Senyuman Pertama ( Kia Pov )

983 48 0
                                    


--- Kini aku yang akan menciptakan duniaku sendiri ---


 Siang ini nampaknya langit sedang bersedih karena sang surya tak menampakkan sinar hangatnya. Awan gelap menemani seorang lelaki yang melaju dengan sepeda motornya menembus kota Jakarta. Dia terus menambah kecepatan motornya, untung nya jalan raya tidak cukup ramai hari ini.

Kalau dipikir-pikir ini pertama kali aku jalan sama Renal. Bahkan selama dua minggu kita jadi teman dia masih saja dingin padaku. Bukankah itu menyebalkan? Tapi itu tidak membuat diriku menjauhinya. Aku senang berteman dengannya, walaupun dia tidak merasakan hal yang sama.

Yup! Aku sudah siap. Kenapa dia belum datang? baiklah akan ku tunggu di ruang tamu. Aku pun keluar kamar meninggalkan kakakku yang sedang tertidur dan menuju ruang tamu. Menunggu adalah hal paling membosankan. Huft! Tapi ini baru sepuluh menit tidak sebanding dengan masa lalu ku yang pernah menunggu seseorang selama setahun. Haha!

"Pakaian lo apa-apaan ? Mau kemana?" tanya seseorang di belakangku. Aku tersentak dan langsung memutar tubuhku. Ternyata yang bertanya adalah kakakku yang baru saja bangun tidur. Haha! Bahkan dia belum mencuci muka, ilernya kemana-mana.

"Gimana penampilan gue cantik kan?" tanyaku balik dan memutar tubuhku untuk menunjukan penampilanku. Menurutku aku tampak cantik memakai baju berwarna pink dengan rok biru diatas lutut ini.

"Lo kan adik gue pasti cantik. Mau kemana?" memang Kai selalu ingin tau tentangku. Aku ini adiknya bukan anaknya! Tapi setiap hari dia selalu bertanya apa yang aku lakukan setiap menit, detik, harinya.

"Gue mau jalan sama Renal." jawabku singkat.

"Serius sama si introvert itu?"

Tanpa menjawab pertanyaan Kai, aku langsung berlari keluar ketika telingaku mendengar suara motor yang menderu. Senyumanku seketika melebar melihat motor yang berhenti di depan rumahku. Pemilik motor itu melepas helm dan langsung turun menatapku tanpa ekspresi.

"Akhirnya datang juga." ucapku sambil menghampirinya.

"Renal? Kenapa?" tanyaku yang melihat renal bengong sambil menatapku. Dia sama sekali tidak mengedipkan matanya. Apa dia sedang melamun?

"Bukan apa-apa. Mau kemana?" tanyanya singkat sambil menyerahkan helm, seakan ia memintaku untuk memakainya. Aku pun langsung mengambil helm itu dan memakainya.

"Kita keliling kota Jakarta, setuju?" tanyaku balik. Aku tidak pernah memudarkan senyuman diwajahku ini.

"Terserah lo!" jawabnya dingin. Dia langsung menaiki motornya dan disusul olehku.

"Baiklah, Go!" teriakku.

Kini motor yang aku dan Renal tumpangi menerobos kota Jakarta. Kita berdua menyusuri kota menuju Monas, Kota Tua, Istana Merdeka dan masih banyak lagi tempat yang kami kunjungi. Disana kita hanya sekedar mampir dan tidak lama. Nampaknya cuaca juga tidak mendukung. Langit yang kini menjadi atap pun semakin gelap.

"Kenapa berhenti disini?" tanyaku heran karna kita berhenti di depan kafe burger.

"Turun!" perintahnya. Aku pun langsung turun dan melepaskan helm di kepalaku. Aku masih sibuk dengan kebingungan ku, kita kan belum sampai rumah tapi sudah berhenti.

"Kenapa kita kesini?" huft! Dia selalu saja mengabaikan pertanyaanku.

"Perut lo keroncongan. Ayo masuk!" dia meninggalkan aku begitu saja. Dasar si Renal ini memang jago sekali membuat orang kesal. Jawaban apa itu, Kapan perutku keroncongan?

Fate Of Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang