"Ra! Tunggu!"
Langkah ku terhenti, tanpa menolehkan kepala aku tau siapa dia
"Maaf Ra"
Siapa lagi kalau bukan Alfa.
Dia berdiri didepan ku dengan nafas yang tidak teratur.
Mata nya menatap ku dengan pandangan yang berhasil membuat hati ku bergetar.
"Ra"
Aku tersenyum dan ku tatap mata nya, "Gue gak marah Alfa"
"Beneran?"
Aku mengangguk, "Lagian buat apa juga marah. Lo gak salah apa-apa kok"
"Lo yakin beneran gak marah? terus tadi maksud perkataan lo apa?"
Aku menatapnya bingung, "Perkataan gue yang mana?"
"Ah.. gak jadi deh"
"Dasar aneh" cibir ku
Kami pun jalan beriringan menuju kelas
***
Bel istirahat berbunyi~
"Ra, Al. Kantin yuk!" Ajak Cahaya
"Kalian duluan aja. Tanggung nih" ucap ku yang masih sibuk mengerjakan tugas sosiologi
"Ya udah ayok Al, nanti keburu rame kantin"
Aku lihat alfa mengangguk, "Jangan lama-lama ya Ra"
"Oke"
Mereka berdua pun pergi menuju kantin. Dan, aku masih disibukkan dengan tugas sosiologi.
Ah... Menyebalkan
"Enak kali ya kalau ada yang bisa ngerjain tugas gue. Kalau cowok gue jadiin pacar, kalau cewek jadi sahabat terbaik gue" ucap ku berandai-andai
Aku tertawa geli memikirkan ucapan ku.
Aku menggeleng-gelengkan kepala; masih aja percaya sama hal begituan
Srett~
Tiba-tiba buku ku ditarik oleh seseorang
"Sini gue kerjain"
Ku tatap orang yang menarik buku ku dengan kesal
"Lo lagi?! Sini buku gue, gak usah sok baik lo"
Ku tarik buku ku dari nya, dia juga tidak mau kalah
Sehingga terjadi lah aksi tarik-tarikan.
"Lepas gak?! Lo mau buku gue robek Hah?!"
"Gue sebagai pacar lo dengan senang hati membantu lo ngerjain tugas ini"
Aku bingung seketika, "Pacar?" Tarikan ku mulai mengendor
"Iya. Tadi kan lo sendiri yang bilang kalau ada yang mau bantuin lo dan dia cowok. Lo bakal jadiin pacar kan?"
Kini tarikan tangan ku sepenuh nya terlepas. Aku shock.
"Lo sinting?!" Teriak ku
"Ra, gue ini seorang Ravan dan gue gak gila. Gue sadar sepenuh nya"
"Lo emang gak tau malu ya?" Ucap ku sinis
Ravan menghela nafas, "Haruskah kita bahas ini lagi Ra? Lo gak capek?"
"Cih. Jangan lo kira gue bisa lupain semua gitu aja"
"Ra, gak bisa gitu kita buka lembaran baru? Gue gak kuat lo giniin terus"
Sontak saja aku berdiri, tangan ku terkepal, dan gigi ku gemeletak menahan amarah
Ku tatap mata nya yang tajam, "Segitu gampang nya lo ngomong soal melupakan masa lalu, lo anggap gue apa emang?! Gue kira lo kenal baik sifat gue. Ternyata enggak. Lo gak jauh beda sama sampah tau gak!"
Setelah itu aku pergi, memilih mengasingkan diri di atap sekolah
Persetan dengan tugas sosiologi!
***
Disini lah aku. di Atap sekolah
Ngapain lagi kalau bukan menangis. Persetan dengan bunyi bel yang sudah berbunyi pertanda jam pelajaran akan dimulai kembali
Aku terlalu lelah bersikap seolah semua baik-baik aja.
Tadi saat Alfa minta maaf, aku pura-pura bingung dengan ucapan nya. Terlalu malas membahas kembali semua nya.
Luka itu....
Sudah ku simpan baik-baik, kini harus kembali lagi.
Apa aku bisa menjalani nya kembali? Menjadi Ara yang kuat kembali?
Oh.. Ya Tuhan
Menangis cuman satu-satu nya cara agar menjadi lebih baik saat ini.
Ku rasakan tepukan di bahu ku, membuat ku mengelap air mata dan menoleh ke samping ku
"Alfa?"
"Lanjutin aja Ra nangis nya. Gue gak bakal cepu kok"
"Lo kok bisa disini?"
"Maaf, gue gak sengaja ngeliat lo tadi. Terus gue ikutin lo sampai sini"
"Balik ke kelas Al. Gue mau sendiri"
"Enggak Ra, gue mau nemenin lo disini. boleh ya?"
Aku menghela napas lelah
"Gue butuh sendiri Al. Udah cukup dari kemaren lo muncul tiba-tiba dan nemenin gue"
"Tapi Ra...."
"Plis Al, gue capek"
Alfa memandang ku sejenak, kemudian bangkit dari duduknya.
"Jangan lama-lama ya Ra. Gue tunggu di kelas" Ucapnya lalu pergi menuju kelas
Aku hanya mengangguk dan air mata yang sedari tadi ditahan, kembali keluar dengan derasnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Genç Kurgu"Setiap manusia punya rahasia, baik kecil atau besar ukurannya. Jika dikatakan ke semua orang bukan rahasia lagi namanya."