Haruskah Aku Pergi?

930 49 16
                                    

- Aku tidak bisa jauh darinya, tapi aku punya kehidupan sendiri di sini. Haruskah aku pergi demi Renal? -


"Waktu tinggal lima menit lagi, cepat selesaikan dan kumpulkan." himbau salah satu pengawas di depan. Gue lupa rumusnya! runtuk gadis itu. Waktu terus berjalan dengan cepat. Kia tampak serius mengerjakan soal ujian. Tinggal satu soal lagi, dia berusaha fokus dan menyelesaikannya dalam waktu dua menit. Yes selesai!

Waktu pun sudah habis dan lembar jawaban mulai di kumpulkan ke depan. Semua tersenyum tampak lega dan bahagia. Bagaimana tidak? Berbulan-bulan mereka menghadapi latihan ujian nasional yang memusingkan dan sekarang sudah bebas.

"Naya, Kita bebas!!" teriak Kia sambil berlari untuk memeluk sahabatnya.

"Arrghhh! Gue lupa rumus nomor 18 sama 10, jadi gue jawab asal," kata Naya. Keduanya langsung keluar kelas dengan di iringi tawa.

"Bahagia banget kalian!" kata Kai yang baru saja tiba untuk menemui adiknya.

"Kita mau ke rumah sakit, lo mau ikut Nay?" tanya Kia mengajak sahabatnya menjenguk Renal.

"Ngga, gue mau langsung pulang. Lagian baru kemarin gue ke sana. Hehe." jawab Naya. Akhirnya hanya Kia dan Kai yang pergi ke rumah sakit.

"Tangan lo kenapa?" tanya Kia yang langsung memegang tangan kakaknya. Di telapak tangannya penuh goresan luka yang tak lazim. Seperti luka yang di sengaja.

"Ga..gak papa. Cuma luka kecil," jawab Kai gugup. Dia langsung menarik lengan jaketnya untuk menutupi beberapa luka. Kia merasa aneh dengan hal itu. Ada apa dengan kakakku? Lirihnya di dalam hati. Jika Kia ingat-ingat sang Kakak tidak pernah memakai baju pendek. Di sekolah pun Kai selalu memakai jaket.

"Ah! Jangan mikir yang aneh-aneh Kia. Si Colin baik-baik aja, buktinya dia selalu tersenyum di depanku." Kata Kia di dalam hati. Dia berusaha menyingkirkan semua pikiran buruk tentang kakaknya. Sambil menatap kakaknya Kia berusaha tersenyum.


ღღღღ


Lelaki itu nampak serius mengerjakan soal ujian. Dengan begitu fokus walaupun dia melakukan ujian di rumah sakit. Memang ketika ujian Nasional Renal masih dirawat dan menjalani beberapa pengobatan. Pihak sekolah juga memakluminya dan menyetujuinya. Akhirnya Renal melakukan ujian Nasional di rumah sakit.

"Sudah selesai," ucap Renal seraya menyerahkan lembar soal dan jawaban kepada kedua pengawas itu. Ibunya langsung masuk ke dalam ruangan dan berjabat tangan dengan pengawas ujian nasional.

"Terima kasih, bu," kata Ibunya sambil berjabat tangan.

"Sama-sama, bu. Semoga anak Ibu lulus dengan hasil yang memuaskan dan anak Ibu cepat sembuh. Kami berdua pamit." kata salah satu pengawas. Kedua pengawas itu langsung meninggalkan ruangan.

"Gimana ujiannya? Susah gak?" tanya Ibunya. Lagi-lagi pertanyaan itu yang Renal dengar selama empat hari berturut-turut.

"Mama tenang aja, gak ada yang susah," Jawab Renal santai seraya tersenyum. Hubungan mereka berdua memang sudah membaik. Renal mulai memaafkan kesalahan Ibunya di masa lalu. Dan Ibunya mulai berubah menjadi lebih perhatian kepada anaknya.


ღღღღ


"Kia temenin tante makan yuk?" ajak Ibu Renal kepada Kia.

"Boleh tante, Renal aku keluar dulu ya. Colin jagain Renal yak!" jawab Kia. Renal dan Kai hanya mengangguk atas perkataan Kia. Tante Rayna dan Kia pun kini menuju kantin rumah sakit. Mereka berdua memesan makanan dan menikmatinya.

"Makasih Kia kamu udah nemenin Renal selama ini. Kamu juga udah nyadarin tante dan sekarang Renal menganggap tante selayaknya seorang Ibu." kata tante Rayna. "Sama-sama tante," jawab Kia. Tangan tante Rayna memegang Kia dan ingatannya kembali pada saat Kia menemuinya untuk pertama kali.


==

"Tante maaf kalau aku lancang datang ke rumah, tapi ada hal yang ingin saya sampaikan. Ini penting tentang Renal," tanganku gemetar. Air mata terus mengalir di ujung kelopak mataku. Jantungku masih tersa sakit saat mengingat perkataan dokter tadi.

"Baiklah, sekarang bicaralah. Kenapa dengan Renal sampai kamu dateng ke sini nangis-nangis? Apa Renal berbuat sesuatu padamu atau kamu hanya ingin tenar?" jawabnya. Apa yang dikatan tante Rayna membuatku semakin gemetar. Kenapa bisa dia berpikir seperti itu?

"Renal sakit. Dia sakit parah, leokimia tante," ku beranikan untuk membuka mulut. Beliau tertegun tak percaya. Tubuhnya langsung ambruk dan terduduk di lantai.

"Kamu pasti bercanda! Gak mungkin anak saya sakit leokimia!" tangisnya pecah. Ku peluk beliau dan ku tenangkan dia. Aku pikir dia tidak menyayangi Renal, api tangisannya telah membuktikan bahwa dia sangat menyanygi anaknya. Beliau memang sangat dingin sama seperti Renal, tetap saja dia seorang Ibu. Ibu mana yang tak menangis saat tahu bahwa anaknya sakit parah?

Akhirnya Beliau tenang. Aku menjelaskan kronologis saat Renal mulai mengeluarkan darah dari hidungnya. Setiap kata yang aku lontarkan membuat tante Rayna semakin sedih dan menangis.

"Jadi aku mohon tante kita ke rumah sakit ya? Dulu Renal pernah cerita kalau dia benci tante tapi aku yakin kalau Renal sangat menyayangi tante. Renal hanya perlu perhatian dari tante. Dia selalu sendiri saat di sekolah atau pun di rumah. Dia kesepian! Tapi aku mohon sama tante jangan biarin Renal menanggung rasa sakit nya sendiri. Aku mohon hiks.. hik.." tak segan aku pun memohon padanya. Ini semua demi Renal.

"Hiks.. hiks.. tante gak tahu kalau selama ini dia kesepian. Tante pikir semua fasilitas yang tante berikan akan membuat dia bahagia. Tante pikir dia punya banyak teman di sekolah. Ibu macam apa aku ini?!" beliau menangis dengan penuh penyesalan.

"Ayo kita ke rumah sakit!" kata tante Rayna.

==


"Lusa Renal akan ke Jerman untuk berobat dan mengambil pendidikan di sana. Tante pikir kalau kamu ikut Renal akan bahagia, kamu ikut kita yak?"

DAR!

"Jerman? Ak..ak..u" Bagai ada bom dipikiran Kia yang meledak. Jerman? Sangat jelas perkataan tante Rayna. Aku tertegun mendengarnya. Udara di sekitarnya bagai hampa tak ada oksigen. Jantungnya berdetak kencang. Sesak itu kembali ia rasakan. Bagaimana dia bisa jauh dari Renal?

"Kamu mau kan ikut sama tante?" tanya tante Rayna.

"Ak..ku mau ikut, ta..tapi." bibirnya sesaat menjadi gagu. Tubuhnya lemas dan hatinya terasa sakit. Pikirannya masih mencerna kata-kata wanita yang ada di hadapannya.

Berat sekali Kia membayangkan semua ini. Renal yang telah mengobati luka hatinya dan menemani hari-harinya harus pergi jauh. Perang hati langsung terjadi dan pikiran Kia sangat kacau.

"Kia kenapa diam? Oh tante ngerti kamu mau minta ijin sama orang tua kamu dulu kan? Tante tunggu jawabannya ya" kata tante Rayna seraya tersenyum pada Kia. Kia yang sedari tadi sibuk dengan perang di dalam hatinya hanya tersenyum.

Aku tidak bisa jauh darinya, tapi aku punya kehidupan sendiri di sini. Haruskah aku pergi demi Renal?



★ 


Makasih yang udah Comment :D

Yuk Comment plus Vote nya masih di tunggu sebelum next^^

Fate Of Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang