keluarga Sakura hiks...hikss.hikss.. Ya Tuhan"
Mebuki menangis dengan menutupi wajahnya dia sudah tidak sanggup lagi membayangkan apa yang akan terjadi jika Sasuke membawa Sakura pergi, keluarga Haruno pasti akan hancur, keluarga Haruno pasti sangat malu karena membatalkan pertunangannya dengan seorang Anak Presiden.
Mebuki terus menangis, dengan gerakan berlahan Sasuke meraih tangan Mebuki, menyeka kembali air mata yang mengalir pada Wanita paruh baya tersebut. Tanpa Sasuke sadari air matanya juga berlahan menetes dihapan seorang ibu.
Ya Mebuki seorang ibu yang sangat ingin anaknya bahagia, mencarikan pendamping hidup yang memang layak bagi putrinya. Sasuke tau, kasih sayang yang Ayah dan Ibu Sakura sangatlah besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
SasukeSakura
RomanceAwal dari kepergiannya demi menabur abu sang nenek. Tak disangka di tengah jalan dia menemukan takdirnya. Dipisahkan jarak yang begitu jauh. Dipisahkan waktu yang begitu lama. . . . Dapatkah bertemu kembali dengan kehidupan baru, dengan kehidupan ya...