Sebuah teka

76 18 1
                                    

Aku terbangun disambut oleh wajah sembab seorang perempuan yang tak ku kenali wajah nya, dia memanggil ku dengan sebutan 'kakak'.

Di bawa nya aku ke kamar mandi, menyuruh ku agar segera mandi. Dan aku mengikuti perintah nya tanpa protes.

Setelah selesai mandi ku keringkan badan dan memakai baju yang sudah disiapkan entah oleh siapa. Rumah yang ku tempati juga tidak pernah ku ingat kapan aku tinggali tapi entah kenapa aku bisa dengan lancarnya berjalan di dalam rumah ini.

Tanpa ragu pun aku melangkah ke ruangan bagian belakang yang terdapat kumpulan Al-Qur'an dan buku-buku yang isinya aku tidak tau tentang apa.

Disana ada karpet coklat dan sejadah dimana ada seorang lelaki sedang duduk dengan pakaian Koko dan sarung nya, disebelah nya juga terdapat seorang perempuan yang tadi menyambut pagi ku.

Perempuan itu menangis. Aku tidak bisa melihat muka nya dengan jelas, saat bangun tadi pun aku hanya bisa melihat sekilas wajah nya yang asing bagiku

Dan laki-laki alim itu juga tidak bisa ku lihat wajah nya, yang dapat ku lihat hanya punggung wibawa nya.

Seorang perempuan lain tiba-tiba menarik tangan ku menjauh dari ruangan itu, membawa ku keruang bagian tengah

Di duduk kan nya aku disalah satu sofa.

"Diam disini, jangan kemana-mana!"

Setelah memberi perintah kepada ku, perempuan itu pergi. Dan keributan pun mulai terdengar walau tidak terdengar jelas di telinga ku apa yang diributkan.

Aku mencoba mendekati tempat dimana keributan itu terdengar, tapi baru selangkah aku berjalan...

Semua menjadi hitam

***

Aku terbangun dengan nafas terengah-engah. Ku teguk air minum disebelah ku dengan rakus.

Mimpi apa tadi?

Kenapa terasa seperti nyata? Siapa dua perempuan dan lelaki alim itu? Mengapa aku tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas?

"Ra!"

Tepukan bahu dan panggilan namaku membuat diriku kembali pada kenyataan.

"Lo kenapa, Ra?"

"Ini dimana, Ca?" Tanya ku mengalihkan pembicaraan

"Di UKS lah, kan tadi lo pingsan"

"Pingsan kenapa?"

"Kok jadi nanya sama gue. Mana gue tau"

"Santai dong Cahaya jawab nya, kan Yara cuman nanya"

"Pertanyaan lo bikin kesel"

"Lo lagi PMS ya?"

Dia menjawab dengan gumaman.

Aku memilih mengakhiri pembicaraan.

"Ekhem.."

Aku menatap Cahaya dengan satu alis terangkat.

"Maaf, Ra"

"Iya, udah dimaafin"

"Lo tau gak, gue kesel habisnya sama lo, bisa gak sih lo gak buat gue khawatir? Gue kaget banget pas temen-temen kelas bilang lo pingsan, gue sampai ninggalin makanan gue dikantin"

Ku peluk dirinya dengan erat, "Aduh... Gak nyangka gue bisa seberuntung ini punya sahabat kayak lo. Makasih ya Ca udah khawatirin gue"

Dia membalas pelukan ku tidak kalah erat, "Gue juga beruntung kok punya sahabat kayak lo"

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang