Kencan Pertama (Kia Pov)

958 48 18
                                    

-- Aku bahagia di dekatmu, aku berharap kau pun bahagia di dekatku --


Apa kalian tahu bagaimana rasanya kalau kencan pertama di toko buku? Aku sedang merasakannya sekarang, kesel kan? Bibirku maju beberapa senti dan kakiku terus menendang-nendang rak-rak buku di sana. Tapi, lelaki di sampingku ini tidak merasakan betapa aku sangat kesal. Dia malah asyik membaca buku dan memilih buku. Sudah 30 menit kami berdua di toko buku. Aku bosaaaaan!

Percuma aku berdandan cantik. Aku memilih baju ini selama dua jam, tapi itu sia-sia. Aku memakai kaos polos panjang berwarna biru, dipadukan dengan rok pendek berwarna pink. Bukannya aku sangat cantik? Harusnya Renal memujiku untuk ini.

"Ish!!! Renal!" Aku hanya bisa mendengus kesal kepadanya. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya kekesalanku tidak direspon sama sekali. Aku mengepalkan tanganku frustasi. Bodo amat! Ku tinggalkan dia sendiri di sana. Bukannya mengejarku tapi dia tidak melirikku sedetik pun.

Aku terus berjalan keluar toko buku. Aku perhatikan sekeliling, nampaknya mal sedang ramai. Terlihat muda-mudi yang asyik bersama pasangannya. Tapi aku berjalan sendirian di mal sebesar ini. Ku lihat ada cafe ice cream cukup dekat dari toko buku. Tanpa berpikir panjang kaki ku langsung menuju ke sana.

"Renal seriusan gak nyusul gue?!" aku semakin kesal. Ice cream ku sudah habis dan dia belum ke sini. Ok! Gue pikir kencan pertama ini akan sangat berkesan. Tapi, ekspetasi ku ternyata terlalu tinggi.

"Yuk pulang." Kata Renal yang baru saja datang. Darahku semakin mendidih. Kekesalan yang ku tahan dari pagi ingin segera aku luapkan. Tapi.. akh!

"Hmm." Jawabku tanpa memalingkan wajah. Aku berjalan pergi melewatinya. Bibirku masih maju dan pipiku mengembung. Dengan langkah gusar kaki ini menuju tempat parkir.

"Gue bisa pakai sendiri!" kata ku dingin sambil mengambil helm yang akan dipakaikan kepadaku. Darahku naik melebihi darah tinggi. Kekesalan ini tak bisa ku tahan lagi!

"Lo jahat!." kataku yang kini melihatnya.

"Jahat kenapa?" Tanya Renal santai. Bisa-bisa nya dia bertanya seperti itu. Sebelum pacaran dia bilang sayang gue, tapi buktinya mana?

"Lo tanya kenapa? Ini kencan pertama kita dan lo malah asyik baca di toko buku. Kita baru jalan satu jam terus lo ngajak pulang? Lo tau gue milih baju dan dandan berapa lama? Lama banget! Tapi gue gak dapet pujian sama sekali. Hiks.. hiks.."

Amarahku tak tertahan lagi. Nafasku terengah-engah dan tetesan air mata mulai keluar membasahi pipi. Aku menunduk malu setelah mengatakan semuanya. Mungkin karena aku sedang pms jadi aku tak bisa menahan kekesalan ini lebih lama.

"Jangan nagis, gue gak bakal ngebiarin air mata lo jatuh." Tangannya mulai menyentuh pipiku untuk menghapus air mataku. Dia tersenyum.

"Lo cantik banget kalau lagi nangis." kata Renal menggodaku sembari mencubit hidung mancungku. Sial! Gombalannya meruntuhkan semua amarahku.

"Ayo, kita gak bakal pulang sekarang." Helm yang ku pegang kini dia pakaikan padaku.

"Hmm." Jawabku.


ღღღღ


Motor yang kita tumpangi kini berhenti di sebuah taman. Tak ada satu pun orang disana, sangat sepi. Hanya ada beberapa lampu yang menerangi. Dengan ragu aku pun turun dari motor. Malam yang gelap dan angin dingin sedikit membuatku takut.

Fate Of Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang