Scho & Fam

131 26 3
                                    

SMA Harapan kita adalah nama sekolah ku. Aku akui memang nama sekolah ku seperti nama rumah sakit, tapi jangan salah sekolah ini termasuk sekolah dengan fasilitas terbaik di daerah ku.

"Nah, disini ruang Osis. Kalau yang diujung sana itu ruang isolasi, lebih baik kita gak usah kesana soalnya kata nya disitu banyak makhluk halusnya" Jelas Cahaya.

Cahaya --teman sebangku ku, mengajak untuk berkeliling sekolah, katanya biar aku gak tersesat karena menurutnya sekolah ini terlalu besar untuk anak baru. Mumpung sudah pulang sekolah juga.

"Ruang isolasi itu untuk apa emang?"

"Itu buat anak-anak yang udah ngelanggar aturan lebih dari 3 kali. Jadi biar jera mereka disuruh belajar diruang isolasi, dan asal Lo tau di ruangan itu gak enak banget. Udah panas, pengap, bau pula pokoknya gak enak deh"

"Oh.. begitu"

"Sekarang lo mau lanjut lagi atau mau besok aja? Masih banyak ruangan lagi soalnya, dan ini udah sore" tanya Cahaya sambil melihat jam ditangan nya, "Gue juga kayaknya sebentar lagi dijemput" sambungnya.

"Besok aja deh, aku juga udah capek"

"Baiklah kalau begitu. Ayo kita pulang!" Seru Cahaya dengan semangat.

Aku mengangguk sambil tersenyum. Kami pun berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Jemputan Cahaya sudah datang duluan.

"Ra! Gue duluan ya. Hati-hati nunggu jemputan nya, kalau ada yang godain Lo, jangan ditanggepin oke?" Teriak Cahaya dari kaca mobilnya. Aku pun mengangguk kan kepala.

Setelah itu mobil Cahaya pun pergi, meninggalkan ku sendirian menunggu jemputan. Tak sengaja mata ku melihat halte dekat sekolah, lebih baik aku menunggu di sana sambil duduk membaca buku daripada hanya berdiri didepan gerbang seperti anak ilang kayak gini.

Halte ini ternyata nyaman juga, membuat ku berhasil memasuki dunia buku yang sedang ku baca, agar tidak terganggu oleh bising orang lain tak lupa aku memakai earphone merah jambu kesukaan ku. Dan saat inilah yang ku sebut kenikmatan dunia.

'Puk puk'

Seseorang menepuk bahuku pelan, membuatku terpaksa keluar dari dunia buku. Padahal baru sebentar, mengganggu saja.

Ku buka earphone ku dengan kesal dan menatap si pelaku dengan tatapan kesal. "Ada apa ya?"

"Kamu anak baru ya?" Tanya orang itu.

"Iya, mohon maaf kamu siapa ya?" Tanya ku dengan satu alis terangkat.

Dia mengulurkan tangan untuk dijabat, "Kenalin saya Cika, kakak kelas kamu" langsung saja saat itu aku berdiri dan menjabat tangan nya, aku merasa bersalah sekarang, "Ayyara kak, nama aku Ayyara" setelah itu jabat tangan kami terlepas, "Maaf banget kak, aku gak tau" sambung ku.

"Iya gak apa-apa kok, santai aja"

"Ada apa ya kak?"

"Gini berhubung kamu murid baru, kamu udah tau kan kalau disekolah ini setiap anak wajib ikut ekskul paling enggak satu?"

Aku mengangguk, "Udah kak"

"Nah, karena itu saya mau ngajak kamu buat ikut ekskul basket kebetulan kami lagi nyari anggota baru cewek buat ikut lomba dan kayak nya yang saya liat dari badan kamu, kamu pasti juga jago main basket nya"

Aku terdiam bingung mau jawab apa, memang sih dulu waktu di SMP dan SMA lama ku, aku juga ikut ekskul basket dan udah ikut lomba dimana-mana tapi buat sekarang aku belum mikirin mau lanjut lagi atau enggak.

"Gak usah dijawab sekarang, besok aja jawab nya biar kamu bisa mikir-mikir dulu. Saya juga minta maaf nih nawarin nya ke kamu di halte gini bukan disekolah"

"Gak apa-apa kak, cuman aku jawabnya besok aja ya kak. Aku mau mikir-mikir dulu"

"Oke deh, aku tunggu ya kabarnya. Oh iya, kamu kelas berapa ya? Biar besok aku samperin ke kelas kamu"

"Eh.. gak usah kak, biar aku yang samperin kakak aja"

"Kalau kamu anak lama pasti kamu gak bakal berani ngomong gitu. Kamu tinggal jawab aja pertanyaan saya"

"XI IPS 2 kak"

"Oke"

Setelah itu kak Cika pergi. Dan jemputan ku pun sampai.

***

Suara dentingan sendok dan piring terdengar. "Ara, gimana tadi sekolah nya?" Tanya ayah memecah keheningan makan malam.

"Biasa aja sih Yah, cuman tadi ada kakak kelas yang nawarin Ara buat ikut ekskul basket"

"Terus, Ara terima atau enggak tawaran nya?" Tanya bunda.

"Enggak tau deh Bun, Ara masih bingung"

"Kok bingung? Kan dulu Ara disekolah lama juga ikut basket, sayang loh kalau gak dilanjutin" ucap Ayah.

"Nah, bener tuh kata Ayah. Ara kan juga jarang olahraga, sekali nya olahraga cuman pas basket doang" ucap bunda menambahkan.

"Tapi Bun, Yah, Ara kan baru banget masuk gitu masa udah ikut ekskul aja"

"Enggak apa-apa lah, malah bagus itu namanya, sayang" ucap Ayah

"Bagus apa nya coba" gumam ku.

"Bagus lah, kalau Ara masuk basket kan Ara bisa dapet teman baru" ucap bunda

"Ara udah punya teman kok, gak usah nunggu masuk basket dulu baru bisa punya temen" bela ku

"Siapa tuh? Cerita dong, bunda penasaran nih"

"Namanya Cahaya, dia temen sebangku Ara, tadi juga sebelum ayah jemput, Ara sama cahaya keliling sekolah dulu"

"Wah...syukur deh kalau Ara udah punya temen, bunda jadi tenang"

"Udah dulu ngobrol nya. Ara makanan nya jadi gak abis-abis Bun"

Bunda pun tersenyum mendengar ucapan ayah. Sungguh hubungan ayah dan bunda yang harmonis sangat ku idam-idamkan dimasa depan.

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang